BERGEREJA UNTUK SALING MEMBANGUN, MENGHORMATI DAN HIDUP DALAM DAMAI



Tetapi Tuhan sendiri memberikan damai sejahteranya kepada Gereja di dunia ini, yang tidak dapat diambil / dirampas oleh siapapun dengan kekuatan apapun. Gereja Tuhan dipanggil untuk menyebarkan damai sejahtera Tuhan ke seluruh dunia. Oleh sebab itu dalam segala kegiatannya dan dalam segala perencanaan kegiatannya, jangan sekali-kali Gereja didorong oleh perseteruan, perebutan kuasa. Sebab apabila demikian, Gereja hanya akan menyebarkan kegelisahan dan kegentaran ke dunia sekelilingnya. Itu bukanlah panggilan Gereja Tuhan. Gereja Tuhan hidup dari sumber damai sejahtera yaitu Yesus Kristus sendiri.

Gereja perlu mengajarkan dasar-dasar pengajaran dari Alkitab supaya iman kita memiliki dasar yang kokoh. Efesus 4:14 memberitahu kita, "Sehingga kita bukan lagi anak-anak, yang diombang-ambingkan oleh rupa-rupa angin pengajaran, oleh permainan palsu manusia dalam kelicikan mereka yang menyesatkan." Gereja adalah tempat untuk bersekutu, tempat di mana orang Kristen dapat mengasihi dan menghormati satu dengan yang lain (Roma 12:10), saling menasihati (Roma 15:14), penuh kasih mesra dan saling mengampuni (Efesus 4:32), saling menasihati dan membangun (1 Tesalonika 5:11), dan yang paling penting, saling mengasihi (1 Yohanes 3:11).

Kisah Rasul 2:42 dapat dianggap sebagai pernyataan tujuan gereja, "Mereka bertekun dalam pengajaran rasul-rasul dan dalam persekutuan. Dan mereka selalu berkumpul untuk memecahkan roti dan berdoa." Dengan demikian, menurut Kitab Suci, tujuan/kegiatan gereja adalah: mengajarkan pengajaran-pengajaran yang Alkitabiah, menyediakan tempat bagi orang-orang percaya untuk bersekutu, menjalankan Perjamuan Kudus, dan (4) berdoa.

Gereja adalah tempat di mana orang-orang percaya dapat melakukan Perjamuan Kudus, memperingati kematian Kristus, dan bagaimana Kristus telah mencucurkan darah untuk kita (1 Korintus 11:23-26). Konsep "memecahkan roti" (Kisah Rasul 2:42) juga berarti menikmati hidangan bersama-sama. Ini adalah contoh lain mengenai persekutuan. Tujuan yang terakhir menurut Kisah Rasul 2:42 adalah berdoa. Gereja ada tempat yang mengutamakan doa, mengajar orang berdoa, dan mempraktekkan doa. Filipi 4:6-7 mendorong kita, "Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur. Damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal, akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus."

Tugas lain yang diberikan kepada gereja adalah untuk memproklamirkan Injil keselamatan melalui Yesus Kristus (Matius 28:18-20; Kisah Rasul 1:8). Gereja dipanggil untuk setia dalam memberitakan Injil melalui kata-kata dan perbuatan. Gereja adalah "mercusuar" masyarakat – yang mengarahkan orang kepada Tuhan dan Juruselamat kita Yesus Kristus. Gereja dipanggil untuk memberitakan Injil dan untuk menyiapkan anggota-anggotanya untuk memberitakan Injil (1 Petrus 3:15

Beberapa tujuan akhir dari gereja diberikan dalam Yakobus 1:27, " Ibadah yang murni dan yang tak bercacat di hadapan Allah, Bapa kita, ialah mengunjungi yatim piatu dan janda-janda dalam kesusahan mereka, dan menjaga supaya dirinya sendiri tidak dicemarkan oleh dunia." Gereja ada untuk melayani orang-orang yang dalam kekurangan. Ini bukan saja dalam pekabaran Injil, namun juga dalam menyediakan kebutuhan fisik (makanan, pakaian, tempat berteduh) sebagaimana dibutuhkan dan sepantasnya. Gereja perlu mempersiapkan orang-orang yang percaya di dalam Kristus dengan perlengkapan-perlengkapan untuk mengalahkan dosa dan untuk bebas dari pengaruh kotor dunia ini. Hal ini dilakukan dengan prinsip-prinsip yang sudah diberikan di atas – pengajaran yang Alkitabiah dan persekutuan Kristiani.

Setelah mengatakan semua itu, jadi apa tujuan gereja? Ada ilustrasi dalam 1 Korintus 12:12-27. Gereja adalah "tubuh" Allah – kita adalah tangan, mulut dan kakiNya dalam dunia ini. Kita melakukan apa yang Kristus akan lakukan kalau saja Dia hadir secara fisik di bumi ini. Gereja perlu menjadi "Kristen" – "menjadi serupa dengan Kristus" dan mengikuti Kristus.

Semua orang merindukan suasana rukun dan damai dalam kehidupan. Pertengkaran, konflik apalagi perang membuat hati kita semua orang gundah dan susah. Namun dalam prakteknya suasana rukun dan damai atau harmoni tidak selalu terjadi di tengah-tengah kehidupan nyata. Ada saja dan banyak masalah yang membuat seorang tidak bisa rukun dengan saudara atau tetangganya atau bahkan dengan pasangan hidupnya sendiri, atau orangtua/anak kandungnya sendiri. Ada pula yang mengatakan berhubung konflik adalah keniscayaan atau tak terhindarkan maka sebaiknya dikelola atau dikendalikan saja. Namun baiklah diingat dalam konflik keluarga apalagi perang saudara biasanya tidak pernah ada yang menang alias semua kalah. Apalagi jika pihak-pihak yang berkonflik putus asa dan lantas menerapkan politik bumi hangus. Pameo bataknya: ndang di au ndang di ho tagonan disintak begu.

Bagaimanakah kerukunan yang dimaksudkan Alkitab?

Kerukunan dengan saudara adalah dampak kerukunan dengan Tuhan. Alkitab menyatakan bahwa pendamaian kita dengan Allah-lah yang memberi kita kesempatan berdamai dengan sesama. Rasul Paulus mengatakan kepada jemaat di Efesus: Tetapi sekarang di dalam Kristus Yesus kamu, yang dahulu "jauh", sudah menjadi "dekat" oleh darah Kristus. Karena Dialah damai sejahtera kita, yang telah mempersatukan kedua pihak dan yang telah merubuhkan tembok pemisah, yaitu perseteruan. (Efesus 2:13-14). Yesus mengatakan dengan nada sebaliknya: Allah menjadikan perdamaian dengan sesama sebagai syarat untuk mendekati Dia. (Matius 5:24). Intinya adalah: kerukunan dengan saudara tidak bisa dipisahkan dari kerukunan dengan Allah. Sebaliknya Yesus juga mengatakan: berbahagialah orang yang membawa damai karena mereka akan disebut anak-anak Allah (Matius 5:9). Dan Rasul Paulus mengatakan: Sedapat-dapatnya, kalau hal itu bergantung padamu, hiduplah dalam perdamaian dengan semua orang! (Roma 12:8). Artinya: dalam memperjuangkan segala yang baik dan benar sekali pun kita tetap harus dalam kerangka perdamaian. Bahasa sederhana: kebenaran tidak bisa diwujudkan dengan kebencian dan dendam!

Kerukunan adalah dampak hukum yang berkeadilan. Pameo terkenal mengatakan: no justice no peace. Tak ada keadilan maka tak ada juga damai. Hal itu dengan mudah kita saksikan dalam kehidupan keluarga. Jika orangtua bersikap tidak adil maka anak-anak akan bertengkar sesamanya. Jika pemerintah bersikap tidak adil maka kelompok-kelompok dalam masyarakat akan saling membenci satu sama lain. Sebab itu untuk mewujudkan kerukunan atau harmoni sejati dalam masyarakat kita maka kita harus sungguh-sungguh menegakkan hukum dan keadilan. Tak ada satu orang pun termasuk pemimpin yang boleh bertindak sekehendak hatinya dan menempatkan dirinya lebih tinggi kedudukannya daripada hukum. Sumber-sumber kehidupan harus didistribusikan secara merata. Setiap orang harus dijamin mendapatkan apa yang menjadi haknya dan kebutuhannya serta imbalan atas kerja keras serta prestasinya.

Kerukunan adalah buah saling penerimaan. Pada akhirnya kita diingatkan bahwa kerukunan atau harmoni dalam kehidupan tidak pernah terjadi dengan sendirinya atau otomatis melainkan harus diusahakan secara sengaja dan serius. Yaitu dengan sikap saling menerima dan saling menghormati dalam keunikan dan kepribadian masing-masing. Bagaimana kita bisa saling menerima walaupun berbeda-beda? Jawabnya: memiliki visi dan tujuan yang sama yaitu kemuliaan Allah, dan pengalaman bersama dengan Allah. Dan memiliki musuh bersama: dosa, kehancuran dan kematian

Tidak ada komentar: