Tuhan Baik Bagi semua orang

GTM--Sidang Raya kali ini bertema “Tuhan itu baik bagi semua orang” (Mazmur 145:9a), dan akan berlangsung hingga 24 November. Yang menarik dari perhelatan kali ini antara lain sidang diadakan di daerah terpencil dengan fasilitas seadanya. Para peserta pun—yang umumnya adalah para pemimpin dari 88 sinode gereja anggota PGI dari seluruh Indonesia—diinapkan di rumah-rumah jemaat selama mengikuti persidangan.
Menurut Ketua Umum PGI Pdt Dr AA Yewangoe, hal itu menunjukkan bahwa kehidupan bergereja itu berakar dalam jemaat. “Oleh sebab itu, kami atas nama PGI mengucapkan terima kasih sedalam-dalamnya kepada jemaat Gereja Toraja Mamasa. Ini suatu tanda bahwa kehidupan bergereja itu memang berakar di dalam warga,” katanya, seperti dilaporkan Markus Saragih dari majalah Berita Oikumene kepada SH dari Mamasa, Rabu (18/11).
Yewangoe meminta para peserta bisa membaur dan menyesuaikan diri dengan warga dan tidak berharap kemewahan, serta bisa saling bertukar pengalaman soal kehidupan bergereja.
PGI memilih Mamasa sebagai lokasi SR XV sebagai pelaksanaan mandat dari Keputusan SR PGI XIV di Wisma Kinasih, Sukabumi, lima tahun lalu. Tuan rumah kali ini adalah Gereja Toraja Mamasa (GTM) dan Pemerintah Daerah Kabupa­ten Mamasa, didukung Guber­nur Sulbar Anwar Adnan Saleh.
Kabupaten Mamasa terletak 225 km dari Makassar (6-10 jam perjalanan dengan mobil), berpenduduk sekitar 125.000 jiwa, adalah pemekar­an dari Kabupaten Polewali Mamasa pada tahun 2002.
Pemekaran itu sendiri sempat memicu konflik antarkelompok masyarakat yang menolak atau mendukung bergabung dengan daerah pemekaran, namun diyakini situasinya kini sudah mereda. Sekitar 65 persen penduduk pemeluk agama Kristen dan GTM menjadi denominasi gereja terbesar di wilayah itu. GTM mempunyai sekitar 100.000 anggota, yang diatur dalam 490 kongregasi, dan 101 pendeta. GTM juga menjalankan sebuah rumah sakit dan sekitar 20 sekolah.
Melalui Sidang Raya ini, Yewangoe berharap jemaat GTM makin membuka diri, dan diharapkan juga akan berdampak positif bagi umat lainnya. Dengan adanya sidang ini, pemerintah pusat pun diharapkan akan memberi perhatian pada kemajuan Mamasa.
Harapan yang sama datang dari pemerintah setempat. “Semoga melalui sidang ini Mamasa diperhatikan Peme­rintah Pusat sehingga dapat makin maju, dan kehidupan antarumat beragama di sini bisa membaik,” kata Bupati Mamasa Obednego Dep­parin­ding. Mamasa termasuk daerah yang terkena imbas konflik.

Presiden Tak Hadir
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Wakil Presiden Boediono dipastikan tidak hadir untuk membuka ataupun memberi sambutan dalam SR PGI XV ini.

Padahal, pada beberapa sidang raya sebelumnya Presiden atau Wakil Presiden biasanya hadir untuk membuka atau memberi sambutan. Kali ini Menteri Perhubungan Freddy Numberi yang ditugasi Presiden memberikan sambutan mewakili pemerintah.
Namun, kedatangan Menhub dengan helikopter menimbulkan insiden yang memicu kemarahan warga/jemaat yang telah lebih dari tiga jam menunggu kedatangannya di lapangan. Insiden itu terjadi saat helikopter mendarat di dekat lapangan upacara sehingga menimbulkan debu dan menerbangkan tenda.
Akibatnya, lebih dari seribu warga yang hadir marah dan melempar-lemparkan kursi. Namun, untunglah kemarahan ini tidak memicu insiden lebih lanjut dan warga yang marah berhasil ditenangkan panitia.
Pagi ini SR PGI XV sudah dibuka oleh Ketua Umum PGI Pdt Andreas Yewangoe.
Menanggapi ketidakhadiran Presiden, Direktur Utama Institut Leimena—sebuah lembaga kajian, Jacob Tobing, mengatakan, hal ini bukanlah pertanda bahwa hubungan gereja dan pemerintah kurang baik. “Saya lebih melihat lokasi di Mamasa baik untuk gereja, namun secara protokoler dan teknis agak sulit bagi pejabat negara itu untuk hadir,” ujar Jacob, mantan politisi senior yang pernah menjadi Dubes RI untuk Korea Selatan ini.
Bahkan, lanjutnya, hal ini juga menjadi tantangan bagi warga gereja agar ke depan lebih membangun hubungan yang lebih substansial dan bukan seremonial dengan pemerintah. Dia juga mengajak warga gereja tidak sibuk mengasihani diri sendiri atas berbagai perlakuan diskriminatif yang dialami selama ini.
“Itu semua adalah salib yang memang harus dipikul, namun lebih baik hal itu tidak terlalu dipikirkan, serta bersama yang lain baiknya meneruskan perjuangan mengatasi kemiskinan dan keterbelakangan. Gereja dan warga gereja harus mengembangkan sikap positif,” kata Jacob, dalam percakapan telepon dengan SH, Kamis pagi.
Agenda utama SR XV PGI meliputi pembahasan laporan Majelis Pekerja Harian (MPH) PGI 2004-2009, penetapan dokumen keesaan Gereja (DKG) atau Pokok Tugas Panggilan Bersama (PTTB), Penetapan Amendemen Tata Dasar/Tata Rumah Tangga, serta memilih Majelis Pekerja Harian periode 2009-2014.
Saat ini ada sejumlah nama yang mengemuka, yakni Pdt Dr Andreas Yewangoe, Pdt Dr Richard Daulay (Sekretaris Umum PGI 2004-2009), Letjen (purn) HBL Mantiri (calon yang diutus Sinode Gereja Sidang Jemaat Allah), Pdt Dr Ishak P Lambe (mantan Sekum PGI 1999-2004), Pdt Gomar Gultom, Pd Dr Daniel Susanto, dan Pdt Dr Erick J Barus.
Sejumlah agenda yang akan dibahas dalam SR PGI XV ini antara lain Gereja dan Tantangan Pandemi HIV dan AIDS, Gereja dan Pancasila sebagai Ideologi, Gereja dan Pendidikan, serta Arah Perubahan Gereja-gereja di Indonesia. SR juga diisi dengan kegiatan pemahaman Alkitab, kotbah penyegaran iman serta ceramah mengenai tema dan subtema SR XV. (http://www.sinarharapan.co.id )

Tidak ada komentar: