TANGGAPAN GEREJA TERHADAP FILM KIAMAT 2012

TANGGAPAN GEREJA TERHADAP FILM KIAMAT 2012
“Dan dunia ini sedang lenyap dengan keinginannya, tetapi orang yang melakukan kehendak Allah tetap hidup selama-lamanya”

Bagaimanapun juga film 2012 merupakan suatu bentuk ramalan mutakhir tentang akhir zaman atau kiamat yang disajikan melalui media film yang pengaruhnya amat luas ke masyarakat. Sebagaimana banyak ramalan yang memiliki pesan serupa ternyata tidak sungguh-sungguh terjadi atau meleset (lih. 10 ramalan yang meleset http://sains.kompas.com/), maka kita perlu berhati-hati dan jangan bertindak gegabah, apalagi mempercayainya.

Firman Tuhan berkata: “Bangsa-bangsa…ini mendengarkan kepada peramal atau petenung, tetapi engkau ini tidak diizinkan Tuhan, Allahmu, melakukan yang demikian” (Ulangan 18:14). Jadi, orang percaya tidak bersandar dan bergantung pada ramalan, sebab kita tahu melalui firmanNya, bahwa rancangan Tuhan bagi kita semata-mata adalah rancangan damai sejahtera yang membawa kepada hari depan yang penuh harapan (Yesaya 29:11). Daripada kita sibuk memberitakan kabar “Kiamat” yang menakutkan, lebih baik kita tetap mengabarkan “Kabar Baik” dan menyatakan kasih, “sebab Di dalam kasih tidak ada ketakutan: kasih yang sempurna melenyapkan ketakutan; sebab ketakutan mengandung hukuman dan barangsiapa takut, ia tidak sempurna di dalam kasih. (I Yohanes 4:18).

Selanjutnya, daripada menuduh film 2012 sebagai teror iman terselubung! Lebih baik kita melihat, bahwa apa yang ditampilkan Film 2012 ini tidak lebih merupakan warning kepada kita, bahwa bencana dahsyat, kiamat atau zaman akhir itu pasti akan terjadi. Ingat cerita tentang air bah pada zaman Nuh, ataupun Sodom dan Gomora pada zaman Abraham, bahkan yang terjadi di negeri ini, yaitu Tsunami di Aceh. Kita tidak perlu tahu kapan masa dan saatnya hal itu akan terjadi, sebab itu merupakan kewenangan Tuhan, sebagaimana ditulis dalam II Petrus 3:10 “Tetapi hari Tuhan akan tiba seperti pencuri. Pada hari itu langit akan lenyap dengan gemuruh yang dahsyat dan unsur-unsur dunia akan hangus dalam nyala api, dan bumi dan segala yang ada di atasnya akan hilang lenyap”. Orang percaya ketika menghadapi bencana seharusnya seperti Pemazmur yang berkata: “Sekalipun dagingku dan hatiku habis lenyap, gunung batuku dan bagianku tetaplah Allah selama-lamanya” (73:26).
Saudaraku jangan lengah! Bencana terbesar bukan terjadi diluar diri kita, tetapi di dalam diri kita, ketika kita melupakan Sang Pencipta dan tidak lagi hidup dalam kasihNya. Patut kita sadari, kadangkala bencana merupakan batu ujian yang diberikan Tuhan pada kita. Lihatlah disaat bencana terjadi, justru banyak orang mulai mendekatkan diri pada Tuhan, berdoa sungguh-sungguh!. Ada rasa kebersamaan, persatuan, solidaritas dan saling tolong-menolong disana, yang tidak pernah terjadi ketika semua orang termasuk kita baek-baek saja. Bencana rupanya membuat kita ingat dan kembali padaNya.
Tentang upaya kita, memang baik apabila kita memiliki ilmu, teknologi dan kemampuan mendeteksi bencana, membedakan antara bencana alam yang dapat dicegah dan tidak dapat dicegah dan mempersiapkan pencegahan ataupun penanggulangannya, namun persiapan iman kita tidak boleh dilupakan dan harus diutamakan. Akhirnya, marilah kita yang diselamatkan oleh anugerahNya, menyatakan rasa syukur atas segala kebaikan Tuhan yang telah kita alami dengan menjaga lingkungan kita dengan sebaik-baiknya. TP

Tidak ada komentar: