tag:blogger.com,1999:blog-44169633843561837582024-03-08T17:41:39.408+08:00GEREJA TORAJA MAMASAM I S I
Memberdayakan Warga Jemaat dan Perangkat-Perangkat Kelembagaan dalam Pelayanan Gereja Toraja Mamasa ke arah Kedewasaan dengan memanfaatkan secara bertanggungjawab terhadap seluruh Potensi sehingga GTM Mandiri dalam TEOLOGI, DAYA dan DANA dalam rangka mewujudkan masyarakat hidup Aman, Damai, Adil dan Makmur.Unknownnoreply@blogger.comBlogger173125tag:blogger.com,1999:blog-4416963384356183758.post-72121476516205750632012-10-13T06:00:00.000+08:002012-10-13T16:45:43.357+08:00BUAH-BUAH ROH<br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://3.bp.blogspot.com/_8F7fyD7lX9g/S1VBbKhzvVI/AAAAAAAAAXE/Sy67E-VR-qM/s1600-h/buah+roh.jpg"><img style="float:left; margin:0 10px 10px 0;cursor:pointer; cursor:hand;width: 130px; height: 130px;" src="http://3.bp.blogspot.com/_8F7fyD7lX9g/S1VBbKhzvVI/AAAAAAAAAXE/Sy67E-VR-qM/s400/buah+roh.jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5428316860803431762" /></a><br />Buah-buah Roh adalah suatu manifestasi fisik dari transformasi kehidupan seorang Kristen. Untuk lebih mengerti / dewasa sebagai orang-orang percaya, maka kita seharusnya sudah mempelajari dan mengerti apa itu kesembilan buah-buah Roh .<br /><br />Love ( Kasih ) – “ Kita telah mengenal dan telah percaya akan kasih Allah kepada kita. Allah adalah kasih, dan barangsiapa tetap berada di dalam kasih, ia tetap berada di dalam Allah dan Allah di dalam dia.” ( 1 Johanes 4:16 )<br /><br />Di dalam Jesus Kristus, tujuan utama kita adalah mengerjakan semua hal dalam kasih.<br /><br />“ Kasih itu sabar; kasih itu murah hati . Tidak cemburu / iri , tidak memegahkan diri / tidak sombong. Tidak kasar / tidak melakukan yang tidak sopan , tidak mencari keuntungan diri sendiri / tidak egois, tidak pemarah , tidak menyimpan kesalahan-kesalahan orang lain / tidak dendam . Kasih tidak bersenang-senang dengan kejahatan / tidak bergembira karena ketidakadilan, tetapi bersukacita dengan kebenaran. Kasih itu selalu melindungi, selalu percaya, selalu berpengharapan, selalu bertekun / gigih. Kasih takkan gagal / tidak lupa / tidak lalai. ( 1 Korintus 13:4-8 ) .<br />Through Jesus Christ, our greatest goal is to do all things in love. “Love is patient, love is kind. It does not envy, it does not boast, it is not proud. It is not rude, it is not self-seeking, it is not easily angered, it keeps no record of wrongs. Love does not delight in evil but rejoices with the truth. It always protects, always trusts, always hopes, always perseveres. Love never fails” (1 Corinthians 13:4-8).<br /><br />Joy ( Suka-cita ) – “ Suka-cita yang dari Tuhan adalah kekuatanmu “ ( Nehemia 8:10 ).<br /><br />“ Marilah kita memandang Jesus, yang menjadi sumber dan yang menyempurnakan iman percaya kita , Dia yang mulia dan yang dipuji kemudian rela memikul salib , menerima berbagai pehinaan dan caci maki , dan yang sekarang duduk di sebelah kanan takhta Allah.” ( Ibrani 12 : 2 )<br />“ Let us fix our eyes on Jesus, the author and perfecter of our faith, who for the joy set before him endured the cross, scorning its shame, and sat down at the right hand of the throne of God ” (Hebrews 12:2 ).<br /><br />Peace ( Damai ) – “ Karena itu, sejak kita telah mempunyai iman percaya yang benar , kita memperoleh damai dari Tuhan melalui junjungan kita Jesus Kristus “ ( Roma 15:13 )<br /><br />“Therefore, since we have been justified through faith, we have peace with God through our Lord Jesus Christ” (Romans 5:1).<br /><br />“ Kiranya Tuhan sumber pengharapan, memenuhi kamu dengan segala sukacita dan damai sebagaimana kamu percaya padaNya , dengan demikian kamu akan melimpah dengan pengharapan oleh kekuatan dari Roh Kudus “ ( Roma 15:13 )<br />“May the God of hope fill you with all joy and peace as you trust in him, so that you may overflow with hope by the power of the Holy Spirit” (Romans 15:13).<br /><br />Longsuffering / patience ( Ketabahan / kesabaran ) – Kita “ dikuatkan dengan sangat kuat, sesuai dengan kuasaNya yang maha mulia, untuk semua kesabaran dan ketabahan dengan penuh sukacita “ ( Kolose 1:11 )<br /><br />We are “strengthened with all might, according to his glorious power, unto all patience and longsuffering with joyfulness” (Colossians 1:11).<br /><br />“ Dengan segala kerendahan hati dan keramahan , dengan ketabahan / kesabaran , saling memaklumi / saling tolong satu sama lain di dalam kasih “ ( Epesus 4 : 2 )<br /><br />“With all lowliness and meekness, with longsuffering, forbearing one another in love” (Ephesians 4:2).<br /><br />Gentleness , kindness ( Jujur dan bertanggung-jawab , murah-hati / baik-hati ) — Kita harus hidup “ dalam kesucian, saling pengertian, sabar dan baik hati ; di dalam Roh Kudus dan dalam kasih yang tulus ; dalam berbicara selalu yang benar dan dalam kuasa Tuhan ; dengan senjata kebenaran di tangan kiri dan ditangan kanan “ ( 2 Korintus 6: 6-7 )<br />We should live “in purity, understanding, patience and kindness; in the Holy Spirit and in sincere love; in truthful speech and in the power of God; with weapons of righteousness in the right hand and in the left” ( 2 Corinthians 6:6-7 )<br /><br />Goodness ( Kebaikan ) — “ Itulah sebabnya kami selalu mendoakan kalian , supaya Tuhan menjadikan kalian layak masuk dalam daftar panggilanNya, memenuhi kalian dengan kebahagiaan yang baik yang berasal dariNya , dan pekerjaan dari iman dengan kekuatan “ 2 Tesalonika 1 : 11 )<br /><br />“Wherefore also we pray always for you, that our God would count you worthy of this calling, and fulfill all the good pleasure of his goodness, and the work of faith with power” (2 Thessalonians 1:11).<br /><br />“ Karena buah-buah Roh adalah berada dalam semua sifat kebaikan , sifat keadilan dan kebenaran “ ( Epesus 5 : 9 ).<br /><br />“For the fruit of the Spirit is in all goodness and righteousness and truth” (Ephesians 5:9).<br /><br />Faith / faithfulness ( Percaya / benar-benar percaya ) –<br /><br />“ O yang Mulia, Engkaulah Tuhan penciptaku ku ; aku mengagungkan Mu, aku memuji nama-Mu ; sebab karya-karya-Mu sangat menakjubkan; Engkau selalu membimbing sejak jaman dahulu dengan benar dan terpercaya “ ( Jesaya 25 : 1 )<br /><br />” O Lord, thou art my God; I will exalt thee, I will praise thy name; for thou hast done wonderful things; thy counsels of old are faithfulness and truth” (Isaiah 25:1).<br /><br />“ Saya berdoa agar, walaupun kemuliaanNya yang tiada-tara Ia berkenan untuk menguatkan mu melalui kuasa Roh-Nya kedalam batinmu, sehingga dengan demikian Kristus berkenan tinggal didalam hatimu karena engkau percaya “ ( Epesus 3 : 16:17 )<br /><br />“I pray that out of his glorious riches he may strengthen you with power through his Spirit in your inner being, so that Christ may dwell in your hearts through faith” (Ephesians 3:16-17).<br /><br />Meekness ( santun / ramah ) – “ Saudara-saudara ! Kalau seseorang didapati melakukan kesalahan / dosa, hendaklah kamu yang hidup lebih rohani membimbing orang itu kembali pada jalan yang benar, dengan cara yang santun / ramah ; dan jagalah dirimu jangan sampai kalian sendiri tergoda juga. “ ( Galatia 6 : 1 )<br /><br />“Brethren, if a man be overtaken in a fault, ye which are spiritual, restore such an one in the spirit of meekness; considering thyself, lest thou also be tempted” (Galatians 6:1).<br /><br />“ Hendaklah kamu selalu rendah hati, santun, dan panjang sabar. Saling membantulah kamu dalam kasih.” ( Epesus 4 :2 )<br /><br />“With all lowliness and meekness, with longsuffering, forbearing one another in love” (Ephesians 4:2).<br /><br />Temperance / self-control ( kesederhanaan / penguasaan diri )- ” Justru karena itu, kamu harus dengan sungguh-sungguh berusaha untuk menambahkan kepada imanmu kebajikan, dan kepada kebajikan pengetahuan, dan kepada pengetahuan penguasaan diri, kepada penguasaan diri ketekunan, dan kepada ketekunan kesalehan, dan kepada kesalehan kasih akan saudara-saudara seiman, dan kepada kasih akan saudara-saudara seiman kasih akan semua orang.” ( 2 Petrus 1 : 5-7 )<br /><br />But also for this very reason, giving all diligence, add to your faith virtue, to virtue knowledge, to knowledge self-control, to self-control perseverance, to perseverance godliness, to godliness brotherly kindness, and to brotherly kindness love” (2 Peter 1:5-7).<br /><br />NB : Buah-buah Roh adalah suatu kewajiban ataupun ibadah bagi setiap orang Kristen . Seseorang belumlah dapat dikatakan benar-benar seorang Kristen ( pengikut Kristus ) , bila padanya tak ada melekat sifat yang disebut pada buah-buah roh ( Buah buah Roh Kudus ).<br /><br />Source : http://www.allaboutgod.com/Fruit-Of-The-Spirit.htmUnknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4416963384356183758.post-80759507618467345132011-12-22T07:00:00.000+08:002011-12-22T13:26:29.846+08:00SEJARAH NATAL<strong>SEJARAH NATAL</strong><br /><a href="http://2.bp.blogspot.com/_8F7fyD7lX9g/SzAQv2ukBxI/AAAAAAAAAVc/y-j576ifcvk/s1600-h/TY+LAHIR.bmp"><img style="float:left; margin:0 10px 10px 0;cursor:pointer; cursor:hand;width: 85px; height: 137px;" src="http://2.bp.blogspot.com/_8F7fyD7lX9g/SzAQv2ukBxI/AAAAAAAAAVc/y-j576ifcvk/s400/TY+LAHIR.bmp" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5417848766057416466" /></a><br /><em><strong>Kata Christmas (Hari Natal) berasal dari kata Cristes maesse, frase dalam Bahasa Inggris yang berarti Mass of Christ (Misa Kristus). Kadang-kadang kata Christmas disingkat menjadi Xmas. Tradisi ini diawali oleh Gereja Kristen terdahulu. Dalam bahasa Yunani, X adalah kata pertama dalam nama Kristus (Yesus). Huruf ini sering digunakan sebagai simbol suci. Natal adalah hari raya umat Kristiani untuk memperingati hari kelahiran Yesus Kristus. Tidak ada yang tahu tanggal berapa tepatnya hari lahir Kristus, namun kebanyakan orang Kristen memperingati Hari Natal pada tanggal 25 Desember. Pada hari itu, banyak yang pergi ke gereja untuk mengikuti perayaan keagamaan khusus. Selama masa Natal, mereka bertukar kado dan menghiasi rumah mereka dengan daun holly, mistletoe, dan pohon Natal.</strong></em> <br />SEJARAH DAN PERAYAAN NATAL DI MASA LALU<br />Kisah Natal berasal dari Injil Santo Lukas dan Santo Matius dalam Perjanjian Baru. Menurut Lukas, seorang malaikat memunculkan diri kepada para gembala di luar kota Betlehem dan mengabari mereka tentang lahirnya Yesus. Matius juga menceritakan bagaimana orang-orang bijak, yang disebut para majus, mengikuti bintang terang yang menunjukkan kepada mereka di mana Yesus berada. <br />Catatan pertama peringatan hari Natal adalah tahun 336 Sesudah Masehi pada kalender Romawi kuno, yaitu pada tanggal 25 Desember. Perayaan ini kemungkinan besar dipengaruhi oleh perayaan orang kafir (bukan Kristen) pada saat itu. Sebagai bagian dari perayaan tersebut, masyarakat menyiapkan makanan khusus, menghiasi rumah mereka dengan daun-daunan hijau, menyanyi bersama dan tukar-menukar hadiah. Kebiasaan-kebiasaan itu lama-kelamaan menjadi bagian dari perayaan Natal. Pada akhir tahun 300-an Masehi agama Kristen menjadi agama resmi Kekaisaran Romawi. <br />Di tahun 1100 Natal telah menjadi perayaan keagamaan terpenting di Eropa, di banyak negara-negara di Eropa dengan Santo Nikolas sebagai lambang usaha untuk saling memberi. Hari Natal semakin tenar hingga masa Reformasi, suatu gerakan keagamaan di tahun 1500-an . Gerakan ini melahirkan agama Protestan. Pada masa Reformasi, banyak orang Kristen yang mulai menyebut Hari Natal sebagai hari raya kafir karena mengikutsertakan kebiasaan tanpa dasar keagamaan yang sah. <br />Pada tahun 1600-an, karena adanya perasaan tidak enak itu, Natal dilarang di Inggris dan banyak koloni Inggris di Amerika. Namun, masyarakat tetap meneruskan kebiasaan tukar-menukar kado dan tak lama kemudian kembali kepada kebiasaan semula. Pada tahun 1800-an, ada dua kebiasaan baru yang dilakukan pada hari Natal, yaitu menghias pohon Natal dan mengirimkan kartu kepada sanak saudara dan teman-teman. Di Amerika Serikat, Santa Claus (Sinterklas) menggantikan Santo Nikolas sebagai lambang usaha untuk saling memberi. Sejak tahun 1900-an, perayaan Natal menjadi semakin penting untuk berbagai bisnis.<br />PERAYAAN KEAGAMAAN<br />Bagi kebanyakan orang Kristen, masa Xmas mulai pada hari Minggu yang paling dekat dengan tanggal 30 November. Hari ini adalah hari raya Santo Andreas, salah satu dari keduabelas rasul Kristus. Hari Minggu tersebut disebut hari pertama masa Adven, yaitu masa 4 minggu saat umat Kristiani mempersiapkan perayaan Natal. Kata adven berarti datang, dan mengacu pada kedatangan Yesus pada hari Natal. <br />Untuk merayakan masa Adven, empat buah lilin, masing-masing melambangkan hari Minggu dalam masa Adven, diletakkan dalam suatu lingkaran daun-daunan. Pada hari Minggu pertama, keluarga menyalakan satu lilin dan bersatu dalam doa. Mereka mengulangi kegiatan ini setiap hari Minggu dalam masa Adven, dengan menambahkan satu lilin lagi setiap kalinya. Sebuah lilin merah besar yang melambangkan Yesus, ditambahkan pada lingkaran daun-daunan itu pada Hari Natal. <br />Untuk kebanyakan umat Kristiani, masa Adven memuncak pada Misa tengah malam atau peringatan keagamaan lain pada malam sebelum Natal (Malam Natal), tanggal 24 Desember. Gereja-gereja dihiasi dengan lilin, lampu, dan daun-daunan hijau dan bunga pointsettia. Kebanyakan gereja juga mengadakan perayaan pada hari Natal. Masa Natal berakhir pada hari Epifani, tanggal 6 Januari. Untuk gereja Kristen Barat, Epifani adalah datangnya para majus di hadirat bayi Yesus. Menurut umat Kristen Timur, hari tersebut adalah perayaan pembaptisan Kristus. Epifani jatuh 12 hari setelah hari Natal.<br />TUKAR MENUKAR KADO<br />Kebiasaan untuk tukar menukar kado pada sanak-saudara dan teman-teman pada hari khusus di musim dingin kemungkinan bermula di Romawi Kuno dan Eropa Utara. Di daerah-daerah tersebut, orang-orang memberikan hadiah pada satu sama lain sebagai bagian dari perayaan akhir tahun. <br />Pada tahun 1100, di banyak negara-negara Eropa, Santo Nikolas menjadi lambang usaha saling memberi. Menurut legenda, Santo Nikolas membawakan hadiah-hadiah untuk anak-anak pada malam sebelum perayaannya, tanggal 6 Desember. Tokoh-tokoh yang bukan keagamaan menggantikan Santo Nikolas di berbagai negara tak lama setelah reformasi, dan tanggal 25 Desember menjadi hari untuk tukar-menukar kado. Kini di Amerika Serikat, Santa Claus membawakan hadiah untuk anak-anak.<br /><br />MALAM NATAL 24 Desember , Hari libur keagamaan dan sekuler.<br />Karena pada dasarnya malam Natal adalah hari raya keagamaan, hari tersebut tidak dianggap sebagai hari libur resmi. Gereja-gereja mengadakan perayaan pada malam itu. Orang-orang memperhatikan gua Natal (replika dari kandang domba tempat Yesus lahir, dengan patung-patung Yesus, Maria, Yosef, gembala-gembala dan hewan-hewan) sambil menyanyikan lagu-lagu Natal. Orang-orang dewasa minum eggnog, semacam susu telur madu, yaitu campuran krim, susu, gula, telur kocok dan brandy (semacam minuman beralkohol) atau rum. <br /><br />Menurut kisahnya, pada malam Natal, Santa Claus menaiki kereta salju penuh hadiah, ditarik oleh delapan ekor rusa kutub. Santa Claus lalu terbang menembus awan untuk mengantarkan hadiah-hadiah itu kepada anak-anak di seluruh dunia. Untuk mempersiapkan kunjungan Santa, anak-anak Amerika mendengarkan orangtuanya membacakan The Night Before Christmas (Malam Sebelum Natal) sebelum tidur pada Malam Natal. Puisi tersebut dikarang oleh Clement Moore di tahun 1832.<br /><br />Dulu, anak-anak menggantungkan stoking atau kaus kaki besar di atas perapian. Santa turun dari cerobong asap dan meninggalkan permen dan hadiah-hadiah dalam kaus kaki itu untuk anak-anak. Kini, tradisi itu tetap diteruskan, namun kaus kakinya digantikan oleh tas kain merah berbentuk kaus kaki. Xmas juga secara tradisi merupakan saat untuk berhenti bertengkar. Hari Raya Natal (Pesta Natal) 25 Desember Hari ini merupakan hari libur keagamaan maupun sekuler. Umat Kristiani merayakan peringatan kelahiran Yesus dari Nazareth.<br /><br /><br />SEJARAH NATAL<br />Kata Christmas (Hari Natal) berasal dari kata Cristes maesse, frase dalam Bahasa Inggris yang berarti Mass of Christ (Misa Kristus). Kisah Natal berasal dari Perjanjian Baru dari Alkitab. Seorang malaikat menampakkan diri pada para gembala dan memberitahu mereka bahwa Sang Juru Selamat telah lahir ke dalam keluarga Maria dan Yusuf di sebuah kandang domba di Betlehem. Tiga orang bijak dari Timur, yang disebut para majus, mengikuti bintang istimewa yang menuntun mereka kepada bayi Yesus, yang mereka sembah dan beri hadiah emas, kemenyan dan mur.<br /><br />PERAYAAN NATAL<br /><br />Karena sebetulnya Natal merupakan hari raya keagamaan, hari tersebut bukan merupakan hari libur resmi. Namun, karena kebanyakan orang Amerika Serikat adalah orang Kristen, hari itu adalah hari di saat kebanyakan bisnis tutup dan hari di mana paling banyak pekerja, termasuk karyawan pemerintah, diliburkan. Pulang ke rumah (termasuk pulang kampung) merupakan kebiasaan yang sangat dihormati. Selain dari tradisi yang sangat bersifat keagamaan, kebanyakan kebiasaan di saat Xmas juga dilakukan oleh orang-orang yang tidak relijius atau tidak memeluk agama Kristen. Biasanya, umat Kristiani merayakan Xmas menurut tradisi gereja mereka masing-masing.<br /><br />Ada berbagai macam ibadah keagamaan di gereja yang dilakukan oleh keluarga-keluarga sebelum mereka keliling untuk mengunjungi sanak-saudara dan teman-teman.<br /><br /><br />NATAL MENURUT TRADISI AMERIKA<br />Tukar menukar kado<br />Mengirim kartu ucapan kepada sanak-saudara dan teman-teman. Menjadi populer sejak tahun 1800-an. Lagu-lagu Natal, yang disebut carol, dinyanyikan dan didengarkan selama masa liburan. Menjadi populer sejak tahun 1800-an. Menghias rumah. Kebanyakan orang Amerika menghias pohon Natal, yaitu pohon cemara atau pohon buatan, di rumah-rumah mereka. Lampu-lampu dan lingkaran daun-daunan dari pohon empat musim, mistletoe dan ucapan Selamat Natal diletakkan di dalam dan di luar banyak rumah. Menjadi populer sejak tahun 1800-an.<br /><br />Makan Malam Natal, seringkali dengan kalkun. Selain itu, banyak yang mengadakan pesta perjamuan persis sebelum dan sesudah Natal.<br /><br />Santa Claus. Tokoh ini berasal dari kisah lama tentang seorang Santo Kristiani bernama Nikolas dan dari dewa Norwegia yang bernama Odin. Para imigran membawa Bapa Natal atau Santo Nikolas ke Amerika Serikat. Namanya lambat laun berubah menjadi Santa Claus, dari nama Belanda untuk Bapa Natal abad ke-empat, Sinter Claas. Sekalipun asalnya dari mitologi Norwegia sebelum ajaran Kristen, Santa Claus baru menjadi tokoh yang kita kenal sekarang di Amerika Serikat. <br /><br />Orang Amerika memberikannya janggut berwarna putih, mendandaninya dengan baju merah dan menjadikannya seorang tua yang riang dengan pipi yang merah dan sinar di matanya. Santa Claus adalah tokoh mitos yang dikatakan tinggal di Kutub Utara, di mana beliau membuat mainan sepanjang tahun.<br /><br />AMAL<br />Natal juga merupakan saat di mana orang Amerika menunjukkan kemurahan hati kepada orang-orang yang kurang beruntung. Uang dikirimkan ke rumah sakit dan panti asuhan atau dibuat dana khusus untuk membantu fakir miskin.<br />Christmas secara tradisi merupakan saat untuk menghentikan segala macam pertempuran dan pertikaian.<br /><br />TUHAN memberkatiUnknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4416963384356183758.post-37196657847246299612011-11-14T12:39:00.000+08:002011-11-14T13:48:15.916+08:00Pertobatan Bagian 2<span style="font-weight:bold;">Doktrin <br />Pertobatan Dalam Perjanjian Lama</span><br />disalin dari Journal of the Grace Evangelical Society <br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://4.bp.blogspot.com/_8F7fyD7lX9g/S2uhzdC1tkI/AAAAAAAAAYk/4wDXfX9VQmE/s1600-h/pertobatan2.jpg"><img style="float:left; margin:0 10px 10px 0;cursor:pointer; cursor:hand;width: 99px; height: 119px;" src="http://4.bp.blogspot.com/_8F7fyD7lX9g/S2uhzdC1tkI/AAAAAAAAAYk/4wDXfX9VQmE/s400/pertobatan2.jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5434615280694572610" /></a><br />I. Pendahuluan <br />Dalam Ezek 18 :21 22 Tuhan bicara pada Israel perkataan ini:<br />Tetapi jikalau orang fasik bertobat dari segala dosa yang dilakukannya dan berpegang pada segala ketetapan-Ku serta melakukan keadilan dan kebenaran, ia pasti hidup, ia tidak akan mati. Segala durhaka yang dibuatnya tidak akan diingat-ingat lagi terhadap dia; ia akan hidup karena kebenaran yang dilakukannya.<br />Apakah itu injilnya ? Apakah PL mengajarkan bahwa seseorang yang telah berbalik dari dosa untuk mendapat keselamatan?<br />Kata Ibrani yang berkaitan dengan keselamatan biasanya umum dan tidak spesifik. Sehingga, kita harus melihat pada konteks untuk menentukan tipe keselamatan apa yang sedang dibahas. Ini juga berlaku untuk istilah keselamatan dalam bahasa Inggris. Sebagai contoh, seruan “Aku telah selamat!” bisa banyak artinya tergantung pada konteks yang dibicarakan atau ditulis. Seseorang yang diselamatkan dari sungai yang dingin bisa berkata, “Aku telah diselamatkan dari kuburan air." Lee Iacocca, the Chief Executive Officer dari Chrysler Corporation, saat menerima pinjaman sebesar $1.5 billion dari pemerintah U.S. bisa berkata, "Chrysler telah diselamatkan dari kebangkutan." Suatu hukuman mati yang kemudian diampuni oleh Presiden bisa berkata, "Hidupku telah diselamatkan." Hanya dalam konteks tujuan kekal pandangan ini bisa berarti "Aku telah diselamatkan dari hukuman kekal. Ini kelihatan hal yang jelas tapi sangat kurang disadari dalam pembahasan mengenai hal ini. Sebenarnya, hal ini sangat berkaitan dengan pembahasan dan sangat tidak jelas bagi mereka yang menulis dan berkotbah tentang doktrin keselamatan PL.<br />Ada 15 kata Ibrani yang berbeda untuk keselamatan yang biasa digunakan dalam PL. Sebagian besar rujukan keselamatan menunjuk pada keselamatan sementara: dari musuh, dari kematian fisik, dan berbagai macam masalah. <br />Sebagai contoh, lima kata PL yang paling umum dan paling penting untuk keselamatan adalah ya„sha‘, pa„da, ga„‘al, ma„lat, and na„tzal. dari 812 penggunaan istilah ini dalam PL, hanya 58 (7.1%) menunjuk pada keselamatan kekal. Istilah yang menunjuk pada keselamatan yang akan datang bagi bangsa Israel oleh Tuhan –juga suatu tema dalam PB (Rom 11:26). Dalam beberapa kasus Mesias diindikasi sebagai Juruselamat (Mic 5 :2, 6; Zech 9 :9 10). Sangat menarik untuk diperhatikan bahwa ayat ini berurusan dengan fakta kerajaan yang akan datang, bukan kondisi atau masuk kedalamnya.<br />Sebagai tambahan, ada beberapa bagian Alkitab dalam PL yang menunjuk pada keselamatan kekal, tapi tanpa menggunakan istilah keselamatan: Gen 3: 15; 15:6; Ps 22:27; Isa 6:10; 10:21; 19:22; 52:1-53:12; Jer 24:7; 31:31 34; and Hab 2:4.<br />Pertimbangan akan diberikan pada istilah PL yang berkaitan dengan pertobatan. Pembaca harus mengingat bahwa tujuan kita bukan hanya menemukan pengajaran PL tentang peran pertobatan dalam keselamatan kekal. Tapi, tujuan kita adalah menemukan pengajaran PL tentang peran pertobatan dalam semua tipe keselamatan.<br />II. Tidak Ada Istilah Teknis <br />dalam PL untuk Pertobatan <br />Para sarjana setuju bahwa tidak ada kata PL yang digunakan untuk merujuk pada pertobatan. Bagaimanapun, 2 kata sering dikutip untuk arti itu. Kata-kata ini adalah shu‚b dan na„ham.<br />III. Shu‚b<br />Istilah ini merupakan kata paling umum ke12 dalam PL. Memiliki arti dasar "berbalik," "kembali kebelakang," "kembali," atau "memberikan kembali." Pada umumnya penggunaannya menunjuk pada perubahan arah. Sebagai contoh, Musa setelah dari tabernakel, "kembali ke tenda " (Exod 33:11). Kata ini digunakan 1,056 dalam PL hanya 203 muncul dalam konteks agama. Dari semua hanya satu bagian dari penggunaan agama yang menunjuk pada pertobatan Israel pada Tuhan. <br />A. Berbaliknya Tuhan<br />Ada empat katagori berbalik pada Tuhan dalam PL. keempatnya dari syarat berkat/kutuk dalam Perjanjian Musa (cf. Leviticus 26; Deuteronomy 28) dimana Tuhan menjanjikan kalau Dia akan memberkati ketaatan dan mengutuk ketidaktaatan.<br />Natur shu‚b yang non-teknikal menunjukan fakta bahwa itu sering digunakan untuk menunjuk pada berbalik ke Tuhan. Jelas, jika itu merupakan istilah teknis yang selalu menunjuk pada berbalik dari jalan seseorang yang berdosa, itu tidak akan pernah digunakan untuk Tuhan.<br />1. Empat Kategori dari Berbali pada Tuhan.<br />Pertama, Tuhan mengembalikan kejahatan atas Israel. Dia menarik berkatNya dan mengirim penghukuman sementar saat bangsa itu berbalik dari ketaatan mereka padaNya. <br />Kedua, Tuhan berbalik (atau secara negative, tidak berbalik) dari kemarahanNya kepada Israel. Dia menarik penghukuman sementara dan mengirimkan berkat saat bangsa berbalik dari perbuatan dosanya dan kembali taat kepadaNya. <br />Ketiga, Tuhan mengembalikan Israel kepada berkat sebelumnya. Kapanpun Israel berbalik pada Tuhan dari jalannya yang berdosa, Dia mengembalikan berkat bangsa itu. Dalam beberapa teks berkat spesifik yang telah Tuhan janjikan dan sediakan adalah mengembalikan bangsa itu ketanah perjanjian.<br />Keempat, Tuhan kembali kebangsa itu. Dalam ketiga tipe Tuhan kembali yang sudah kita bahas, selalu ada spesifik objek yang ditunjukan dalam konteks (i.e., Dia membalikan kejahatan; Dia menarik murkaNya, Dia mengembalikan berkatNya). Walau begitu, dalam bagian yang memuat tipe keempat berbalik ini, tidak ada spesifik objek yang disebutkan. Ekspresi ini umumnya menunjuk pada Tuhan menyingkirkan penghukuman sementara dan mengirimkan berkat sementara.<br />2. Sementara, tidak kekal, berkat dan kutuk. Dengan pengecualian Jer 32:40 (yang menunjuk pada berkat millennial atau kekal yang Tuhan janjikan kepada Israel sebagai bagian dari Perjanjian Baru), berbaliknya Tuhan atau menjauh dari bangsa dengan berkat atau kutuk selalu menunjuk pada pengalaman sementara. Kemarahan Tuhan dalam PL tidak berkaitan dengan keselamatan kekal atau penghukuman kekal.<br />3. Israel menuai apa yang ditabur. Saat bangsa itu taat, Tuhan mengirim berkat. Saat dia tidak taat, Dia mengirim kutuk. Kasih Tuhan bagi bangsa itu menggerakkanNya untuk mendisiplin dan memberi hadiah bagi umat pilihanNya agar mereka bisa belajar untuk mentaatiNya.<br />B. Berbaliknya Israel<br />1. Konsep Alkitab. Seperti ditunjukan dalam bagian sebelumnya, catatan PL menunjukan bahwa bangsa Israel terus menerus menjauh dari Tuhan. Dalam setiap kesempatan bangsa itu mengalami penghakiman sementara (menuai kutuk Perjanjian Musa) yang mengharuskan mereka untuk berbalik kepada Tuhan. Ada 3 kategori berbaliknya Israel, secara teologis ditemukan dalam PL.<br />Pertama, Israel menjauh dari Tuhan karena ketidaktaatan. Israel menjauh dari Tuhan karena menyembah berhala dan bentuk lain dari ketidaktaatan. <br />Bagian Alkitab berikut menggambarkan hal ini.<br />"sebab orang Amalek dan orang Kanaan ada di sana di depanmu dan kamu akan tewas oleh pedang; dari sebab kamu berbalik membelakangi TUHAN, maka TUHAN tidak akan menyertai kamu." (Num 14:43, italics mine).<br />Tetapi apabila hakim itu mati, kembalilah mereka berlaku jahat, lebih jahat dari nenek moyang mereka, dengan mengikuti allah lain, beribadah kepadanya dan sujud menyembah kepadanya; dalam hal apapun mereka tidak berhenti dengan perbuatan dan kelakuan mereka yang tegar itu. Apabila murka TUHAN bangkit terhadap orang Israel,. . . Lalu berserulah orang Israel kepada TUHAN, maka TUHAN membangkitkan seorang penyelamat bagi orang Israel, yakni Otniel, anak Kenas adik Kaleb . . . Lalu amanlah negeri itu empat puluh tahun lamanya. Kemudian matilah Otniel anak Kenas. Tetapi orang Israel melakukan pula apa yang jahat di mata TUHAN; lalu Eglon, raja Moab, diberi TUHAN kuasa atas orang Israel, oleh sebab mereka telah melakukan apa yang jahat di mata TUHAN.... Lalu orang Israel berseru kepada TUHAN, maka TUHAN membangkitkan bagi mereka seorang penyelamat yakni Ehud, anak Gera . . . Setelah Ehud mati, orang Israel melakukan pula apa yang jahat di mata TUHAN. Lalu TUHAN menyerahkan mereka ke dalam tangan Yabin, raja Kanaan . . . (Judg 2:19 20; 3:9, 11 12, 15; 4:1 2, italics mine).<br />Natur non-teknis dari shu‚b lebih jauh dilihat dalam hal saat itu menunjuk pada Israel sering berkaitan dengan menjauh dari Tuhan kepada jalan yang berdosa.<br />Kedua, bangsa berbalik pada Tuhan dalam ketaatan. Israel kembali kepada Tuhan dengan menjauh dari penyembahan berhala dan dari bentuk lain dari ketidaktaatan. Ketaatan merupakan kondisi bagi keselamatan sementara dari kutuk Perjanjian Musa (cf. Leviticus 26; Deuteronomy 28). Menjauh dari praktek berdosa tidak pernah dinyatakan dalam PL sebagai syarat lolos dari murka kekal. <br />Satu pasal dalam PL kelihatannya bertentangan dengan point yang baru dibuat. Ezekiel 18 menghubungkan hidup dengan berbalik dari praktek berdosa seseorang dan kematian karena gagal hidup benar. Ayat berikut mewakili hal itu:<br />"hidup menurut ketetapan-Ku dan tetap mengikuti peraturan-Ku dengan berlaku setia--ialah orang benar, dan ia pasti hidup, demikianlah firman Tuhan ALLAH (Ezek 18 :9).<br />"Orang yang berbuat dosa, itu yang harus mati . (Ezek 18:20).<br />"Tetapi jikalau orang fasik bertobat dari segala dosa yang dilakukannya dan berpegang pada segala ketetapan-Ku serta melakukan keadilan dan kebenaran, ia pasti hidup, ia tidak akan mati" (Ezek 18:21).<br />Kalau orang benar berbalik dari kebenarannya dan melakukan kecurangan sehingga ia mati, ia harus mati karena kecurangan yang dilakukannya" (Ezek 18:26).<br />"Sebab Aku tidak berkenan kepada kematian seseorang yang harus ditanggungnya, demikianlah firman Tuhan ALLAH. Oleh sebab itu, bertobatlah, supaya kamu hidup!" (Ezek 18:32).<br />Sebagian menafsirkan ayat diatas dalam arti bahwa keselamatan kekal mensyaratkan atas berbaliknya seseorang dari dosanya. Tafsiran itu tidak berdasar.<br />Tidak ada referensi dalam Ezekiel 18 dengan Lautan Api, kematian kekal, kehidupan kekal, masuk kedalam kerajaan Allah, dipisahkan dari kerajaan, pembenaran, atau apapun yang secara tidak langsung dihubungkan dengan penghukuman kekal. Pasal itu tidak pernah dikutip dalam PB berkaitan dengan hal diatas. Apa yang menjadi masalah dalam Ezekiel 18 adalah hidup dan mati –kehidupan fisik dan kematian fisik. Istilah Ibrani bagi kehidupan dan kematian umumnya digunakan dengan cara ini diseluruh PL. <br />Dyer berkomentar:<br />Tuhan tidak mengatakan kalau Israel yang diselamatkan akan kehilangan keselamatan kekalnya jika dia jatuh kedalam dosa. Baik berkat dan hukuman disini bersifat sementara, bukan kekal. Penghukumannya berupa kematian fisik (cf. vv 4, 20, 26), bukan penghukuman kekal. <br />Mirip dengan itu, dalam pendahuluan pembahasannya tentang Ezekiel 18, Charles Fein¬berg menulis, "Subjek pembenaran melalui iman jangan ditekankan dalam pasal ini; itu tidak dibahas." Sebelumnya, berkomentar atas ayat 9 (yang menunjuk pada hidup yang disyaratkan atas ketaatan pada Hukum Musa) dia menulis, Pernyataan ini, harus kita perhatikan sekali lagi, tidak membahas tentang kehidupan kekal, tapi hidup didunia. Kehidupan kekal tidak didapat atas dasar yang disebutkan dalam bagian Alkitab ini." <br />Motif berkat/kutuk merupakan tema penting PL. Syarat Perjanjian Musa dinyatakan dalam Leviticus 26 dan Deuteronomy 28. Ketaatan akan diberikan berkat sementara. Tidak taat akan mendatangkan kutuk sementara yang akan semakin intensif sampai bangsa itu kembali kepada Tuhan. Walau keselamatan merupakan pembahasan Ezekiel 18, tapi sama sekali tidak membahas tentang keselamatan kekal. Seperti tulisan Ross, "Diseluruh PL keselamatan atau penyelamatan Israel berkaitan dengan janji dari perjanjian yang berhubungan dengan hidup dalam dunia ini sebagai umat Tuhan" (italics dari saya). <br />Ada banyak contoh PL tentang berkat dan kutuk, baik berkaitan dengan bangsa dan individu didalamnya. Seseorang mungkin langsung melihat, Abraham (Gen 24:1; Heb 11:8 19), Moses (Exod 14:30 31; Num 20:12; Heb 11:23 29), peristiwa lembu emas (Exod 32:34 35), Joshua and Caleb (Num 14:30 45), pemberontakan Korah (Num 16), Nadab and Abihu (Lev 10:1 3), Achan (Josh 7:1 26), Gideon (Judg 6:11 28), David (2 Sam 1 10, dibawa berkat; 12 22, dibawa kutuk), Solomon (I Kgs 3:5 15; 4:20 34; 11:1 13), dan kejatuhan kerajaan utara (2 Kgs 17:5 18) dan Selatan (2 Kgs 24:1 25:21). Ini tidak berarti bahwa seluruh berkat dan hukuman dalam PL merupakan hasil langsung dari ketaatan atau ketidaktaatan (cf. Job; Luke 16:19 31; John 9:2 3). Kadang Tuhan mengijinkan orang benar untuk menderita dan orang jahat berkelimpahan. Walau begitu, artinya adalah ketaatan membawa berkat sementara dan ketidaktaatan membawa hukuman sementara.<br />Ezekiel 18 hanyalah salah satu contoh motif berkat/kutuk dalam PL.<br />Ketiga, suatu hari bangsa itu akan kembali kepada Tuhan dalam iman. Sejumlah kecil tulisan PL menggunakan istilah shu‚b untuk menunjuk pada berbaliknya Israel dimasa depan (dan Mesir dan kesudahan dunia) kepadan Tuhan. Dalam konteks ini (cf. Ps 22:27; Isa 6:10; 10:21; 19:22; Jer 24:7) berbalik pada Tuhan digunakan dengan berbelit-belit bagi iman.<br />Isaiah 6:10 menggambarkan bagaimana kesimpulan ini ditarik. Ayat itu bicara tentang berbalik pada Tuhan dan disembuhkan. Kristus menafsirkan bagian ini bagi para murid. Setelah menceritakan Perumpamaan Penabur, sebagai pengantar pada penjelasan artinya, Yesus mengutip bagian ini. Dia mengutip referensi Yesaya akan Tuhan dengan menerima Firman dan percaya pada Injil (cf. Matt 13:3 23; Luke 8:5 15, esp. w 12 13). Dia juga mengidentifikasi kesembuhan yang dibicarakan sebagai keselamatan kekal (Luke 8:12).<br />2. Konsep Extra Biblical. Bagaimana Rabi Yahudi mengerti pengajaran keselamatan dalam PL?<br />Konsep rabbinic akan teshu‚bah. Selama dua abad sejak kelahiran Kristus, rabi dan penulis Yahudi lainnya banyak menulis. Tulisan mereka mencerminkan pengertian yang berbeda dari yang saya katakan mengenai penggunaan shu‚b dalam PL. (Teshu‚bah adalah bentuk kata benda dari shu‚b.)<br />Para Rabbi merupakan pengajar Hukum Musa. Mereka mengajar di sinagoge dan beberapa pengajaran mereka ditulis dalam Mishnah dan Talmud.<br />Mengenai keselamatan kekal, para rabi mengajarkan bahwa kondisi untuk mendapatkan bagian dalam dunia yang akan datang adalah taat pada Hukum (cf. Aboth 2:7). Tapi, mereka juga percaya pada anugrah. Mereka mengajarkan bahwa Tuhan akan mengampuni ketidaktaatan jika seseorang dengan sungguh berbalik dari dosanya dan membuat pendamaian yang diperlukan.<br />Mengutip pengajaran rabinis mengenai kondisi dari keselamatan kekal Herford menulis, "Tidak cukup hanya sekedar mengetahui kehendak Allah atau percaya akan hal itu, atau dalam Tuhan yang menghendakinya. Diatas semua itu kita harus melakukannya. " <br />Sama dengan itu Moore menulis:<br />Untuk dosa …. Hanya satu obat, anugrah pengampunan Allah, dan conditio sine qua non dari pengampunan adalah pertobatan, yaitu penyesalan, perbaikan sakit terhadap orang lain, dan perubahan tindakan dilakukan dan terus dipertahankan dengan tujuan yang tulus diluar motif agama. <br />Para rabi percaya bahwa orang benar pasti mendapat tempat didunia yang akan datang dan orang jahat tidak. Mengenai pandangan mereka mengenai nasib mereka yang tidak sepenuhnya benar atau tidak sepenuhnya jahat Moore berkomentar:<br />Sekolah Shammai berpendapat bahwa mereka yang jahat dan baik, berbicara equilibrium, akan keneraka, dan terjun dan keatas, dan bangkit dan disembuhkan . . . bagi mereka api Gehenna bersifat purgatorial; mereka dimurnikan seperti perak dan ditapis seperti emas. Sekolah Hillel berpendapat bahwa Tuhan didalam belas kasihnya yang melimpah …. Cenderung untuk berpihak pada belas kasihan, dan tidak mengirim mereka ke Gehenna sama sekali. <br />Kedua sekolah rabi ini setuju kalau semua kecuali yang sangat jahat akan mendapat tempat didunia yang akan datang. "Tanda kecenderungan para rabi adalah membatasi, dalam cara yang memungkinkan, jumlah orang Israel yang tidak mendapat bagian didunia yang akan datang. Bagi mereka yang tidak bertobat adalah suatu penghalang kepada kebahagiaan mutlak." <br />Selain tulisan rabinis didalam Mishnah dan Talmud, ada juga banyak buku yang ditulis oleh penulis Yahudi dipertengahan akhir periode intertestamental. Tulisan ini dikenal sebagai PL Apokrifa (atau Pseudepigrapha). Mereka non canonical, tulisan yang tidak diinspirasi.<br />PL Apokrifa berbicara mengenai Tuhan menimbang perbuatan baik dan jahat untuk menentukan tujuan kekal mereka (Testament of Abraham 13:1 2, 9 14; 1 Enoch 41:1 2; 61:8). Syarat keselamatan kekal adalah ketaatan pada Hukum Tuhan (2 Baruch 51:3,7; 4 Ezra 7:19 22, 33 39; 9:3~37).<br />Orang Farisi dimasa Yesus adalah gambaran yang baik akan tipe legalistic, pemikiran yang membenarkan diri sendiri (cf. Luke 18:9 14).<br />Pengajaran Katolik Roma mengenai purgatory setidaknya berasal dari PL Apokrifa (2 Maccabees 12:39 45).<br />Menilai konsep rabinis tentang teshu‚bah. PL tidak mendukung pengertian rabinis. PL mengajarkan bahwa keselamatan kekal adalah melalui anugrah Allah dan itu diterima melalui respon iman manusia, bukan melalui tindakan kebaikan atau dengan berbalik dari setiap dosanya (cf. Gen 15:6; Hab 2:4). Tidak ada bukti dalam PL mengenai purgatory atau mengenai sebagian besar orang pasti masuk kedalam kerajaan Allah. Walau ada beberapa bagian PL yang merujuk pada keselamatan kekal (e.g., Gen 3:15;22:1 l9; Isa 12:23; 45:22; 49:6ff; 52:13 53:12; Jer 31:7; 46:27; Zech 8:7; 9:9, 16), hanya ada beberapa yang berurusan dengan kondisi manusia dari keselamatan kekal, yaitu iman (Gen 15:6; Hab 2:4). <br />Bagian yang paling utama sebagai cara pandang pengajaran PL mengenai keselamatan adalah Gen 15:6: Lalu percayalah Abram kepada TUHAN, maka TUHAN memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran." Genesis 15:6 adalah John 3:16 nya PL. Hanya satu syarat yang diberikan: percaya pada Tuhan.<br />Apa yang dipercaya Abraham tentang Allah? Dia percaya bahwa Allah akan mengampuni dosanya dan memberikan dia tempat dalam kerajaanNya yang akan datang. Tentu, pada saat itu pengertian Abraham mengenai Mesias dan pekerjaanNya belum sepenuhnya dikembangkan. Pengertiannya mungkin bertumbuh sebagai hasil dari permintaan Tuhan untuk mengorbankan anaknya dan pada saat terakhir menyediakan gantinya (Genesis 22). Tapi, jelas dari penggunaan Paulus akan teks ini bahwa itu bersifat keselamatan, merujuk pada pembenaran Abraham melalui iman semata (Gal 3:6 14; Rom 4:1 25). Walau Abraham melakukan banyak pekerjaan baik, tidak satupun yang mendatangkan pembenaran dihadapan Allah..<br />Bagian PL kedua, Hab 2 :4, juga mengajarkan bahwa satu-satunya syarat PL untuk keselamatan kekal adalah iman kepada Tuhan. Konteks berkaitan dengan invasi Babilon. Orang sombong akan digunakan oleh Tuhan untuk menghukum Israel. Karena orang sombong tidak disukai Tuhan, mereka pada akhirnya juga akan jatuh. (kesombongan mendahului kejatuhan.) "Akah hidup " disini janji potensi atau perintah. Seorang yang diterima Allah melalui iman semata memiliki potensi untuk hidup, lepas dari penghukuman sementara Allah. Dia menyadari bahwa potensi hidup sejalan dengan kebenaran saat dia bersama dengan Tuhan.<br />Penggunaan Paulus akan ayat ini menegaskan pengertian ini. Dia menggunakannya untuk menunjukan bahwa seseorang mendapatkan kebenaran Tuhan melalui iman semata (Rom 1:17; Gal 3:11). Nygren dengan meyakinkan menunjukan bahwa saat Paulus mengutip Hab 2:4 dalam Rom 1:17 dia menggabungkan "orang benar " dan "melalui iman " dalam cara dimana mereka dilihat sebagai satu unit: Dia yang melalui iman adalah benar." Didalam Roma 1 4 Paulus menjelaskan ekspresi, "dia yang beriman adalah benar." Kemudian didalam pasal 5 8 dia berurusan dengan perkataan Rom 1:17, "akan hidup." Orang yang dibenarkan melalui iman semata bebas dari murka Allah (Romans 5), dari dosa (Romans 6), dari taurat (Romans 7), dan dari kematian (Romans 8). Semua ini benar bagi kita orang percaya dan dasar bagi perjuangan kita melawan daging untuk menghidupi natur baru kita (cf. Rom 6:11 13; 8:12 17; 12:1 15:13).<br />Manusia dibenarkan dihadapan Tuhan melalui iman (Rom 1:17 4:25; Gal 3:6 14). Tapi hanya melalui kehidupan baru seseorang yang dibenarkan melalui iman mempertahankan kehidupan sementaranya (Rom 8:13; Heb 10:37 38). Romans 8:13 mengandung bayangan kembali Rom 1:17 dan Hab 2:4. Disana Paulus mengatakan kepada orang percaya, mereka yang dibenarkan oleh iman dan yang secara kekal sudah aman (Rom 8:38 39), "jika kamu hidup menurut daging, kamu akan mati; tetapi jika oleh Roh kamu mematikan perbuatan-perbuatan tubuhmu, kamu akan hidup."<br />Seperti yang telah disebutkan diatas, beberapa bagian PL (Ps 22:27; Isa 6:10; 10:21; 19:22; Jer 24:7) merujuk pada masa depan Israel dan bangsa lain kepada Tuhan dalam iman. Mereka menegaskan pengertian kita akan Gen 15:6 dan Hab 2:4—bahwa satu-satunya syarat PL untuk mendapatkan keselamatan kekal adalah sepenuhnya percaya pada Tuhan dan syarat utamanya terhadap dosa seseorang.<br />Pengertian dari pengajaran PL mengenai kondisi manusia dan keselamatan kekal ditegaskan oleh beberapa bagian PB.<br />Mengomentari pengajaran PL tentang keselamatan kekal, Paulus menulis dalam Rom 4:3 8:<br />Sebab apakah dikatakan nas Kitab Suci? "Lalu percayalah Abraham kepada Tuhan, dan Tuhan memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran." Kalau ada orang yang bekerja, upahnya tidak diperhitungkan sebagai hadiah, tetapi sebagai haknya. Tetapi kalau ada orang yang tidak bekerja, namun percaya kepada Dia yang membenarkan orang durhaka, imannya diperhitungkan menjadi kebenaran. Seperti juga Daud menyebut berbahagia orang yang dibenarkan Allah bukan berdasarkan perbuatannya: "Berbahagialah orang yang diampuni pelanggaran-pelanggarannya, dan yang ditutupi dosa-dosanya; berbahagialah manusia yang kesalahannya tidak diperhitungkan Tuhan kepadanya ..<br />Demikian juga dalam Gal 3:6 14 Paulus menulis:<br />Secara itu jugalah Abraham percaya kepada Allah, maka Allah memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran. Jadi kamu lihat, bahwa mereka yang hidup dari iman, mereka itulah anak-anak Abraham. Dan Kitab Suci, yang sebelumnya mengetahui, bahwa Allah membenarkan orang-orang bukan Yahudi oleh karena iman, telah terlebih dahulu memberitakan Injil kepada Abraham: "Olehmu segala bangsa akan diberkati." Jadi mereka yang hidup dari iman, merekalah yang diberkati bersama-sama dengan Abraham yang beriman itu. Karena semua orang, yang hidup dari pekerjaan hukum Taurat, berada di bawah kutuk. Sebab ada tertulis: "Terkutuklah orang yang tidak setia melakukan segala sesuatu yang tertulis dalam kitab hukum Taurat." Dan bahwa tidak ada orang yang dibenarkan di hadapan Allah karena melakukan hukum Taurat adalah jelas, karena: "Orang yang benar akan hidup oleh iman." Tetapi dasar hukum Taurat bukanlah iman, melainkan siapa yang melakukannya, akan hidup karenanya. Kristus telah menebus kita dari kutuk hukum Taurat dengan jalan menjadi kutuk karena kita, sebab ada tertulis: "Terkutuklah orang yang digantung pada kayu salib!" Yesus Kristus telah membuat ini, supaya di dalam Dia berkat Abraham sampai kepada bangsa-bangsa lain, sehingga oleh iman kita menerima Roh yang telah dijanjikan itu.<br />Juga, penulis kitab Ibrani menulis dalam Heb 10:1 4:<br />Di dalam hukum Taurat hanya terdapat bayangan saja dari keselamatan yang akan datang, dan bukan hakekat dari keselamatan itu sendiri. Karena itu dengan korban yang sama, yang setiap tahun terus-menerus dipersembahkan, hukum Taurat tidak mungkin menyempurnakan mereka yang datang mengambil bagian di dalamnya. Sebab jika hal itu mungkin, pasti orang tidak mempersembahkan korban lagi, sebab mereka yang melakukan ibadah itu tidak sadar lagi akan dosa setelah disucikan sekali untuk selama-lamanya. Tetapi justru oleh korban-korban itu setiap tahun orang diperingatkan akan adanya dosa. Sebab tidak mungkin darah lembu jantan atau darah domba jantan menghapuskan dosa.<br />Luke 18:9 14 dan John 1:29, bagian sebelum Salib, juga menegaskan bahwa keselamatan kekal menurut PL hanya melalui anugrah melalui iman dan bukan hasil dari pekerjaan baik.<br />PL mensyaratkan keselamatan kekal hanya pada iman semata. Sistem korban dibentuk untuk membawa pemuja agar bisa melihat keberdosaan mereka dan meletakan iman mereka kepada Allah sebagai satu-satunya harapan mereka masuk pada kerajaan (cf. Luke 18:13 14; Heb 10:1ff).<br />Mengapa banyak yang salah? Seseorang mungkin bertanya mengapa saat Yesus datang sebagian besar orang Yahudi menolak Dia dan beritaNya John 1 :11). Jika PL berpikir bahwa satu-satunya syarat keselamatan kekal adalah beriman kepada Tuhan, mengapa sebagian besar berpikir kalau syaratnya menaati Taurat?<br />Dari situ kita bisa mengatakan PB, banyak Yudaism memegang kuat legalism, sebagai bukti melalui perilaku orang Farisi (Mate 23; Luke 18:9 14). Sebagian besar bangsa menolak Yesus Kristus John 1:11). Mereka tidak ingin mengakui fakta bahwa mereka sakit dan perlu diselamatkan (Luke 5:31). Sebagian besar berusaha mencapai Allah melalui cara mereka –berusaha mendirikan kebenaran mereka sendiri daripada menerima pembenaran yang ditawarkan secara cuma-cuma oleh Tuhan (Rom 10:2 3;1 Cor 1:23).<br />Jalan sempit menunju pada kehidupan dan sedikit yang memutuskan untuk menemukannya (Matt 7:13 14; John 14:6). Itu terjadi dalam periode intertestamental dimasa Yesus, dan masih seperti itu sampai sekarang.<br />Akan menjadi salah jika kita berpikir kalau semua orang Yahudi menolak keselamatan yang ditawarkan secara cuma-cuma oleh Yesus. Sebagian memang menerima tawaranNya dan percaya kepadaNya (John 1:12). Memang, Yohanes dan Lukas melaporkan bahwa banyak (menunjukan suatu jumlah yang besar, bukannya mayoritas) imam dan pemimpin Yahudi beriman pada Yesus Kristus (John 12:42; Acts 6:7). Bahkan Saulus dari Tarsus, musuh utama Injil Anugrah dan Salib Kristus, percaya pada Yesus Kristus sebagai satu-satunya harapan disorga dan menjadi Rasul orang non-Yahudi (Gal 1:11 3:14).<br />C. Kesimpulan<br />Istilah shu‚b digunakan dalam PL untuk merujuk pada berbaliknya Israel atau menjauh dari Allah dan berbaliknya Allah terhadap bangsa itu dengan berkat atau menjauh dari mereka dengan kutuk. Didalam sebagian besar konteks berkat atau kutuk temporal dalam bahasan. Didalam beberapa bagian, ekspresi ‘berbalik kepada Tuhan’ digunakan untuk merujuk pada keselamatan kekal yang akan datang bagi bangsa. Didalam konteks berbalik pada Tuhan digunakan sebagai sebutan untuk iman.<br />Sumber Extra biblical Yahudi (PL Apocrypha, Talmud, Mishnah) menunjukan kalau para rabi dari periode intertestamental dan masa Yesus berpegang pada pandangan legalistic akan syarat keselamatan. Mereka percaya keselamatan melalui anugrah melalui kesetiaan bukan pengajaran PL mengenai keselamatan melalui anugrah dan melalui iman.<br />IV. Na„ham<br />Istilah lain yaitu na„ham didalam PL berarti menyesali atau ‘menenangkan diri." Ini muncul 108 kali dalam PL, tapi hanya tiga penggunaannya yang berkaitan dengan pertobatan manusia.<br />Natur non-teknis dari istilah ini ditunjukan dalam sebagian besar penggunaan teologis yang merujuk pada apa yang disebut "repentance of God." <br />Dua bagian yang menggunakan na„ham untuk merujuk pada keselamatan manusi berkaitan dengan keselamatan temporal bukan kekal. Jeremiah 8:6 menunjukan, karena bangsa tidak menyesali kejahatan mereka (i.e., pemujaan berhala) hukuman temporal diberikan. Ayub 42:6 berkaitan dengan kesedihan Ayub atas perkataan bodoh yang diucapkannya selama ujian.<br />Jeremiah 31:19 berkata bahwa setelah Israel berbalik kepada Tuhan, dia akan menyesali tindakannya. Bagian ini merujuk pada pemulihan Israel dimasa mendatang oleh Allah. Setelah bangsa itu kembali pada Tuhan dalam iman, Israel akan menyesali ketidaktaatan dan ketidakpercayaannya selama ini.<br />V. Kesimpulan<br />Konsep pertobatan manusia dalam PL ada dua. Pertama dan yang terutama berarti berbalik kepada atau menjauh dari sesuatu (shu‚b). Kedua tapi jarang adalah menyesali tindakan sebelumnya (na„ham).<br />Syarat PL terhadap keselamatan sementara adalah berbalik dari dosa. Tuhan berjanji memberkati Israel jika dia taat dan mengutuk jika dia tidak taat. Ada banyak contoh dalam PL mengenai bangsa atau pribadi Israel yang mengalami kutuk saat mereka menjauh dari Allah dan berkat saat mereka berbalik kepada Tuhan.<br />PL tidak pernah, mensyaratkan keselamatan kekal adalah berbalik dari dosa seseorang. Keselamatan kekal dalam PL semata didasarkan atas berbalik pada Tuhan melalui iman.<br />Keselamatan kekal selalu oleh anugrah melalui iman. Inilah mengapa Mesias harus mati disalib untuk dosa keturunan Adam.<br />Kita sekalian sesat seperti domba, <br />masing-masing kita mengambil jalannya sendiri, <br />tetapi TUHAN telah menimpakan kepadanya kejahatan kita sekalian .<br />(Isa 53:6)Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4416963384356183758.post-24264276508522169022011-11-09T13:01:00.000+08:002011-11-09T13:32:07.297+08:00Pertobatan Bagian 1<span style="font-weight:bold;">Doktrin <br /><span style="font-weight:bold;">Pertobatan dalam Sejarah Gereja </span><br /></span><br />Disalin Journal of the Grace Evangelical Society<br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://3.bp.blogspot.com/_8F7fyD7lX9g/S2pVTI9e8rI/AAAAAAAAAYc/XeR7uIykuhc/s1600-h/pertobatan2.jpg"><img style="float:left; margin:0 10px 10px 0;cursor:pointer; cursor:hand;width: 99px; height: 119px;" src="http://3.bp.blogspot.com/_8F7fyD7lX9g/S2pVTI9e8rI/AAAAAAAAAYc/XeR7uIykuhc/s400/pertobatan2.jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5434249687687164594" /></a><br /><span style="font-weight:bold;">Hanya ada beberapa masalah penting yang menarik perhatian mereka yang percaya surga neraka daripada pertanyaan apa yang harus dilakukan seseorang untuk bisa masuk kedalam sorga. Jawaban dari pertanyaan ini hampir selalu mengacu pada pertobatan. Didalam keseluruhan sejarah gereja hampir setiap teolog mengajarkan bahwa pertobatan sangat penting bagi keselamatan dari neraka. Bagaimanapun, beberapa pengertian yang berbeda tentang pertobatan banyak dibela. Tulisan ini akan melukiskan pengertian itu.<span style="font-style:italic;"></span></span> <br />I. Pandangan Pre Reformation<br />Dari para rasul sampai para reformer, intinya ada satu pandangan yang dipakai. Disayangkan pandangan ini sangat sedikit melihat atau tidak adanya anugrah. Suatu system keselamatan yang muncul dimasa gereja permulaan. Herannya, generasi pertama setelah para rasul telah membengkokan kabar baik yang telah dipercayakan para rasul pada mereka. Tentang teologi para rasul Torrance menulis:<br />Keselamatan didapat, menurut mereka, oleh pengampunan ilahi tapi atas dasar pertobatan [perubahan diri dihadapan Tuhan], bukan atas dasar kematian Kristus semata. Jelas gereja permulaan ingin untuk menjadi martir, merasa bahwa dengan cara itu orang keselamatan orang Kristesn sesuau dengan salib, daripada iman … tidak melihat bahwa seluruh keselamatan berpusat pada pribadi dan kematian Kristus .... Gagal mengerti arti salib dan membuatnya sebagai pasal tertentu dari iman merupakan indikasi paling jelas bahwa pengajaran anugrah sama sekali tidak ada. <br />Tiga aspek utama dari pandangan pre Reformation tentang pertobatan menyelamatkan.<br />Pengampunan Awal, Dosa Pre Baptismal Saja<br />Bapa gereja dan penerus mereka percaya bahwa keselamatan dimulai pada saat seseorang dibaptis. Saat dibaptis dosa yang telah dilakukan sampai saat itu [ditambah dosa mula-mula dari Adam] diampuni. Bapa gereja percaya bahwa seseorang akan memulai kehidupan Kristen dengan keadaan yang sama sekali baru. Tentu saja, tidak akan terus bersih untuk waktu yang lama. Karean setiap orang terus dijangkiti dosa setelah baptisan (1 John 1:8, 10), gereja harus mengembangkan suatu rencana dimana dosa post baptismal bisa ditebus.<br />Pengampunan Dosa Post Baptismal Sins oleh Pertobatan/Penebusan Dosa<br />Dengan pandangan baptisan dan pengampunan dosa seperti ini, tidak heran orang mulai melalaikan baptisan sampai mereka hampir mati. Dengan cara itu mereka bisa yakin akan pengampunan total. Bapa gereja dan penerusnya berurusan dengan masalah ini dengan menganjurkan pertobatan (atau penebusan dosa) sebagai obat bagi dosa setelah dibaptis. Awalnya para bapa gereja berdebat apakah dosa utama setelah baptisan bisa diampuni sama sekali. Secara umum disetujui bahwa bahkan dosa “fana” bisa diampuni; bagaimanapun, ada beberapa silang pendapat tentang berapa banyak seseorang bisa bertobat dan diampuni. Beberapa pemimpin, seperti Hermas, berpegang bahwa hanya bisa ada satu kesempatan untuk pertobatan setelah baptisan. Pandangan itu tidak terus terpakai. Pandangan yang dipakai oleh bapa gereja adalah seseorang bisa bertobat dan diampuni untuk beberapa kali. Awalnya, mereka tidak menentukan secara spesifik berapa kali seseorang bisa bertobat karena takut memberikan orang digereja ijin untuk berdosa. Hal ini, jelas membawa beberapa orang menunda pertobatan sampai mendekati kematian. Abat kelima, sebaliknya, tidak takut memberikan orang ijin untuk berdosa, gereja secara keseluruhan menentukan bahwa seseorang bisa bertobat dan diampuni tanpa batas atau berkali-kali. <br />Pertobatan Didefinisikan sebagai Penyesalan, Pengakuan, <br />dan Pelatihan Menunjukan Tindakan Penebusan Dosa<br />Bapa gereja mengajarkan bahwa untuk mendapatkan keselamatan dari penghukuman kekal seseorang harus merasa bersalah untuk dan mengakui dosa setelah baptisan kepada pendeta dan kemudian melakukan tindakan penebusan dosa yang ditunjukan oleh pendeta. Bapa gereja latin menerjemahkan atau salah menerjemahkan, kata dalam PB metanoeo„ dan metanoia untuk merefleksikan prasangka teologis mereka. Mereka menerjemahkan istilah itu sebagai poenitenitam agite dan poenitentia, "melakukan tindakan penebusan dosa " dan "tindakan penebusan dosa.”. Kesalahan terjemahan itu sayangnya menjadi bagian dari PL latin dan kemudian versi Vulgata Latin dari Alkitab. Sampai reformasi terjemahan itu mendapat tantangan serius.<br />Ringkasan<br />Bayangkan anda seorang anggota gereja dalam abad 5 dibawah system seperti itu. Orangtua anda berpegang pada hal ini. Anda dibaptis saat masih bayi. Saat kecil anda diajar pentingnya penebusan dosa dan pengakuan kepada pendeta baik oleh orangtua dan pendeta. Seiring waktu anda menjadi seorang remaja dan anda yakin bahwa keselamatan hanya ada dalam gereja dan anda berjuang keras melawan dosa jika anda ingin masuk sorga. Oh, betapa ingin anda untuk masuk kedalamnya! Anda berharap, anda cukup baik hari ini dan tetap begitu untuk keesokan hari. Anda berharap tidak mati saat melakukan dosa seperti perzinahan, pemujaan berhala, atau menolak iman saat disiksa.<br />Anda bertanya dosa mana yang merupakan dosa fana dimata Tuhan. Bagaimana jika anda mati setelah iri atau membenci dan itu ternyata dosa yang cukup besar untuk bisa memasukan anda keneraka? Kadang anda takut kalau pendeta tidak cukup keras kepada anda saat memberi hukuman untuk penebusan dosa. Bagaimanapun, tidak ada ukuran hukuman bagi dosa. Bagaimana jika pendeta anda membuat kesalahan? Bagaimana jika anda tidak cukup untuk ditebus atas dosa anda? Anda sangat takut akan neraka dan tanpa kepastian apapun untuk bisa lolos dari apinya.<br />Robert Williams sangat baik meringkas pandangan gereja permulaan untuk pertobatan yang menyelamatkan dalam tulisannya:<br />Sedikit dan besar, jauh lebih mudah untuk masuk ke gereja daripada memasukinya lagi, sekali tujuan akhir tidak mau diakui oleh penganutnya. Permulaannya, melalui baptisan, telah diberi suatu keadaan yang baru. Apapun kejahatan yang menodai kehidupan seseorang, telah diampuni dan dilupakan dan perjalanan baru dengan Kristus dimulai. Saat gereja harus berurusan dengan mereka yang telah mengotori keadaan awallah masalah muncul. Kesalahan kecil diberikan sedikit bentuk sensor, seperti dikeluarkan sementara dari Perjamuan Kudus atau tindakan penebusan dosa lainnya. Berkaitan dengan dosa seperti perzinahan, pembunuhan dan pemujaan berhala, belum lagi kemurtadan, pemimpin gereja memiliki perbedaan bentuk hukuman. <br />Pasti tetap ada orang yang mengerti dan mengetahui anugrah Tuhan dalam Kristus, bahkan dalam masa antara Para rasul dan Reformasi. Bagaimanapun, sebagian besar tidak mengetahui apapun tentang anugrah. Mereka hanya tahu legalism dan farisi. Ada kebutuhan serius untuk reformasi menyeluruh bagi gereja. Lama baru ada. Jelas lebih dari ribuan kegelapan menutupi gereja sampai adanya reformasi.<br />II. Pandangan Reformasi<br />Para reformer menantang ketiga pilar pandangan gereja atas pertobatan yang menyelamatkan.<br />Pengampunan Awal atas Seluruh Dosa, Pre and Post Baptismal<br />Calvin, dan sedikit Luther mengajarkan bahwa semua dosa seseorang, baik pre and post baptismal, telah diampuni saat seseorang menjadi Kristen. Pengajaran seperti itu dengan jelas menandai perpecahan dari Roma. Bagaimana dengan pengakuan dosa pada pendeta dan melakukan tindakan penebusan dosa? Secara logis, itu akan dihilangkan dalam gereja yang mengadopsi pemikiran reformasi tentang pengampunan dosa. Seperti kita ketahui, itulah yang terjadi.<br />Tindakan Penebusan Dosa tidak diperlukan untuk Pengampunan Dosa Setelah Baptisan<br />Calvin menolak pemikiran bahwa seseorang harus melakukan tindakan penebusan dosa untuk menebus dosa setelah baptisan agar keselamatannya tetap ada. Dia mengajarkan bahwa kematian Kristus, sekali didapat, menebus seluruh dosa yang sudah dan akan dilakukan.<br />Luther, dalam terang pengertian tentang pertobatan, berpegang bahwa walau tindakan penebusan dosa itu sendiri tidak diperlukan, seseorang yang mengabaikan imannya dalam Kristus dan jatuh dalam dosa akan binasa kecuali dia kembali kepada Kristus untuk memperbaharui iman. Mengomentari pandangan Jeroma, posisi gereja, bahwa tindakan penebusan dosa merupakan “papan kedua setelah kapal karam," Luther menulis:<br />Anda akan melihat betapa jahat, betapa salahnya untuk mengumpamakan tindakan penebusan dosa merupakan “papan kedua setelah kapal karam," dan betapa merusaknya untuk percaya bahwa kuasa baptisan telah hancur, dan kapal jadi berkeping-keping, karena dosa. Kapal tetap baik (kuat dan tidak terkalahkan) itu tidak bisa hancur jadi “papan” Didalamnya kita membawa semua mereka yang masuk kepada keselamatan, karena kebenaran Tuhan memberikan kita janji dalam sakramen. Jelas, sering terjadi banyak orang terjatuh kelaut dan binasa; ini adalah mereka yang meletakan iman dalam janji dan terjun kedalam dosa. Tapi kapal itu sendiri tetap utuh dan jalurnya tetap. Jika ada orang yang oleh anugrah kembali kekapal, itu bukan karena papan apapun, tapi kapal itu sendiri sehingga dia tetap hidup. Orang itu adalah orang yang kembali melalui iman kepada janji yang kekal dari Tuhan. <br />Luther secara formal menolak tindakan penebusan dosa. Dia merasa tindakan itu “menyiksa batin sampai mati. Bagaimanapun, secara praktek dia tetap memegang pentingnya hal seperti itu. Untuk diselamatkan dalam penghakiman, menurut Luther, seseorang harus berusaha dalam iman, baik secara moral dan doktrin. <br />Pertobatan (Metanoia) Didefinisikan sebagai Perubahan Pikiran<br />Berbeda dengan definisi gereja akan metanoia yang meliputi penyesalan, pengakuan dan tindakan penebusan dosa, Calvin dan Luther menyimpulkan bahwa itu membantu suatu "perubahan pikiran." Pertobatan keselamatan menurut Calvin dan Luther merupakan perubahan pikiran diamana seseorang mengetahui dosanya dan perlu pengampunan dan kemudian berbalik dalam iman kepada Tuhan untuk disediakan pengampunan dalam Kristus. Intinya, Luther dan Calvin melihat pertobatan keselamatan sebagai bagian penting dari iman keselamatan.<br />Ringkasan<br />Reformasi mengenalkan pandangan baru akan pertobatan keselamatan. Cal¬vin mengajarkan bahwa semua dosa diampuni saat pertobatan, bahwa tindakan penebusan dosa tidak diperlukan karena pengampunan dosa setelah dibaptis, dan bahwa istilah PB metanoia menunjuk pada perubahan pikiran dimana seseorang mengetahui dosanya dan memerlukan pengampunan dalam Kristus. Luther setuju dengan pandangan terakhir dan sedikit dengan yang 2 pertama. Mereka yang terbeban bagi kemurnian Injil anugrah menemukan itu mengecewakan bahwa Luther memegang pandangan keselamatan linear dan kemungkinan keluar dari iman.<br />Kekuasaan tunggal Gereja Roma telah hancur. Tidak lama lagi akan diusulkan anugrah dibatasi untuk beberapa Elijah masa kini saja. Para Reformator melihat kepada Kristus dan para rasul daripada bapa gereja dalam pandangan pertobatan dan Injil. Apakah pengikut mereka bisa memiliki pandangan yang tinggi terhadap anugrah? Atau mereka, seperti para bapa gereja, kehilangan pengertian yang tepat akan anugrah dan keluar kedalam “Injil” manusi dan legalistik?<br />III. Pandangan Post Reformation<br />Periode post Reformation merupakan kelanjutan pandangan sebelumnya dan memunculkan yang baru.<br />Penyesalan, Pengakuan, dan Tindakan Penebusan Dosa<br />Pandangan pertobatan keselamatan Roma terus ada dari Reformasi sampai sekarang. Pandangan Calvin dan Luther juga terus ada. Bagaimanapun, pandangan mereka dalam beberapa kasus dimodifikasi sehingga sekarang ada 3 pandangan protestan akan pertobatan keselamatan. <br />Memalingkan Diri dari Dosa<br />Mereka yang memegang pandangan ini menganggap pertobatan keselamatan merupakan suatu perpalingan aktual dari dosa dan tidak hanya kemauan atau keinginan melakukannya. Mereka akan menjadikan seorang alkoholik sebagai contoh, bahwa untuk menjadi Kristen dia harus berhenti mabuk.<br />Suatu Kerelaan atau Keputusan untuk Berhenti Berbuat Dosa<br />Orang lain berpendapat bahwa seseorang perlu untuk rela berpaling dari dosanya. Mereka akan mengatakan pada seorang alkoholik bahwa untuk menjadi Kristen dia pertama kali harus rela berhenti mabuk. Mereka akan berhenti sebentar untuk mengatakan bahwa dia harus berhenti minum sebelum bisa diselamatkan.<br />Orang yang memegang kedua pandangan pertama ini akan menekankan pada tingkatan kebutuhan untuk sedih akan dosa seseorang dan mengkomitmenkan diri pada ketuhanan Yesus Kristus.<br />Suatu Perubahan Pikiran<br />Sebagian Protestan berpendapat bahwa pertobatan keselamatan tidak meliputi berbalik dari dosa seseorang atau bahkan keinginan untuk melakukannya. Tapi, menurut mereka, pertobatan keselamatan merupakan perubahan pikiran dimana seseorang mengenali keberdosaannya dan memerlukan keselamatan dan melihat Yesus Kristus sebagai Pengganti yang tidak berdosa yang telah mati diatas salib untuk dosanya. Mereka mengerti istilah PB metanoia dalam pengertian klasiknya.<br />Mereka akan mengatakan pada seorang alkoholik bahwa dia harus mengenali keberdosaannya dan perlunya akan keselamatan dan menempatkan imannya hanya pada Yesus Kristus agar bisa diselamatkan dari penghukuman. Mereka akan menghindari memberikan kesan bahwa individu harus mengubah gaya hidupnya atau mau melakukannya agar mendapat keselamatan dari penghukuman kekal.<br />Variasi dari Tiga Pandangan Protestan<br />Harus diperhatikan bahwa beberapa orang yang memegang ketiga pandangan protestan tentang pertobatan keselamatan tidak harus percaya bahwa keselamatan sekali didapat itu aman dan tidak bisa diganggu. Sebagian protestan berpendapat bahwa keselamatan bisa hilang karena tidak setia atas pertobatannya sendiri. Pengajaran seperti itu tidak sesuai dengan pandangan reformator tentang depravity dan kematian Jesus' yang sekali untuk mengganti kematian. Sebagian protestan memegang pandangan katolik roma akan pertobatan keselamatan –sekalipun pengakuan yang sebelumnya kepada pendeta sekarang langsung kepada Tuhan. Bagaimanapun, kita menyebut variasi itu sebagai pandangan “protestan” karena mereka yang memegangnya adalah anggota gereja protestan bukan katolik. Kenyataannya, ada enam pandangan protestan tentang pertobatan keselamatan: 1) berbalik dari dosa dan terus begitu untuk menjaga keselamatan yang bisa hilang. 2) berbalik dari dosa untuk mendapat keselamatan kekal yang tidak bisa hilang, 3) kerelaan untuk berbalik dari dosa dan kemudian, setelah bertobat, berbalik dari dosa dalam cara hidup untuk menjaga keselamatannya, 4) kerelaan untuk berbalik dari dosa agar mendapat keselamatan kekal. 5) mengubah pikiran anda tentang diri sendiri dan Kristus untuk mendapat keselamatan dan berbalik dari dosa dalam cara hidup untuk menjaga keselamatan itu, dan 6) ubah pikiranmu tentang diri dan Kristus dan mendapat keselamatan yang tidak bisa hilang.<br />IV. Kesimpulan<br />Dari awal abad kedua sampai Reformasi satu pandangan pertobatan keselamatan dijalankan, yaitu posisi Roma. Mereka berpegang bahwa saat seseorang dibaptis hanya dosa sebelumnya yang diampuni dan dosa sesudahnya hanya bisa diampuni dengan mengakui dosa kepada pendeta dan dengan seksama menjalankan tindakan penebusan dosa yang dianjurkan.<br />Reformasi memperkenalkan 2 pandangan baru. Calvin berpegang bahwa saat pertobatan semua dosa seseorang, sebelum dan sesudah dibaptis, telah diampuni dan pengakuan dosa kepada pendeta dan tindakan penebusan dosa tidak diperlukan. Luther memegang posisi diantara Calvin dan Gereja Katolik Roma. Dia percaya bahwa pengakuan pada pendeta dan melakukan tindakan penebusan dosa tidak diperlukan untuk menjaga keselamatan seseorang. Bagaimanapun, walau dia menolaknya secara formal, dia terus memegang bahwa seseorang bisa gagal mendapat keselamatan akhir karena memilih untuk hidup dalam dosa.<br />Sejak pandangan Reformasi dan Roma terus berlajut dan keenam pandangan protestan muncul. Kita harus hati-hati untuk tidak mendasarkan teologi kita pada mayoritas. Mayoritas bisa salah –dan dalam dunia yang telah jatuh ini hal itu sering terjadi.<br />Kemudian, kenapa kita harus mempelajari sejarah interpretasi? Karena dengan melakukan ini kita lebih mampu untuk datang dan menjaga kesimpulan kita sendiri dan berinteraksi dengan yang lain, baik orang percaya maupun belum. Jika, sebagai contoh, saya mengerti posisi Roma akan pertobatan keselamatan, kesaksian saya pada Katolik juga dikuatkan.<br />Pandangan mana yang benar dalam hal ini? Tulisan berikutnya akan menunjukan bahwa perubahan pikiran dan keselamatan yang tidak bisa hilang merupakan yang sesuai dengan Alkitab. Jika seseorang harus menyerahkan sesuatu atau mau melakukan itu untuk mendapat keselamatan, maka itu bukan cuma-cuma. Jika seseorang harus hidup taat untuk menjaga keselamatan, maka iman ditambah usaha, menghilangkan anugrah. Pandangan lain tentang hal ini gagal menangkap gawatnya keberdosaan kita ditangan Tuhan yang Suci. Tidak ada yang bisa kita lakukan untuk membersihkan hidup kita sehingga berkesan bagi Tuhan. Hanya darah Yesus Kristus yang bisa menebus dosa kita. Dan, satu-satunya cara untuk itu adalah melalui iman dalam Kristus semata. Satu-satunya hal yang harus kita serahkan adalah sikap membenarkan diri. Kita harus berhenti melihat diri kita cukup baik untuk mendapat keselamatan dan menempatkan kepercayaan kita atas apa yang Yesus Kristus lakukan disalib bagi kita sebagai pengganti.<br />Tidak ada yang bisa pergi kepada Tuhan dengan usaha sendiri. Tapi banyak yang mencoba. Satu-satunya cara yang perlu dilakukan seseorang adalah mengenali ketidakberdayaan mereka dan perlu seorang Juruselamat dan meletakan iman dalam Yesus Kristus dan Dia semata untuk menyelamatkan mereka dari dosa. Suatu perubahan pikiran dibutuhkan. Sekali orang percaya dalam Yesus Kristus, dia bisa yakin, atas dasar janji Alkitab, kalau dia selalu menjadi bagian dari keluarga Tuhan yang kekal. Tuhan telah melakukan segalanya bagi kita kecuali kita harus menerima pemberian cuma-cuma itu. Itu bagian kita.<br />Injil menyediakan obat bagi dosa dan akibatnya, neraka. Pesan Injil sangat berkuasa selama tidak dibengkokan. Air hidup yang murni akan selalu memuaskan dahaga jiwa yang kering.Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4416963384356183758.post-5689047416411273672011-11-03T13:22:00.000+08:002011-11-03T13:02:26.635+08:00ARTI HIDUP SEJATI MENURUT ALKITAB<strong></strong><br /><br /><em><strong>“ketika itulah TUHAN Allah membentuk manusia itu dari debu tanah dan menghembuskan nafas hidup ke dalam hidungnya; demikianlah manusia itu menjadi makhluk yang hidup.”<br />(Kejadian 2:7)</strong></em><br /><br /><a href="http://4.bp.blogspot.com/_8F7fyD7lX9g/S1flHaBVH6I/AAAAAAAAAXU/Kh4no6ZTtTQ/s1600-h/kudus.jpg"><img style="float:left; margin:0 10px 10px 0;cursor:pointer; cursor:hand;width: 113px; height: 150px;" src="http://4.bp.blogspot.com/_8F7fyD7lX9g/S1flHaBVH6I/AAAAAAAAAXU/Kh4no6ZTtTQ/s400/kudus.jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5429059791225167778" /></a><br /><br />1.1 Arti Hidup Menurut Perspektif Dunia<br />Dunia di mana kita hidupi hari ini sedang mengalami krisis makna hidup. Berbagai cara manusia berusaha untuk mencoba menemukan makna hidupnya, dari menyiksa diri (beraskese), sampai hidup hedonis yang melampiaskan semua kesenangan hawa nafsunya. Mereka pada intinya ingin mengerti makna hidup untuk selanjutnya makna itu bisa mereka jalani dengan baik. Oleh karena itu, marilah kita melihat sekelumit tentang definisi hidup dalam perspektif dunia kita.<br />1. Hidup Adalah Perjuangan<br />Pertama, dunia kita melihat hidup adalah suatu perjuangan. Di dalam suatu perjuangan, dibutuhkan kekuatan untuk mengerjakannya. Tidaklah heran, manusia di dunia suka berjuang meskipun banyak dari mereka tidak mengerti motivasi dan tujuan dari apa yang diperjuangkannya. Yang mereka ketahui bahwa hidup ini adalah hanya untuk berjuang, terus berjuang agar mencapai apa yang diidam-idamkan. Oleh karena itu, di dunia ini sangatlah laris promosi training motivasi dari para motivator dari sekelas Anthony Robbins sampai Andrie Wongso dengan idenya Success is My Right. Para motivator ini terus memberikan motivasi bagi para peserta seminarnya dan manusia dunia ini agar mereka yang merasa down boleh ditingkatkan kembali semangatnya, tetapi rupa-rupanya semangat ini tidak bersumber dari Allah, sehingga motivasi peningkatan semangat ini adalah untuk kepentingan diri (humanisme) dan tujuannya pun untuk kemuliaan diri (meskipun di dalam beberapa buku “rohani” sekalipun, tujuan motivasi ini untuk “kemuliaan Tuhan”). Inilah jiwa atheisme praktis di dalam diri manusia yang berakar dari humanisme ditambah semangat pantheisme dan Gerakan Zaman Baru yang diindoktrinasikan melalui berbagai training motivasi dan pengembangan pribadi. Perjuangan yang dilandasi oleh semangat ingin mencapai cita-cita dan self-centered ini tentu tidak akan menemukan makna hidup sejati dan tentunya juga makna perjuangan sejati, karena yang menjadi landasannya adalah kepentingan diri yang sebenarnya makhluk yang terbatas.<br /><br />2. Hidup Adalah Kesempatan<br />Kedua, dunia kita yang terus mau berjuang, adalah dunia yang juga mengidentikkan hidup adalah kesempatan. Mereka menyadari bahwa hidup di dunia ini hanya sementara, oleh karena itu mereka memakai setiap kesempatan yang ada untuk meraih apa yang mereka inginkan. Di sini, dunia kita mengaitkan hidup dengan waktu yang ada. Di dalam setiap waktu/kesempatan, mereka mau mengerjakan apa yang diinginkan oleh mereka, entah itu baik atau jahat menurut pandangan Alkitab, mereka tidak seberapa mempedulikannya. Bagi mereka, apa yang diinginkannya harus dicapai di dalam setiap kesempatan. Misalnya, orang yang dulunya hidup miskin ingin menjadi kaya, maka dia bukan hanya berjuang untuk meraih uang, tetapi juga menggunakan setiap kesempatan yang ada untuk meraih yang dicita-citakan. Tidak heran, beberapa dari mereka sampai-sampai menggunakan kesempatan untuk meraih yang dicita-citakan dengan hal-hal yang buruk, contohnya, dengan korupsi, dll. Di sini, letak kegagalan dunia kita yang semakin jauh dari Allah, yaitu memandang setiap waktu/kesempatan adalah untuk dirinya sendiri.<br /><br />3. Hidup Untuk Kerja<br />Ketiga, hidup adalah kesempatan direalisasikan oleh banyak manusia sekarang dengan bekerja. Bagi banyak orangtua (termasuk banyak orangtua “Kristen”), kerja adalah segala sesuatu. Manusia dapat disebut manusia ketika mereka sudah bisa berdikari sendiri atau bekerja untuk mendapatkan uang sendiri tanpa tergantung dengan orangtua. Akibatnya, sejak kecil, anak-anak sudah ditanamkan konsep bahwa hidup itu untuk bekerja, sekolah untuk bekerja, dll. Tidak heran, cukup banyak anak yang masih kecil, misalnya SD atau SMP sudah bisa bekerja, misalnya, menjadi artis, model, dll. Akhirnya, fokus hidup sudah dialihkan dari Tuhan kepada kerja. Itulah tipu daya iblis yang bekerja di abad postmodern ini dengan menyingkirkan Allah dari hidup manusia. Akibatnya, mereka yang memandang hidup adalah kerja, akan memandang setiap kesempatan hanya untuk bekerja, dan aktivitas-aktivitas yang menurut mereka “tidak penting”, misalnya bahkan pergi ke gereja, persekutuan, makan, minum, tidur, dll, adalah sesuatu yang tidak penting, sehingga mereka rela mengorbankan banyak waktu untuk bekerja. Yang paling celaka adalah seorang ayah/suami/kepala keluarga yang memiliki konsep bahwa hidup untuk bekerja pasti berdampak kepada keluarganya, di mana istri akan mengalami kekurangan perhatian dari sang suami, dan anak-anak pun mengalami kekurangan perhatian dari ayah mereka, sehingga akhirnya keluarga ini akan menjadi berantakan dan berakhir kepada perceraian. Perceraian ini bisa terjadi salah satunya karena terlalu mementingkan pekerjaan sebagai fokus hidup manusia. Akibat lainnya dari konsep ini adalah mengerjakan segala sesuatu dengan keterpaksaan. Artinya, hidup orang ini akan diikat oleh pekerjaannya, baik di kantor maupun di rumah. Sehinga, tidak heran, orang ini lama-kelamaan akan menjadi stress, depresi dan akhirnya, jika tidak kuat lagi, akan bunuh diri.<br /><br />4. Hidup Adalah Uang<br />Keempat, orang yang sudah memfokuskan hidupnya pada bekerja, maka dapat dipastikan banyak dari mereka juga memfokuskan hidupnya pada uang. Konsep ketiga dan keempat ini sangat berkaitan erat. Seorang yang memandang hidup adalah hanya untuk uang, maka segala sesuatu diukur dari segi apakah yang dilakukannya itu dapat mendapatkan uang/profit bagi dirinya. Inilah jiwa pragmatis (utilitarian) dan materalis yang dianut oleh banyak manusia postmodern ini (bahkan di dalamnya banyak orang “Kristen”). Bagi mereka, yang penting adalah mereka mendapatkan uang sebanyak-banyaknya bahkan kalau perlu “mengorbankan orang lain”. Tidak heran, bisnis Multi Level Marketing (MLM), asuransi, dll laku keras, karena manusia sedang dikunci oleh uang/materi yang fana sifatnya. Profesi dokter pun tidak luput dari fokus hidup manusia yaitu uang. Dokter bukan bekerja untuk kepentingan pasien lagi, tetapi untuk uang. Tidak usah heran, mengapa banyak dokter tidak langsung memberikan obat kepada pasien yang sedang sakit, tetapi dokter tersebut memberikan obat secara bertahap (banyak dari mereka bukan beralasan medis), maksudnya, kalau pasien itu sudah habis meminum obat yang satu, maka mereka akan kembali lagi dan si dokter pasti mendapatkan pemasukan uang lagi melalui kedatangan si pasien tersebut. Bahkan yang lebih celaka, banyak pendidik, dosen, dll mengajar bukan karena panggilan-Nya di dalam hidup mereka, tetapi karena uang atau menimba pengalaman. Maka, jangan heran, banyak guru/dosen baik yang mengaku diri “Kristen” berani mengajari anak-anak muridnya secara tidak bertanggungjawab, misalnya ada seorang dosen “Kristen” saya secara tidak bertanggungjawab mengatakan, “science itu tidak ada hubungannya dengan religion”. Apakah pendeta juga tidak bisa demikian ? BISA. Banyak “hamba Tuhan” terutama di dalam banyak gereja-gereja kontemporer yang populer saat ini juga memfokuskan hidupnya pada uang dan profit pribadi. Jangan heran, di abad postmodern ini, yang dipentingkan bukan lagi pengertian/pengetahuan yang beres, tetapi feeling, lalu gereja-gereja pun berlomba-lomba menyediakan sarana-sarana yang dapat memenuhi feeling banyak orang “Kristen. Caranya ? Mudah, memanggil “pendeta-pendeta” yang “pintar” berkhotbah, bercerita lucu, lalu mengkhotbahkan kemakmuran (meskipun banyak dari mereka menolak bahwa gerejanya mengajarkan kemakmuran, tetapi yang lebih aneh lagi, slogan gerejanya mengandung unsur kemakmuran), dll. Zaman kita adalah zaman di mana sedang musim cho gereja (cari untung melalui gereja). Motivasinya, jelas, para “hamba Tuhan” gereja tersebut “melayani Tuhan” demi uang, agar bisa sukses, kaya, dll. Lalu, kesuksesannya untuk apa ? Jelas untuk profit pribadi, meskipun di depan mimbar selalu dipromosikan untuk “pekerjaan Tuhan”. Saya sudah terlalu banyak menemukan “hamba Tuhan” model ini dan ibu saya sendiri sudah banyak sekali mengalami hal ini dan menceritakannya kepada saya.<br />Adalah suatu kebodohan yang luar biasa, jika manusia diciptakan segambar dan serupa dengan Allah bisa mau diperbudak oleh uang yang adalah benda mati. Uang yang seharusnya ditundukkan oleh manusia, malahan sekarang dibalik, lalu uang menjadi tuan yang memerintah manusia. Ini namanya pembalikan posisi, yang merupakan salah satu ciri masuknya dosa ke dalam diri manusia. Tidak heran, yang sebenarnya sangat penting, misalnya membaca Alkitab, bersekutu dengan-Nya, dll, dianggap oleh manusia dunia menjadi tidak penting, dll, dan lebih aneh lagi jika ada seorang “Kristen” berjiwa pragmatis dan relativis mengatakan bahwa itu semua tergantung pada masing-masing orang, lalu kita tidak boleh memaksa mereka. Saya mengira anggapan ini sama sekali bukan anggapan seorang “Kristen” meskipun mengaku diri “Kristen”, aktif di dalam persekutuan gereja sekalipun. Seorang yang cuek dengan orang lain sama sekali bukan ciri orang Kristen sejati.<br /><br />5. Hidup itu Biasa Saja<br />Prinsip kelima dari definisi hidup yang dunia sedang ungkapkan yaitu hidup itu biasa saja, jadi jalani sebagaimana adanya. Inilah jiwa pragmatisme dunia kita yang muncul melalui definisi hidup yang biasa saja. Hidup yang biasa saja menandakan bahwa di dalam diri manusia sudah tidak ada lagi makna hidup sejati, sehingga hidup ini hanya dijalani tanpa arah dan tujuan yang pasti sesuai dengan firman-Nya. Tidak usah heran, ketika manusia dunia hanya mengerti hidup ini hanya biasa saja, maka mayoritas mereka menggunakan dan mengisi hidup mereka hanya untuk kepuasan diri mereka saja. Salah satu iklan rokok mengatakan, enjoy aja. Itu yang sedang dunia tawarkan bahwa yang penting itu enjoy, suka-suka bertindak apapun, yang penting happy, senang, gembira, dll. Hidup yang serba gembira ini sangat berbahaya, karena hidup yang gembira tidak mengerti sesungguhnya apa itu penderitaan, kesusahan, dll. Tidak heran, banyak orang “Kristen” yang sudah diindoktrinasi bahwa menjadi “Kristen” pasti kaya, sukses, dll, ketika ada penganiayaan datang, mereka lah yang pertama kali langsung menghujat Tuhan, karena kondisi yang serba pleasure sebenarnya tidak mengerti hidup itu sesungguhnya.<br /><br />6. Hidup Adalah Penderitaan<br />Kalau pada poin kelima, dunia kita mengartikan hidup itu sebagai sesuatu yang biasa saja, lalu bisa bertindak seenaknya sendiri, maka pada poin keenam, sebagai kebalikannya, beberapa manusia dunia yang ekstrim mengatakan bahwa hidup itu penderitaan. Di dalam hidup itu pasti menderita, entah itu ditinggal oleh seseorang yang dikasihi yang telah meninggal, putus pacar, dll. Pokoknya, tidak ada hidup tanpa penderitaan. Inilah wajah dunia kita yang hopeless yang mencari makna hidup tetapi akhirnya kehilangan hidup itu sendiri, karena terlepas dari jalan yang Allah telah tetapkan. Itulah akibat dari menaruh pengharapan kepada dunia ciptaan yang terbatas dan berdosa ini. Tetapi, apakah kalau kita menaruh pengharapan kepada Tuhan pasti kaya dan tidak menderita ? TIDAK. Kita jangan terlalu ekstrim. KeKristenan hendaknya jangan terlalu ekstrim menekankan dua kubu, yaitu terlalu mementingkan kesuksesan hidup, yang lainnya menekankan penderitaan terus-menerus. KeKristenan harus seimbang, menyeimbangkan antara penderitaan karena nama Tuhan dengan pengharapan sesudah penderitaan yaitu hidup kekal bersama-Nya.<br /><br />7. Hidup Untuk Orang Lain<br />Terakhir, hanya sedikit manusia bisa memiliki tujuan hidup demi orang lain. Artinya, meskipun definisi hidup yang terakhir ini masih kurang, tetapi setidaknya, defisini hidup ini masih lebih baik dari definisi hidup dari nomer satu sampai dengan 6 yang self-centered. Pada konsep terakhir ini, manusia memandang hidupnya dipersembahkan bagi orang lain. Contohnya, banyak pelukis, komposer musik, dll melakukan segala sesuatu demi orang lain, sehingga tidak heran nama-nama mereka cukup dikenal di dalam zamannya maupun zaman sesudah mereka meninggal dunia. Johan Sebastian Bach, G. F. Hendel, Leonardo da Vinci, dll adalah orang-orang yang telah bersumbangsih bagi dunia karena mereka mementingkan orang lain ketimbang diri. Mungkin saja mereka mau rugi mengorbankan waktu, tetapi yang penting orang lain mendapatkan kepuasan dari hasil kerugiannya. Tentu itu berbeda dengan semangat manusia di abad postmodern yang lebih mementingkan profit pribadi dengan mengorbankan orang lain.<br /><br /><br />1.2 Arti Hidup Menurut Perspektif “Kristen” yang Palsu<br />Lalu, sekarang ini, kita akan beralih kepada arti hidup menurut perspektif “Kristen” yang seolah-olah kelihatan lebih “rohani”, tetapi sebenarnya palsu. Mereka berani menggunakan istilah “Kristen” untuk menjelaskan makna hidup, padahal istilah itu hanya sekedar topeng untuk menyelimuti ide humanisme, pantheisme dan pragmatisme di dalam dirinya. Itulah yang kita lihat di dalam buku The Purpose Driven Life karya Rick Warren.<br />Dari judul bukunya saja, kita sudah menemukan ide yang sudah saya jelaskan tadi, yaitu istilah “Kristen” dijadikan topeng (dengan cara mengutip ribuan ayat Alkitab yang kebanyakan di luar konteks asli) untuk menyelimuti esensi sebenarnya yaitu humanisme, pantheisme, materalisme dan pragmatisme. Tentu, di dalam metode penafsiran Alkitab, Warren menggunakan tafsiran-tafsiran Alkitab yang semau gue menurut seleranya pribadi tanpa memperhatikan konteks, bahasa asli dan terjemahan-terjemahan Alkitab yang lebih tepat. Itulah metode eisegese dalam penafsiran Alkitab yang salah, tetapi laris dalam masyarakat “Kristen” (khususnya yang bertheologia Injili non-Reformed). Hal ini akan banyak disinggung dan diuraikan secara tuntas pada bab kedua makalah ini. Kembali, apakah hidup kita digerakkan tujuan ? Kalau benar demikian, sebenarnya ada tiga pertanyaan penting yang perlu dipertanyakan. Pertama, siapa yang mengarahkan tujuan itu. Kedua, apakah tujuan yang diarahkan itu ? dan ketiga, tujuan siapa yang dituju ? (atau untuk apa tujuan itu ?) Jelas, di dalam buku The Purpose Driven Life, meskipun menggunakan nama “Tuhan”, sebenarnya yang mengarahkan tujuan itu adalah diri manusia itu sendiri, tujuan itu adalah berkenaan dengan cita-cita manusia yang hebat dan mulia (tanpa Allah) lalu tujuan itu membawa kemuliaan bagi diri manusia sendiri (persis terbalik dari Roma 11:36 yang mengajarkan bahwa segala sesuatu adalah dari Dia, oleh Dia dan untuk Dia, bagi Dia lah kemuliaan selama-lamanya). Inilah jiwa humanisme sekuler (atau sekularisme) tetapi yang masih memperalat “Tuhan” agar kelihatan “rohani”. Inilah jiwa manusia berdosa.<br /><br /><br />1.3 Arti Hidup Sejati Menurut Alkitab<br />Lalu, apa kata Alkitab tentang hidup sejati ? Pada bagian awal Bab 1 ini, saya sudah mengutip Kejadian 2:7, “ketika itulah TUHAN Allah membentuk manusia itu dari debu tanah dan menghembuskan nafas hidup ke dalam hidungnya; demikianlah manusia itu menjadi makhluk yang hidup.” (Terjemahan Baru LAI) atau terjemahan Alkitab BIS memberikan pengertian yang lebih jelas, “Kemudian TUHAN Allah mengambil sedikit tanah, membentuknya menjadi seorang manusia, lalu menghembuskan napas yang memberi hidup ke dalam lubang hidungnya; maka hiduplah manusia itu.” Kata “nafas hidup” berasal dari bahasa Ibrani, neshâmâh yang berarti tiupan atau hembusan atau nafas yang vital/sangat penting/berkenaan dengan hidup. Kata Ibrani ini juga dipakai di dalam Amsal 20:27 untuk kata “Roh manusia” (Terjemahan Baru LAI) atau “hati nurani manusia” (Alkitab BIS). Lalu kata “makhluk yang hidup” (TB-LAI) diterjemahkan a living soul oleh King James Version (KJV) yang berarti jiwa/makhluk yang hidup. Kata “soul” dalam KJV ini diterjemahkan ke dalam bahasa Ibrani nephesh yang artinya makhluk yang bernafas. Dari Kejadian 2:7 inilah, kita mendapatkan satu prinsip hidup sejati dari Alkitab, yaitu hidup sejati adalah hidup yang berpaut kepada Allah sebagai Sumber Hidup. Kalau Allah tidak menghembuskan nafas hidup-Nya ke dalam hidung manusia, maka manusia tidak dapat menjadi makhluk yang hidup. Nafas hidup-Nya itulah sumber hidup bagi hidup manusia yang mengakibatkan manusia bisa bernafas dan itulah yang disebut makhluk yang hidup. Arti hidup manusia yang sejati tidak didapat dari manusia itu sendiri yang sendiri merupakan makhluk yang dicipta, tetapi dari Allah sebagai Sang Pencipta. Ketika kita ingin mengerti apa arti hidup sejati belajarlah dan bertanyalah kepada Allah karena Ia yang menciptakan kita pasti mengetahui apa arti hidup itu, dan jangan sekali-kali bertanya kepada para psikolog, eksistensialis, dll yang sendirinya juga adalah sesama manusia. Sungguh suatu kebodohan manusia dunia ini ketika mereka yang ingin mengerti arti hidup tidak langsung bertanya kepada Sang Sumber Hidup, tetapi bertanya kepada sesama manusia yang sama-sama berdosa dan terbatas. Itulah kegagalan psikologi dan eksistensialis yang tidak kembali kepada Allah.<br />Tetapi tahukah kita bahwa hidup manusia yang pada awalnya telah diciptakan Allah begitu mulia sehingga manusia langsung bercakap-cakap dengan Allah ternyata dirusak oleh manusia sendiri dengan meragukan eksistensi Allah. Itulah dosa. Dosa bukan dimulai ketika Hawa memetik buah pengetahuan yang baik dan jahat yang dilarang oleh Allah, tetapi dosa dimulai ketika manusia mulai meragukan kebenaran Allah. Usaha meragukan kebenaran Allah menjadi cikal bakal iblis terus mencobai manusia dan akhirnya manusia pertama jatuh ke dalam dosa yang mengakibatkan manusia setelah Adam dan Hawa ikut mewarisi dosa asal (original sin), di samping ada dosa aktual yang dilakukan oleh masing-masing pribadi manusia. Ketika dosa masuk ke dalam manusia, hidup manusia mulai kehilangan arah. Kehilangan arah ini ditandai dengan keinginan manusia terus melawan Allah dan ini mulai nampak ketika Kain yang membenci dan menaruh dendam kepada adiknya, Habel karena persembahan Kain tidak diterima oleh Tuhan, sedangkan persembahan adiknya diterima oleh Tuhan. Lalu, dilanjutkan dengan kejadian-kejadian dan tindakan-tindakan manusia yang membuat Tuhan menyesal, sampai-sampai Tuhan mengatakan, “Ketika dilihat TUHAN, bahwa kejahatan manusia besar di bumi dan bahwa segala kecenderungan hatinya selalu membuahkan kejahatan semata-mata, maka menyesallah TUHAN, bahwa Ia telah menjadikan manusia di bumi, dan hal itu memilukan hati-Nya.” (Kejadian 6:5-6) Tetapi yang menarik, di dalam setiap kejahatan yang manusia lakukan, Tuhan tetap menyediakan sekelompok sisa (remnant) yang masih setia kepada Tuhan. Dua ayat setelah Kejadian 6:6, yaitu pada ayat 8, Alkitab mengatakan, “Tetapi Nuh mendapat kasih karunia di mata TUHAN.” Nuh bisa mendapatkan anugerah Tuhan, itu semata-mata karena kedaulatan-Nya saja, bukan karena kehendak Nuh yang ingin mencari Tuhan. Allah yang berdaulat adalah Ia yang berkehendak menyatakan anugerah-Nya kepada siapapun menurut kedaulatan-Nya, bukan menurut perbuatan baik manusia tersebut. Itulah Reformed theology. Nuh yang mendapatkan kasih karunia Tuhan di antara manusia-manusia berdosa di zamannya berusaha mempertanggungjawabkan anugerah-Nya itu dengan hidup beres dan menaati Tuhan dan firman-Nya. Lalu, akibat ketaatannya itu dari membangun bahtera sampai keluar dari bahtera dan mendirikan mezbah bagi Tuhan, maka Tuhan berjanji di dalam Kejadian 8:21-22, “Aku takkan mengutuk bumi ini lagi karena manusia, sekalipun yang ditimbulkan hatinya adalah jahat dari sejak kecilnya, dan Aku takkan membinasakan lagi segala yang hidup seperti yang telah Kulakukan. Selama bumi masih ada, takkan berhenti-henti musim menabur dan menuai, dingin dan panas, kemarau dan hujan, siang dan malam.” Bisa saja, pada waktu itu, Nuh tidak menaati Tuhan, lalu berdalih dengan seribu macam alasan, akibatnya Nuh itu mati bersama orang-orang sezamannya. Tetapi puji Tuhan, Nuh yang kita kenal di dalam Alkitab adalah Nuh yang meresponi anugerah Allah dengan tepat dan taat mutlak kepada-Nya. Di situlah, Nuh mendapatkan makna hidup sejati, yaitu ketika ia kembali taat kepada-Nya. Banyak orang dunia hari-hari ini berpikir bahwa menjadi Kristen itu susah, karena apa saja tidak boleh, lalu mereka berpikir bahwa kalau tidak menjadi Kristen itu lebih enak. Itu adalah kesalahan besar. Saya bertanya, kalau kita hidup di zaman Nuh, apakah kita ingin menjadi seperti Nuh atau orang-orang sezamannya ? Kalau orang-orang dunia pasti memilih menjadi seperti orang-orang yang hidup di zaman Nuh yang mengejek Nuh ketika Nuh membangun bahtera, mereka berpesta pora, mabuk-mabukan, dll. Lalu, mereka menganggap diri hebat, bebas, dan itulah hidup yang mereka cari. Tetapi benarkah demikian ? Setelah bencana air bah yang menyapu bersih orang-orang di zaman itu, kecuali Nuh, maka mereka baru sadar bahwa hidup itu hanya sementara dan hidup yang tidak kembali kepada Allah akan sia-sia adanya, tetapi Nuh meskipun dirinya dihina ketika membangun bahtera pada waktu kemarau, tetapi ia mengerti hidup itu sesungguhnya karena ia kembali taat kepada Allah. Ketaatan kepada Allah itulah kunci utama kita menemukan hidup sejati. Tetapi kesalehan seperti Nuh itu sebentar saja terjadi di dalam sejarah, selanjutnya orang-orang setelah Nuh banyak bermunculan dan mereka banyak yang jahat dan memberontak terhadap Tuhan. Oleh karena itu, Allah yang Berdaulat memilih bangsa Israel menjadi bangsa pilihan-Nya. Kepada mereka, Allah mewahyukan Taurat untuk memimpin dan mengatur perilaku mereka agar berkenan kepada-Nya. Tetapi, bagaimana faktanya, apakah mereka semua menuruti perintah Taurat ? TIDAK. Mereka memang menghafal semua yang tertulis di dalam Taurat, tetapi itu hanya menguasai bidang rasio saja, dan tidak benar-benar mengerti artinya. Itulah sebabnya, mereka semakin mengerti Taurat, bukan semakin mengerti esensi Taurat, tetapi lebih menekankan fenomena upacara sesuai Taurat. Bahkan ada yang melarang orang berjalan beberapa kilometer di hari Sabat, dll. Taurat yang sebenarnya baik malahan dibuat tidak baik oleh para ahli Taurat yang menganggap diri ahli di bidang Taurat (itulah namanya ahli Taurat, ahli di bidang Taurat, ahli pula untuk memelintir hal-hal esensi di dalam Taurat). Mereka berpikir dengan hidup berbuat baik seperti yang Taurat perintahkan, mereka akan menemukan arti hidup dan keselamatan sejati. Dari Surga, Allah tidak tinggal diam, Ia mengutus Putra Tunggal-Nya, Tuhan Yesus Kristus untuk mengembalikan fungsi hidup sebagaimana pada waktu Ia menciptakan manusia. Kristus datang untuk menebus dosa manusia dan mengembalikan makna hidup sejati. Ketika Ia berinkarnasi dan turun menjadi manusia tanpa meninggalkan natur Ilahinya, Ia mengajarkan prinsip-prinsip penting tentang makna hidup. Mari kita menelusuri satu per satu di dalam Injil.<br /><br /><br />Pertama, hidup itu berpusat kepada firman Allah. Hal ini tercantum di dalam Matius 4:4, “Ada tertulis: Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah.” (dikutip dari Ulangan 8:3) Hidup manusia bukan sekedar makan, minum, bersenang-senang, tetapi hidup manusia itu berasal dari Allah, atau lebih tepatnya dari setiap firman Allah. Di sini, Tuhan Yesus tidak mengatakan bahwa manusia itu hidup tidak memerlukan roti sama sekali, tetapi Ia mengatakan bahwa manusia tidak hanya memerlukan roti saja untuk hidup. Kata “hanya” atau “saja” dalam ayat ini berarti kita masih membutuhkan roti atau makanan jasmani untuk menyambung hidup, tetapi poin penting atau esensinya bukan terletak pada roti atau sesuatu yang jasmaniah, tetapi firman Allah itulah yang esensi dan terpenting yang menjamin hidup kita menjadi bermakna. Dengan kata lain, firman Allah itu menjadi Sumber Hidup kita yang paling hakiki. Firman Allah menjadi penuntun, pemimpin dan pengoreksi hidup kita ketika kita ingin berbuat dosa. Firman Allah menjadi batas dan penghakim bagi kita, sehingga kita tidak keluar dari jalan-Nya, sebagaimana yang pemazmur katakan di dalam Mazmur 119:105, “Firman-Mu itu pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku.” Lalu, di dalam pasal yang sama di ayat 1-10, “Berbahagialah orang-orang yang hidupnya tidak bercela, yang hidup menurut Taurat TUHAN. Berbahagialah orang-orang yang memegang peringatan-peringatan-Nya, yang mencari Dia dengan segenap hati, yang juga tidak melakukan kejahatan, tetapi yang hidup menurut jalan-jalan yang ditunjukkan-Nya. Engkau sendiri telah menyampaikan titah-titah-Mu, supaya dipegang dengan sungguh-sungguh. Sekiranya hidupku tentu untuk berpegang pada ketetapan-Mu! Maka aku tidak akan mendapat malu, apabila aku mengamat-amati segala perintah-Mu. Aku akan bersyukur kepada-Mu dengan hati jujur, apabila aku belajar hukum-hukum-Mu yang adil. Aku akan berpegang pada ketetapan-ketetapan-Mu, janganlah tinggalkan aku sama sekali. Dengan apakah seorang muda mempertahankan kelakuannya bersih? Dengan menjaganya sesuai dengan firman-Mu. Dengan segenap hatiku aku mencari Engkau, janganlah biarkan aku menyimpang dari perintah-perintah-Mu.” Firman-Nya itu sangat berarti bagi hidup pemazmur. Hal ini sangat berbeda total dengan banyak paradigma hidup yang dianut oleh banyak orang yang mengaku diri “Kristen” apalagi “melayani Tuhan” lalu alergi mendengar kata “Tuhan” disebutkan di luar gereja. Kalau di dalam Mazmur 119:9, pemazmur mengatakan bahwa orang muda dapat mempertahankan kelakuan yang bersih ketika firman-Nya menjaga hidup mereka, tetapi dunia kita mengajarnya secara bertolak belakang, yaitu ketika psikologi mengajar mereka tentang makna “hidup”, maka tidak heran, banyak orang muda yang belajar psikologi (tanpa belajar firman-Nya) berakhir tragis, misalnya bunuh diri, stress, dll. Ketika manusia mencoba menemukan makna hidup di luar firman-Nya, manusia tidak pernah menemukannya, karena hidup sejati pasti berpusat kepada Allah dan firman-Nya sebagai Sumber Hidup.<br /><br /><br />Kedua, hidup yang tidak kuatir. Di dalam Matius 6:25, Tuhan Yesus mengajarkan, “Karena itu Aku berkata kepadamu: Janganlah kuatir akan hidupmu, akan apa yang hendak kamu makan atau minum, dan janganlah kuatir pula akan tubuhmu, akan apa yang hendak kamu pakai. Bukankah hidup itu lebih penting dari pada makanan dan tubuh itu lebih penting dari pada pakaian?” Hidup manusia sudah ada di tangan-Nya, karena Ia lah yang mengaturnya, tetapi seringkali di dalam hidup, manusia seringkali kuatir akan makanan, minuman, pakaian, dll, mengapa ? Karena mereka diajar bukan kembali kepada Allah, tetapi kembali kepada dirinya sendiri sebagai pusat hidup. Ketika Allah menjadi pusat hidup manusia, maka manusia tidak perlu menguatirkan hidupnya. Perhatikan kalimat terakhir di dalam ayat 25 bahwa hidup itu lebih penting daripada makanan. Mengapa demikian ? Karena kalau kita kekurangan makanan, kita bisa mencarinya kembali, tetapi kalau kita kekurangan makna hidup, bisakah kita mencarinya di dalam dunia ini tanpa kembali kepada Allah ?! TIDAK. Itulah sebabnya mengapa Tuhan Yesus berkata bahwa kita tidak perlu kuatir. Lalu, apa solusi yang Tuhan Yesus berikan agar manusia tidak perlu lagi menguatirkan hidupnya ? Di dalam ayat 31-33, Ia mengajarkan, “Sebab itu janganlah kamu kuatir dan berkata: Apakah yang akan kami makan? Apakah yang akan kami minum? Apakah yang akan kami pakai? Semua itu dicari bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah. Akan tetapi Bapamu yang di sorga tahu, bahwa kamu memerlukan semuanya itu. Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu.” Anak-anak Tuhan tidak perlu kuatir, karena kalau mereka kuatir, mereka sama halnya dengan bangsa-bangsa (manusia) yang tidak mengenal Allah. Orang yang hidupnya terus kuatir sebenarnya meragukan kedaulatan dan pemeliharaan Allah di dalam hidupnya. Tetapi tidak berarti dengan menggunakan kalimat ini, lalu kita berkata bahwa kita tidak perlu bekerja, karena semuanya diberikan Tuhan. Itu anggapan yang konyol. Kita tidak perlu kuatir di dalam hidup karena kita percaya bahwa Tuhan itu memelihara hidup anak-anak-Nya dengan berkecukupan, meskipun demikian Tuhan tetap menuntut kita untuk terus bekerja (lihat ayat 34 yang sering dilupakan, “Sebab itu janganlah kamu kuatir akan hari besok, karena hari besok mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari.”) Kalau kita tidak perlu kuatir, tidak berarti kita tidak memiliki kesusahan apapun, tetapi Kristus berkata bahwa kesusahan itu masih tetap ada, tetapi biarkanlah kesusahan itu cukup untuk sehari jangan ditambahi dengan kekuatiran yang tidak perlu. Tuhan sangat mengerti benar apa yang diperlukan manusia, sehingga Kristus memerintahkan kita untuk pertama-tama mencari dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, baru setelah itu Ia akan menambahkan berkat-Nya. Jangan menggunakan ayat ini lalu mengajarkan bahwa percaya kepada Tuhan Yesus pasti kaya, diberkati, hidup lancar, dll. Itu bidat/sesat. Ayat 33, kata “akan ditambahkan kepadamu” itu adalah bonus atau akibat setelah kita mempercayakan diri kepada-Nya dengan mencari Kerajaan Allah dan kebenarannya (mengutamakan-Nya sebagai Tuhan dan Raja dalam hidup kita). Jangan sembarangan menafsirkan Alkitab.<br /><br /><br />Ketiga, hidup manusia sejati adalah hidup seperti anak kecil (rendah hati). Matius 18:1-6 mengajarkan prinsip ini, “Pada waktu itu datanglah murid-murid itu kepada Yesus dan bertanya: “Siapakah yang terbesar dalam Kerajaan Sorga?” Maka Yesus memanggil seorang anak kecil dan menempatkannya di tengah-tengah mereka lalu berkata: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika kamu tidak bertobat dan menjadi seperti anak kecil ini, kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga. Sedangkan barangsiapa merendahkan diri dan menjadi seperti anak kecil ini, dialah yang terbesar dalam Kerajaan Sorga. Dan barangsiapa menyambut seorang anak seperti ini dalam nama-Ku, ia menyambut Aku.” “Tetapi barangsiapa menyesatkan salah satu dari anak-anak kecil ini yang percaya kepada-Ku, lebih baik baginya jika sebuah batu kilangan diikatkan pada lehernya lalu ia ditenggelamkan ke dalam laut.” Di sini, Tuhan Yesus menggabungkan konsep “bertobat” dengan menjadi seperti anak kecil. Apa artinya ? Pada waktu itu, para murid sedang berebut kekuasaan ingin menjadi yang terbesar dalam Kerajaan Surga, sehingga Kristus harus menegur mereka dan mengatakan bahwa seorang yang masuk Surga adalah seorang yang bertobat, artinya tidak lagi mementingkan hal-hal duniawi yang merupakan citra manusia lama dan segera memperbaharui hidup dengan mementingkan apa yang Tuhan inginkan. Kedua, setelah bertobat, mereka harus menjadi seperti anak kecil yang memiliki kerendahan hati. Anak kecil meskipun seringkali dihina oleh masyarakat sebagai manusia yang kurang pengalaman, tetapi dipakai oleh Kristus untuk menghina mereka yang katanya sudah berpengalaman, berpendidikan, dll, tetapi sombong dan tidak rendah hati lagi. Yang masuk ke dalam Kerajaan Surga bukan konglomerat, presiden, pembesar negara, pendeta, dll, tetapi mereka yang hidup seperti anak kecil (childlike) yang memiliki kerendahan hati (bedakan dengan childish, yaitu sifat kekanak-kanakan, sifat ini tidak disukai oleh Tuhan). Hidup seperti anak kecil (childlike) adalah hidup yang mulia. Ketika kita belajar hidup menjadi seperti anak kecil, maka kita dapat masuk ke dalam Kerajaan Surga. Orang-orang yang suka menyombongkan diri sebagai “penghuni surga” lalu “bersaksi” bahwa dirinya berkali-kali naik turun “surga”, berhati-hatilah, kalau ia tidak bertobat, mungkin ia nanti pasti menjadi penghuni neraka. Tidak berarti karena kita telah berbuat baik, maka kita masuk Surga. Tolong baik-baik mengerti ayat ini. Kita bisa rendah hati, itu semua karena Roh Kudus yang menggerakkan kita untuk berbuat baik dan rendah hati. Jadi, kembali, anugerah Allah yang mendahului semua respon manusia, baru setelah anugerah ini dinyatakan, Allah pula lah yang mengaktifkan kehendak manusia untuk berbuat baik bagi kemuliaan-Nya.<br /><br /><br />Keempat, hidup manusia sejati adalah hidup kudus. Kekudusan hidup diajarkan oleh Tuhan Yesus di dalam Matius 18:8-9 yang berkaitan dengan penyesatan, “” Hidup sejati adalah hidup yang kudus. Bagi Tuhan Yesus, percuma saja “masuk ke dalam Jika tanganmu atau kakimu menyesatkan engkau, penggallah dan buanglah itu, karena lebih baik bagimu masuk ke dalam hidup dengan tangan kudung atau timpang dari pada dengan utuh kedua tangan dan kedua kakimu dicampakkan ke dalam api kekal. Dan jika matamu menyesatkan engkau, cungkillah dan buanglah itu, karena lebih baik bagimu masuk ke dalam hidup dengan bermata satu dari pada dicampakkan ke dalam api neraka dengan bermata dua.hidup” (TB-LAI) atau “hidup dengan Allah” (BIS) dengan kedua tangan/kaki yang utuh tetapi salah satu berbuat dosa, lebih baik hidup dengan Allah dengan sebelah tangan/kaki. Ayat ini jangan ditafsirkan dengan sembarangan. Saya sempat membaca ada seorang pria Katolik di Filipina setelah membaca ayat ini lalu memotong kaki dan tangannya. Ini namanya penafsiran Alkitab terlalu harafiah. Itu salah. <br /><br /><br />Kelima, hidup yang rela membayar harga demi Kristus. Di dalam Matius 19:29, Tuhan Yesus mengajarkan, “Dan setiap orang yang karena nama-Ku meninggalkan rumahnya, saudaranya laki-laki atau saudaranya perempuan, bapa atau ibunya, anak-anak atau ladangnya, akan menerima kembali seratus kali lipat dan akan memperoleh hidup yang kekal.” Orang-orang dunia pasti kesulitan membaca ayat ini, karena mereka pasti berpikir bahwa kalau kita kehilangan sesuatu, pasti kita tidak bisa hidup. Tetapi tidak demikian, Tuhan kita Yesus Kristus mengajarkan hal yang paradoks yang bertentangan dengan pola pikir kita. Kristus mengatakan bahwa justru ketika berani membayar harga demi nama Kristus, maka di saat itulah kita nantinya akan mendapatkan kemuliaan kekal dan hidup sejati (kata “hidup sejati” ditambahkan di dalam Alkitab BIS. Roma 8:18-21 sungguh menguatkan kita ketika kita di dalam bahaya penderitaan karena nama Kristus, “Sebab aku yakin, bahwa penderitaan zaman sekarang ini tidak dapat dibandingkan dengan kemuliaan yang akan dinyatakan kepada kita. Sebab dengan sangat rindu seluruh makhluk menantikan saat anak-anak Allah dinyatakan. Karena seluruh makhluk telah ditaklukkan kepada kesia-siaan, bukan oleh kehendaknya sendiri, tetapi oleh kehendak Dia, yang telah menaklukkannya, tetapi dalam pengharapan, karena makhluk itu sendiri juga akan dimerdekakan dari perbudakan kebinasaan dan masuk ke dalam kemerdekaan kemuliaan anak-anak Allah.” Inilah pengharapan anak-anak Tuhan di mana mereka akan menerima mahkota kemuliaan setelah mereka menderita aniaya. Itulah paradoks. Hidup sejati adalah hidup yang rela menyangkal diri sendiri dan hidup 100% bagi Kristus. Ini tidak berarti kita harus menjadi pendeta lalu meninggalkan profesi kita. Tidak ! Hidup yang 100% bagi Kristus adalah hidup yang men-Tuhan-kan Kristus di dalam hidupnya, mungkin hidup itu terasa sulit, kita akan diejek sok suci, sok religius, dll, tetapi kita harus setia untuk tetap men-Tuhan-kan Kristus, karena di dalam Dialah ada hidup sejati (Yohanes 1:4 ; 14:6).<br /><br /><br />Keenam, hidup sejati adalah hidup yang beriman. Di dalam Yohanes 3:15-16, Tuhan Yesus bersabda, “supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal. Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.” (Alkitab BIS mengartikannya, “supaya semua orang yang percaya kepada-Nya mendapat hidup sejati dan kekal. Karena Allah begitu mengasihi manusia di dunia ini, sehingga Ia memberikan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan mendapat hidup sejati dan kekal.”) Sungguh menarik, kedua ayat ini. Seringkali kita mengaitkan kedua ayat ini hanya untuk mengungkapkan kasih Allah yang begitu besar kepada kita. Itu tidak salah. Tetapi ayat ini juga bisa mengajarkan tentang makna hidup yang sejati hanya ada ketika kita beriman di dalam Kristus yang berinkarnasi menebus dan menyelamatkan manusia yang berdosa. Di dalam iman itulah kita bisa menemukan hidup. Sebagaimana Roma 1:17b mengatakan, “Orang benar akan hidup oleh iman.” (TB-LAI) atau “Orang yang percaya kepada Allah sehingga hubungannya dengan Allah menjadi baik kembali, orang itu akan hidup!” (BIS) Orang dunia seringkali membalik konsep ini dan mengatakan bahwa orang hidup itu harus beriman, tetapi Alkitab dengan konsepnya yang pasti dapat dipercaya mengatakan bahwa justru ketika beriman di dalam Kristus, manusia pilihan-Nya bisa hidup. Mengapa demikian ? Karena hidup sejati adalah hidup yang terlebih dahulu beriman di dalam-Nya dengan menyerahkan seluruh keberadaan hidup kita kepada-Nya dan menjadikan-Nya sebagai Tuhan dan Raja di dalam hidup kita. Ketika kita percaya kepada sesuatu, di situ kita berani menyerahkan apapun kepada yang kita percayai. Demikian juga kita percaya di dalam-Nya, maka kita juga rela menyerahkan apapun yang ada pada diri kita untuk dikuasai oleh-Nya, karena kita percaya bahwa Allah itu adalah Allah yang Mutlak dan pasti dapat dipercayai.<br /><br /><br />Terakhir, hidup sejati adalah hidup yang berpengharapan dan menuju kepada kekekalan. Hal ini diajarkan oleh Tuhan Yesus di dalam Yohanes 10:27-28, “Domba-domba-Ku mendengarkan suara-Ku dan Aku mengenal mereka dan mereka mengikut Aku, dan Aku memberikan hidup yang kekal kepada mereka dan mereka pasti tidak akan binasa sampai selama-lamanya dan seorangpun tidak akan merebut mereka dari tangan-Ku.”, Yohanes 11:25,26, “Akulah kebangkitan dan hidup; barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan hidup walaupun ia sudah mati, dan setiap orang yang hidup dan yang percaya kepada-Ku, tidak akan mati selama-lamanya.” dan Yohanes 12:25, “Barangsiapa mencintai nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya, tetapi barangsiapa tidak mencintai nyawanya di dunia ini, ia akan memeliharanya untuk hidup yang kekal.” Di dalam Yohanes 12:25, Alkitab BIS mengartikan dengan lebih jelas, “Orang yang mencintai hidupnya akan kehilangan hidupnya. Tetapi orang yang membenci hidupnya di dunia ini, akan memeliharanya untuk hidup sejati dan kekal.” Apakah dengan ayat ini, kita harus bersama-sama membunuh tubuh jasmani kita supaya kita bisa hidup kekal ? Lalu, apakah kita tidak boleh mencintai diri kita ? TIDAK. Kata “mencintai nyawanya” itu dari bahasa aslinya dapat diartikan mengasihani diri atau menganggap diri berguna, hebat, dll, sehingga ketika kita berlaku demikian, maka justru yang terjadi bukan kita semakin hidup, tetapi malahan kita semakin kehilangan nyawa atau makna hidup sejati kita. Sebaliknya, ketika kita membenci (tidak mencintai) nyawa kita (atau dapat diterjemahkan menyangkal diri kita—bandingkan Matius 16:24), maka yang didapat bukan kehilangan nyawa tetapi kita akan menerima dan menemukan makna hidup sejati dan kekal. Ini namanya paradoks. Dunia kita tidak akan mengerti konsep ini sampai suatu saat Roh Kudus mencerahkan pikirannya. Puji Tuhan, kita adalah salah satu dari antara mereka yang boleh mendapatkan anugerah Tuhan. Inilah indahnya menjadi orang Kristen dapat mengerti paradoks. Hidup sejati adalah hidup yang terus menuju kepada pengharapan akan kekekalan. Akibatnya, di dalam hidup ini, kita tidak perlu dipusingkan dengan hal-hal yang tidak penting, misalnya kekayaan duniawi, kedudukan yang dihormati, dll, itu semua sampah, sama seperti yang diungkapkan Paulus bahwa pengenalannya akan Kristus membuat dia rela menganggap sampah pada semua yang ia anggap kebanggaan pada masa dulunya. Beranikah kita seperti Paulus menganggap sampah semua kemegahan dan kehebatan dunia yang berdosa ini lalu kembali hidup yang berfokus kepada pengharapan akan kekekalan ? Renungkanlah.<br /><br /><br />Setelah kita merenungkan ketujuh poin makna hidup menurut ajaran Tuhan Yesus, sudahkah kita berani menentukan fokus hidup sejati yaitu kepada dan di dalam Kristus itu sendiri ? Biarlah kita mulai mengambil keputusan untuk segera men-Tuhan-kan Kristus di dalam hidup kita dan menentukan tujuan hidup kita berpijak dari firman Allah, bergantung kepada pimpinan Roh Kudus dan murni untuk memuliakan-Nya selama-lamanya. Soli Deo Gloria. Amin.Unknownnoreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-4416963384356183758.post-8326453729581283302011-11-03T13:16:00.000+08:002011-11-03T12:54:38.992+08:00TANGGAL PENCIPTAAN ALAM SEMESTA<span style="font-weight:bold;">TANGGAL PENCIPTAAN ALAM SEMESTA</span><br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://3.bp.blogspot.com/_8F7fyD7lX9g/S2Ed-5nYdQI/AAAAAAAAAX8/WXvN_KLoNi0/s1600-h/penciptaan.jpg"><img style="float:left; margin:0 10px 10px 0;cursor:pointer; cursor:hand;width: 97px; height: 129px;" src="http://3.bp.blogspot.com/_8F7fyD7lX9g/S2Ed-5nYdQI/AAAAAAAAAX8/WXvN_KLoNi0/s400/penciptaan.jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5431655592040625410" /></a><br /><span style="font-weight:bold;"><br />Tanggal penciptaan alam semesta adalah pertanyaan yang sama sekali berbeda dari tanggal penciptaan manusia. Alam semesta mungkin telah diciptakan tidak lama sebelum penciptaan manusia atau jauh sebelumnya. Hal ini bergantung apakah periode waktu panjang yang diperlukan dalam dua ayat pertama dari kitab Kejadian dan apakah hari-hari Penciptaan itu terdiri atas dua puluh empat jam sehari atau merupakan periode waktu yang panjang. Ada kecenderungan pada pandangan bahwa hari-hari Penciptaan benar-benar terdiri atas dua puluh empat jam sehari, tetapi periode waktu yang panjang mungkin telah berlalu selama masa yang digambarkan dalam Kejadian 1:1-2. Bagaimanapun juga, diakui kemungkinan terjadinya pandangan kedua dan ketiga yang kadang-kadang dikemukakan. Pandangan kedua berpendapat bahwa hari-hari dalam kitab Kejadian adalah periode waktu yang panjang, sementara pandangan ketiga menyatakan bahwa tidak dibutuhkan periode waktu panjang baik pada dua ayat pertama kitab Kejadian atau pada hari-hari penciptaan.<span style="font-style:italic;"></span></span><br /><br />Menurut teori yang pertama, penciptaan semula alam semesta dan bumi digambarkan dalam Kejadian 1:1, "Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi." Setelah itu berlangsung periode waktu ketika "bumi belum berbentuk dan kosong" (bahasa Ibrani, "bumi dalam keadaan rusak dan porak-poranda." Kurun waktu ini mungkin saja panjang, dari beberapa ribu hingga beberapa juta tahun, dan bisa saja mencakup zaman-zaman geologis yang tampak di permukaan bumi. Selama periode ini mungkin telah terjadi kejatuhan para malaikat, dan kejatuhan Iblis. Setelah periode yang bersifat kataklisme ini, penataan dunia digambarkan, "Dan roh Allah melayang-layang di atas permukaan air. Berfirmanlah Allah, 'Jadilah terang.' Lalu terang itu jadi." Tindakan-tindakan mencipta yang berturut-turut terjadi dalam enam hari yang masing-masing terdiri atas dua puluh empat jam. Dalam enam hari ini terjadi penciptaan tanaman, binatang, dan manusia. Pandangan ini ditunjang dengan baik oleh bukti-bukti di dalam Alkitab sendiri serta bukti-bukti eksternal dari dunia ini sendiri.<br /><br />Pada abad ke-19, George H. Pember, dalam bukunya "Earth's Earliest Ages" (New York: Revell, kr. 1876), mempopulerkan padangan ini bahwa kemungkinan ada suatu periode yang panjang atau selang waktu antara Kejadian 1:1 dan 1:2. Kadang-kadang dituduh bahwa seluruh gagasan telah disebabkan semata-mata oleh bukunya. Akan tetapi, kemungkinan adanya selang waktu semacam ini telah dipertahankan oleh banyak ahli teologi yang cakap, termasung Hengstenberg (1802-1869), seorang sarjana Lutheran dari Jerman yang menjadi profesor teologi pada University of Berlin pada tahun 1828; Franz Delitszch (1813-1890), profesor di Erlangen, Jerman, dan sarjana Perjanjian Lama yang ternama; dan ahli-ahli lain seperti Boehme, Oetinger, F. von Meyer, Stier, Keerl, dan Kurtz.<br /><br />Menurut teori kedua, hari-hari yang disebut dalam kitab Kejadian merupakan periode yang panjang, mungkin berhubungan dengan berbagai zaman geologis. Ini kadang-kadang disebut sebagai teori "hari zaman." Konon pandangan ini dianut oleh Yosefus, seorang sejarawan Yahudi dari abad pertama Masehi, oleh banyak rabi, dan oleh beberapa bapa geja yang mula-mula, termasuk Ireneus (abad ke-2), Origenes (abad ke-3), dan Augustinus (abad ke-4). Orang-orang yang percaya Alkitab, yang dewasa ini mempertahankan pandangan ini belum tentu termasuk kelompok evolusionis teistik, karena kelompok tersebut beranggapan bahwa Allah menggunakan evolusi sebagai sarana yang akhirnya menghasilkan manusia, dan mereka sering berusaha untuk mencocokkan proses evolusi dengan hari-hari penciptaan dalam Kitab Kejadian. Sebaliknya, sebagian besar orang-orang yang percaya Alkitab, yang berpandangan bahwa hari-hari dalam Kitab Kejadian adalah periode yang panjang, menolak teori evolusi.<br /><br />Interpretasi harfiah yang masuk akal mengenai Alkitab kurang membenarkan penerimaan teori hari-zaman Penciptaan. Seperti kepada teori hari-zaman, teori hari-zaman dapat dan sering dianut oleh orang yang percaya Alkitab, yang setia terhadap dasar-dasar iman. Prinsip interpretasi harfiah ialah menerima sebuah kata dalam arti yang biasa, kecuali ada bukti pasti yang menunjukkan bahwa kata itu digunakan secara kiasan. Sebelum ada bukti menentukan yang berbentangan, lebih logis mengartikan hari-hari dalam kitab Kejadian sebagai hari yang secara harfiah terdiri atas dua puluh empat jam karena (1) inilah pemakaian yang alamiah dan umum kari kata tersebut; (2) pembatasan hari itu dengan "petang dan pagi" akan menunjukkan pada hari yang harfiah; (para penganut teori hari-zaman menjelaskan bahwa "dan jadilah petang dan jadilah pagi" mungkin juga bermakna kiasa, yang menunjukkan awal dan akhir suatu masa, tetapi pemakaian ini tampaknya sedikit dipaksakan mengingat konteksnya); (3) rujukan kepada hari Sabat dalam Sepuluh Hukum mengacu kepada enam hari penciptaan dan istirahat Allah pada hari ketujuh dengan cara sedemikian sehingga tersirat bahwa hari-hari benar-benar terdiri atas dua puluh empat jam. Sebuah alternatif pada teori hari-zaman seperti yang biasa dinyatakan adalah pemikiran bahwa hari-hari penciptaan adalah hari-hari yang harfiah, tetapi hari-hari itu dipisahkan oleh periode-periode yang panjang.<br /><br />Menurut pandangan yang ketiga, penciptaan bumi langsung atau paling tidak dengan segera diikuti oleh penciptaan tanaman, binatang, dan manusia selama hari-hari penciptaan yang terdiri atas dua puluh empat jam. Pandangan ini menempatkan penciptaan alam semesta dan bumi, serta juga kehidupan dan margasatwa, semua dalam periode yang singkat, mungkin sejak 10.000 sebelum Masehi. Padangan semacam ini dapat dipertahankan, tetapi ada faktor-faktor yang menunjuk pada kemungkinan adanya suatu kurun waktu antara penciptaan bumi dan penciptaan manusia:<br /><br />(1) Ketika memperingatkan Israel tentang hukuman Allah atas kemurtadan, nabi Yeremia menyampaikan visinya tentang bumi yang "campur baur dan kosong" (Yeremia 4:23), dengan menggunakan kata-kata Ibrahi yang sama seperti yang digunakan untuk bumi dalam Kejadian 1:2. Tampaknya Yeremia dituntun untuk memikirkan kembali perusakan bumi sebelum penciptaan manusia dan membandingkannya dengan keadaan malapetama yang akan terjadi jika hukuman Allah menimpa orang-orang Israel yang tidak mau bertobat. Pemakaian kata-kata yang sama ini dapat menunjuk pada periode malapetaka dalam Kejadian 1:2, yang mungkin terjadi setelah kejatuhan para malaikat dan Iblis.<br /><br />(2) Zaman-zaman geologi tampaknya memberikan bukti tentang suatu periode yang lebih panjang daripada beberapa ribu tahun. Di beberapa daerah telah ditemukan hutan-hutan membatu yang bertumpang-tindih. Allah bisa saja menciptakannya dengan cara demikian, tetapi mungkin Ia telah membiarkannya terbentuk selama kurun waktu yang sangat panjang. Tentu saja, para ahli fisika umumnya menyatakan bahwa unsur bumi ini adalah bermilyar-milyar tahun, tanpa ada kebulatan pendapat yang nyata di antara mereka mengenai ancer-ancer usianya. [ðððð]<br /><br /><br />Disalin dari : Yohannes/ BiblikaUnknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4416963384356183758.post-24804218331026140892011-10-28T07:01:00.000+08:002011-10-28T08:41:49.356+08:00Diakonia<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://1.bp.blogspot.com/_8F7fyD7lX9g/S3Tg6rUssII/AAAAAAAAAZE/f40lBtyh6CM/s1600-h/diakonia.jpg"><img style="float:left; margin:0 10px 10px 0;cursor:pointer; cursor:hand;width: 124px; height: 114px;" src="http://1.bp.blogspot.com/_8F7fyD7lX9g/S3Tg6rUssII/AAAAAAAAAZE/f40lBtyh6CM/s400/diakonia.jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5437217948809605250" /></a><br /><span style="font-weight:bold;">DIAKONIA<br />Diakonia berasal dari bahasa Junani : Diakonein, yang berarti melayani. Umumnya diartikan sebagai melayani meja makan <br /></span><br />Dalam Perjanjian Baru kata ini dipakai sebanyak seratus kali dalam berbagai bentuk. Umumnya diartikan sebagai Pelayanan Kristus atau Pelayanan Jemaat (Kolose 1:7). Namun makna yang paling penting ialah pelayanan Kristus bagi umatNya (Markus 10:45) dengan memberikan nyawaNya. Karena itu semua pelayan Jemaat pada mulanya disebut sebagai Diakonos.<br /><br />Tetapi kemudian hari dari istilah inilah timbul kata Diaken. Yang dipakai oleh Gereja sebagai sebutan kepada sekelompok pelayan yang bertugas melayani Jemaat di luar hal-hal yang berkaitan dengan Liturgi (Kebaktian). Mereka memperhatikan kehidupan orang-orang yang berada dalam kesusahan terutama pada janda dan yatim piatu. Justru oleh karena pelayanan para Diaken ini terdapat orang-orang yang susahlah nampak keindahan persekutuan Jemaat mula-mula. Dan ini jugalah yang menarik perhatian orang lain untuk menjadi pengikut Kristus (Kisah Rasul 6:1-7).<br /><br />Dari sana nampak jelas bahwa pemberitaan Firman itu tidak terpisahkan dari pelayanan (Diakonia) dan juga persekutuan Jemaat (Koinonia). Dalam perkembangan masa kini, pemahaman tentang makna Diakonia telah semakin berkembang.<br />a. Diakonia bukan lagi hanya tugas para Diaken, melainkan tugas seluruh warga Jemaat karena Diakonia adalah tugas Gereja secara menyeluruh selaku tubuh Kristus.<br /><br />b. Diakonia bukan hanya ditujukan kepada sesama anggota Jemaat tetapi juga kepada umat kepercayaan lain, bahkan sampai kepada seluruh ciptaan (Mark. 10:45).<br /><br />c. Diakonia <br />1) Meringankan penderitaan yatim piatu, janda, jompo dan mereka yang berada di Lembaga Pemasyarakatan.<br />2) Melestarikan Lingkungan Hidup<br />3) Meningkatkan kemandirian dan kepercayaan diri warga Jemaat.<br /><br />Ketiga tujuan tersebut di atas dapat diuraikan dalam 3 jenis Diakonia :<br /><br />a. Diakonia Karitatip<br />Karitatip berasal dari kata Charity (Inggris) yang berarti belas kasihan. Diakonia jenis ini memberikan pelayanan yang cuma-cuma kepada orang yang tidak mampu, kena penyakit, kemalangan atau kena bencana. Pelayanan jenis ini tidak bertujuan untuk membawa yang dilayaninya kepada suatu perubahan, melainkan hanya sekedar meringankan penderitaan mereka yang dilayani. Misalnya : Memberi sedekah pada orang miskin, menjenguk orang sakit, melayat orang kemalangan atau yang kena bencana.<br /><br />b. Diakonia Reformatip<br />Reformasi berarti merubah ke arah yang lebih baik. Pelayanan jenis ini berusaha meningkatkan kehidupan atau kondisi yang dilayani, misalnya melalui penyuluhan atau pemberian bantuan berupa modal kerja. Hal ini biasa dianalogikan dengan memberikan pancing serta ketrampilan memancing kepada orang kelaparan. Bukan memberikan ikan, karena setelah ikan itu habis maka ikan yang baru harus diberi lagi (seperti Diakonia Karitatip).<br /><br />c. Diakonia Transformatip<br />Transform artinya merubah bentuk atau susunan menjadi yang berbeda atau lain. Diakonia jenis ini berusaha melakukan perubahan yang mutlak, bukan sekedar mengusahakan peningkatan pada yang dilayani. Diakonia Reformatip misalnya berusaha memampukan petani meningkatkan produksi pertaniannya dari satu ton setiap tahun menjadi dua atau tiga ton dengan memperkenalkan teknologi yang lebih baik dan juga modal yang diperlukan. Dalam hal tersebut kurang dipermasalahkan apakah produksi yang meningkat tersebut akan sungguh-sungguh dapat meningkatkan taraf kehidupan petani. Kenyataannya produksi yang melimpah sering merugikan petani.<br /><br />Timbulnya usaha mengembangkan usaha Diakonia Transformatip ini, adalah berdasarkan kenyataan bahwa baik Diakonia Karitatip maupun Reformatip kedua-duanya sering tidak dapat membantu masyarakat yang dilayani dalam memecahkan permasalahan mereka.<br /><br />Peningkatan modal dan teknologi sering belum mampu menjawab masalah yang dihadapi. Analogi yang diangkat pada pelayanan Diakonia Reformatip di atas dapat diperpanjang dengan masalah selanjutnya yang lebih rumit. Setelah orang kelaparan tersebut diberikan pancing dan diajari tekniknya, orang tersebut pergi ke sungai untuk memancing, ternyata dia diusir dari sana, karena sungai tersebut telah dikuasai oleh orang lain. Sewaktu dia pergi ke sungai yang lain lagi, disana dia mengalami kekecewaan karena di sungai itu tidak ada ikan lagi, airnya sudah tercemar berat oleh limbah pabrik.<br /><br />Pelayanan Diakonia Transformatip ini sering harus berhadapan dengan mereka yang telah berhasil menguasai bidang-bidang tertentu.<br /><br />Dalam I Raja-raja 21 ditampilkan kekuasaan raja yang dapat menjadi sewenang-wenang untuk memenuhi keinginannya. Apa yang akan terjadi dengan keluarga Nabot sekiranya Elia tidak berani menyampaikan teguran kepada Raja Ahab? Mereka akan menjadi petani anggur yang tidak punya kebun anggur lagi !<br /><br />Diakonia jenis Transformatip berusaha memapukan manusia untuk dapat menentukan hidupnya sendiri lepas dari kekangan orang lain.Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4416963384356183758.post-80416489048453966092011-10-25T13:13:00.000+08:002011-10-25T16:13:30.020+08:00<span style="font-weight:bold;">PLOT HIDUP DAN PENDERITAAN</span> <br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://1.bp.blogspot.com/_8F7fyD7lX9g/S156avgKsYI/AAAAAAAAAXs/q9GhpV8L5AI/s1600-h/penderitaan.jpg"><img style="float:left; margin:0 10px 10px 0;cursor:pointer; cursor:hand;width: 127px; height: 81px;" src="http://1.bp.blogspot.com/_8F7fyD7lX9g/S156avgKsYI/AAAAAAAAAXs/q9GhpV8L5AI/s400/penderitaan.jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5430912800501969282" /></a><br /> “Terpujilah Allah, Bapa Tuhan kita Yesus Kristus, Bapa yang penuh belas kasihan dan Allah sumber segala penghiburan, yang menghibur kami dalam segala penderitaan kami, sehingga kami sanggup menghibur mereka, yang berada dalam bermacam-macam penderitaan dengan penghiburan yang kami terima sendiri dari Allah. Sebab sama seperti kami mendapat bagian berlimpah-limpah dalam kesengsaraan Kristus, demikian pula oleh Kristus kami menerima penghiburan berlimpah-limpah” ( 2 Korintus 1:3-5 )<br /><br /> Realita hidup mengajarkan bahwa hidup ini menderita. Orang Budhis mengatakan bahwa hidup ini penderitaan. Lahir menderita. Tua menderita. Sakit menderita dan mati menderita. Kenyataan memang berbicara bahwa hidup ini pahit. Hidup ini penuh dengan jerih lelah. Hidup ini penuh dengan peluh. Hidup ini penuh dengan kekerasan. Hidup manusia banyak mencucurkan air mata. Hidup ini adalah satu tragedi.<br /><br /> Siapa manusia yang dapat berkata hidup tidak menderita ? Siapa dapat berkata bahwa hidup ini tidak penuh dengan kepahitan ? Siapa diantara manusia yang dapat menyangkalnya ? Perhatikanlah kehidupan kita ini ! Bacalah koran dan berita di TV ! Lihatlah dengan mata ! Bukalah mata lebar-lebar ! Dengarlah dengan telinga ! Kondisi jiwa manusia modern mengalami kekuatiran, stress, depresi, kecemasan dan ketakutan. Jiwa manusia menjadi tidak tenang dan damai. Banyak kehidupan rumah tangga yang rusak. banyak anak-anak yang hidup tidak beres. Terjadi peperangan di dunia ini. Kemiskinan dimana-mana. Moral semakin merosot. Hidup menjadi tertekan. Angka bunuh diri meningkat. Orang yang mengalami depresi menjadi lebih banyak. Tingkat perceraian semakin tinggi. Kekosongan hidup semakin besar dalam hidup manusia. Kemiskinan merajalela dimana-mana. Penyakitpun banyak merongrong hidup manusia. Serangan kanker ada dimana-mana. Di dalam makanan kitapun sudah tidak aman. Inilah realita hidup ! Bila seseorang dapat menyangkal realita penderitaan hidup ini tetapi cobalah dia menyelidiki kedalaman hatinya ! Bila dia jujur maka dia harus mengakui bahwa dirinya sendiri menderita. Hati nurani walaupun sudah tercemar tetapi tidak dapat mengelabui bahwa ada realita penderitaan. Mau tidak mau kita harus mengakui bahwa Hidup ini tragedi. Hidup ini menderita.<br /><br /> Di dalam hidup yang menderita ini bagaimana orang Kristen memandang penderitaan ? Bagaimana perpektif orang Kristen terhadap penderitaan ?<br /><br /> Orang-orang modern menganggap penderitaan ini dengan kacamata penyelesaian. Orang modern yang rasionalis selalu memandang dunia ini dengan kacamata Subjek-Objek dimana diri sebagai subjek dan yang diluar diri sebagai objek. Pikiran ini berasal dari Rene Decartes. Filsafat rasionalisme Descartes terkenal dengan kata “I think therefore I am”. Artinya adalah karena saya berpikir maka saya ada. Apa implikasi pikiran rasionalisme ini ? Yang menjadi pusat keberadaan adalah saya. Saya yang besar I menjadi subjek untuk mengetahui segala sesuatu. Dan segala sesuatu di luar saya adalah objek.<br /><br /> Di dalam menghadapi masalah, orang modern menganggap masalah itu sebagai objek diluar diri saya. Objek masalah ini dianalisa, dicari penyebabnya, diteliti, dipahami, dimengerti naturnya dan dicari solusinya. Inilah cara orang modern mencari penyelesaian terhadap penderitaan. Ambil contoh ada penderitaan karena penyakit maka dicari penyebab penyakitnya dan dicari dan diselidiki obatnya di laboratorium. Ada penyakit SARS, dicari obatnya. Ada penyakit AIDS dicari obatnya. Contoh lain adanya penderitaan karena perang maka dicari penyebab perang dan dicari solusinya secara rasional. Contoh lain adalah adanya masalah di perusahaan maka dicari sumber masalahnya secara rasional dan diselesaikan masalahnya. Adanya krisis ekonomi dicari penyebabnya secara rasional dan diselesaikan masalahnya.<br /><br /> Orang modern mempunyai filsafat hidup problem-solving ( menyelesaikan masalah ). Manusia dianggap sebagai penyelesai masalah ( problem solver ) dan orang modern mempunyai anggapan bahwa manusia mampu ( capable ) untuk menyelesaikan masalah kehidupan ( dalam hal ini penderitaan ). Orang-orang modern mempunyai pandangan optimis terhadap kehidupan dan kepada kemampuan manusia untuk menghadapi hidup. Terutama orang modern optimis terhadap rasio manusia sebagai sumber kebenaran dan penyelesaian masalah. Tetapi ternyata orang-orang modern menemukan buntu di dalam menyelesaikan masalah kehidupan. Ternyata masalah yang satu dihilangkan ada masalah lain. Masalah satu diselesaikan ada masalah lain datang. Setelah penyakit satu disembuhkan ada realita penderitaan yang lain. Setelah perang selesai masih ada penderitaan lain. Realitanya penderitaan tidak pernah hilang. Bahkan ketika menyelesaikan satu masalah ternyata mungkin juga menimbulkan masalah lain. Teknologi, Ilmu pengetahuan, ekonomi, hukum, etika, filsafat, agama tidak bisa menghilangkan realita penderitaan. Jadi realita mengatakan bahwa hidup itu memang menderita. Dengan cara problem solving ternyata tidak bisa menghilangkan penderitaan. Penderitaan itu exist ( ada ).<br /><br /> Orang-orang postmodern mempunyai pandangan lain terhadap penderitaan. Bagi mereka penderitaan ini sesuatu bagian di dalam hidup. Bagi mereka penderitaan itu bukan sesuatu Objek di luar yang bisa diselesaikan seperti pandangan orang modern. Bagi mereka penderitaan ini adalah plot atau alur dari hidup manusia. Penderitaan ini bagian dari hidup manusia. Penderitaan ini ada secara subjektif di dalam setiap pribadi. Yah inilah hidup ! Hidup yang dimana ketika kita menghidupinya, kita menghidupinya di dalam penderitaan. Jadi penderitaan adalah bagian hidup dan ada di dalam hidup yang tidak terpisahkan. Ketika banyak terjadi masalah, kekacauan di dalam hidup, perang, konflik, permusuhan, sakit penyakit maka inilah hidup manusia. Inilah realita. Maka orang-orang postmodern mempunyai pandangan yang pesimis terhadap kehidupan ini. Mereka sadar bahwa hidup ini menderita. Hidup ini berada di plot atau alur penderitaan. Plot hidup adalah menderita. Arah dan alur hidup ini ditentukan oleh plot penderitaan. Kita mengenal bahwa di dalam cerita narasi ada alur, karakter dan latar belakang. Hidup manusia juga seperti sebuah cerita narasi dimana ada alurnya. Alurnya ini adalah penderitaan. Benarkah pandangan orang postmodern bahwa hidup ini diatur oleh penderitaan. Benarkah pandangan mereka bahwa hidup ini diarahkan oleh penderitaan ?<br /><br /> Sebenarnya bila plot penderitaan menjadi plot hidup maka penderitaan ini mempunyai kuasa seperti Tuhan yang mengarahkan hidup. Musa berdoa di dalam Mazmur 90 yaitu supaya Tuhan membuatnya bersukacita seimbang dengan hari-hari Tuhan menindasnya. Sebab bila hidup hanya diatur oleh penderitaan maka penderitaan ini menjadi Tuhan.<br /><br /> Sekarang bagaimana orang Kristen memandang penderitaan ini ?<br /><br /> Pertama memang harus diakui bahwa manusia ini menderita karena manusia sudah jatuh ke dalam dosa. Dunia ini sudah dikutuk. Dan manusia ada di dalam permusuhan dengan Allah, dengan sesama, dengan diri dan dengan alam. Karena itu penderitaan ada di dalam dunia ini.<br /><br /> Tetapi satu hal yang harus dipahami dan dimengerti. Penderitaan ini memang ada selama orang percaya hidup di dalam dunia maka penderitaan ini tidak harus menjadi alur atau plot yang membentuk hidup mereka. Penderitaan tidak harus bahkan jangan menjadi plot hidup yang mengarahkan hidup orang percaya. Mengapa ? Sebab Kristus datang untuk menebus penderitaan bagi Allah ! Kristus datang supaya manusia yang menderita plot hidupnya tidak dikuasai oleh penderitaan tetapi plot atau alur hidupnya diarahkan untuk Tuhan. Perempuan samaria mempunyai 5 suami dan plot hidupnya dipenuhi penderitaan. Dia sudah dihianati dan ditolak oleh banyak laki-laki dan bahkan banyak orang menghina dia sehingga dia harus pergi mengambil air siang-siang supaya tidak bertemu orang dipagi hari. Hidupnya pahit dan menderita. Tetapi ketika bertemu dengan Kristus, hidupnya berubah dan bahkan menjadi penginjil. Orang garasa plot hidupnya dikuasai oleh kuasa kegelapan sehingga dia berada di dalam kuasa iblis. Tetapi karena bertemu dengan Tuhan Yesus maka plot hidupnya menjadi berubah. Zakheus seorang pemungut cukai plot hidupnya dibenci masyarakat dan kesepian. Tetapi ketika ia bertemu dengan Kristus maka hidupnya berubah. Orang buta yang dicelikkan, orang lumpuh yang berjalan, satu orang kusta dari 10 yang tahir berubah plotnya karena Kristus. Kristus datang untuk mengubah plot hidup manusia yang menderita.<br /><br /> Jadi bagi orang percaya, penderitaan tidak menjadi plot yang mengatur hidup mereka ! Karena itu orang percaya harus menerobos realita penderitaan supaya penderitaan tidak menjadi plot hidup mereka.<br /> Fanny Crosby seorang perempuan buta yang banyak menulis lagu hymne tidak dikuasai oleh plot kebutaannya. Dia dengan efektif menjadi penulis hymn bahkan sampai 9000 hymn diperkirakan ditulisnya dan hidupnya memuliakan Tuhan. Joni Earekson Tada yang menjadi lumpuh total tidak dikuasai oleh plot penderitaan kelumpuhannya bahkan menjadi berkat dengan hidupnya menjadi pembicara dan penulis buku. Ada buku baik yang ditulisnya yaitu adalah “when God weep” Ketika Allah meratap. William Cowper menderita penyakit mental seumur hidupnya dan penuh dengan depresi serta melankolik. Tetapi hidupnya tidak dikuasai plot penderitaannya bahkan hidupnya masih menjadi berkat ketika dia menghasilkan karya-karya hymn sebanyak 64 bagi Tuhan dan juga banyak karya sastra ,puisi yang ditulisnya.. John Bunyan yang menderita dipenjara karena Injil selama 3 kali masih terus menginjili karena penjara tidak menghalangi plot hidupnya. Rasul Paulus sendiri yang menderita kekurangan, penaniayaan, kelaparan, dll tidak menganggap itu semua menjadi plot yang menguasai hidupnya tetapi rencana Allah menjadi plot hidupnya.<br /><br /> Jadi bagi kita orang percaya, penderitaan bukan menjadi plot hidup kita karena bagi kita orang percaya ada kuasa penebusan di dalam Kristus yang bisa mengubah hidup manusia dan mengarahkan hidup manusia untuk Allah. Kristus datang supaya manusia memperoleh hidup bahkan hidup yang berkelimpahan. Roh Kudus juga diberikan untuk tinggal di dalam diri kita orang percaya. Roh Kudus menyucikan, menghiburkan, mengajar, menasihati dan memimpin hidup kita orang percaya. Karena itu penderitaan bukan menjadi sesuatu yang sangat menakutkan bagi orang percaya. Mengapa ? Bahkan ketika kita orang percaya menderita, penderitaan itu adalah karunia Tuhan untuk membentuk kerohanian kita.<br /><br /> Dengan penderitaan, Tuhan Allah membikin plotNya di dalam diri kita orang percaya bukan supaya kita dikuasai penderitaan tetapi supaya kita hidup sesuai dengan jalanNya yang indah. Karakter yang diperbaharui, hidup yang bergantung kepada Tuhan ini semua rencana Tuhan yang indah. Ini semua dialami oleh orang percaya. Pemazmur mengatakan bahwa “Sebelum aku tertindas aku menyimpang tetapi sekarang aku berpegang kepada janjiMu. Bahwa aku tertindas itu baik bagiku, supaya aku belajar ketetapan-ketetapanMu.<br /><br /> Bagi orang percaya, kita semua hidup di dalam Plot Kerajaan Allah. Kerajaan Allah sudah datang dan Allah memerintah. Allah memerintah orang percaya ini sudah terjadi ( already ) walaupun belum terrealiasi secara penuh ( not yet ). Jadi orang percaya hidup di dalam atmosfir kerajaan Allah. Kata atmosfir ini kata yang indah. Kita hidup di dalam atmosfir kerajaan Allah. Dan di dalam atmosfir kerajaan Allah, segala sesuatu mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Tuhan. Di dalam atmosfir kerajaan Allah, Tuhan Allah berdaulat atas hidup manusia. Di dalam atmosfir kerajaan Allah, segala sesuatu indah pada waktunya.<br /><br /> Ada beberapa prinsip yang boleh menghibur kita orang percaya di dalam penderitaan.<br /><br /> Pertama kita sudah diselamatkan dari dosa yang merupakan masalah utama kehidupan manusia. Jadi kehidupan ini ada pengharapan karena pengampunan dosa. Kita sudah diselamatkan dan pemazmur mengatakan bahwa orang yang diampuni dosanya itu orang yang berbahagia dan diberkati.<br /><br /> Kedua kita tahu bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu mendatangkan kebaikan bagi orang percaya yang mengasihiNya. Ini janji Tuhan. Dan kita percaya bahwa Tuhan Allah berdaulat dan setia pada janjiNya. Segala sesuatu akan indah pada waktunya.<br /><br /> Ketiga kita tahu bahwa penderitaan pada saat ini tidak bisa dibandingkan dengan kemuliaan di masa mendatang. Kita boleh berharap dan beriman bahwa satu saat penderitaan ini akan hilang dan di surga tidak ada lagi air mata dan tangisan. Ada salib tetapi ada kemuliaan.<br /><br /> Keempat, kita mempunyai Tuhan Allah yang menyertai umatNya bahkan ketika melewati lembah bayang-bayang maut. Penyertaan Tuhan adalah penghiburan terbesar bagi umat Tuhan.<br /><br /> Kelima, seluruh janji Tuhan berlaku bagi orang percaya yang menderita. Tuhan menguji kita tidak melebihi kekuatan bahkan memberikan jalan keluar. JanjiNya memberikan kekuatan.<br /><br /> Keenam Seluruh penderitaan ini tidak sia-sia tetapi ada maksudnya. Hidup di dalam Tuhan ada artinya.<br /><br /> Karena itu marilah kita merefleksi bersama ! Apakah penderitaan yang kita alami ? Apakah penderitaan ini menjadi alur atau plot dalam hidup kita ? Apakah sakit penyakit menjadi plot yang mengatur hidup kita ? Apakah kelemahan menjadi plot yang mengatur hidup kita ? Apakah kemalangan menjadi plot yang mengatur hidup kita ? Apakah krisis ekonomi menjadi plot yang mengatur hidup kita ? Apakah situasi dunia menjadi plot yang mengatur hidup kita ? Apakah dosa menjadi plot yang mengatur hidup kita ? Apakah kesalahan kita menjadi plot yang mengatur hidup kita ? Apakah masa lalu menjadi plot yang mengatur hidup kita ? Apakah lingkungan menjadi plot yang mengatur hidup kita ? Maukah hidup kita diikat oleh plot penderitaan atau maukah kita bebas dari plot penderitaan yang menguasai hidup kita ?<br /><br /> Maka datanglah kepada Tuhan Yesus Kristus yang sanggup mengubah plot hidup kita untuk beribadah kepada Tuhan Allah. Marilah kita hidup di dalam atmosfir Kerajaan Allah di dalam Kristus. Satu-satunya yang dapat merubah plot hidup manusia adalah Firman Tuhan.Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4416963384356183758.post-9916611759633595502011-10-25T07:00:00.000+08:002011-10-25T15:55:54.668+08:00Dibenarkan karena Percaya<br /><br />Surat Paulus pada Jemaat di Roma ( Roma 3:1-31 )<br />Kalau begitu, apakah untungnya menjadi orang Yahudi ? Dan apakah faedahnya menuruti peraturan sunat ?<br />Tentu saja banyak faedahnya ! Pertama-tama, karena kepada orang Yahudilah Allah mempercayakan perkataan-perkataan Allah.<br />Tetapi bagaimanakah kalau sebagian orang Yahudi tidak setia ? Apakah karena itu Allah menjadi tidak setia ?<br />Tentu tidak ! Sebab jelaslah Allah selalu benar, walaupun setiap orang berbohong. Dalam Alkitab tertulis, ”Hendaknya engkau terbukti benar dalam apa yang engkau ucapkan, dan engkau menang pada waktu engkau dihakimi.”<br />Tetapi kalau keadilan Allah menjadi semakin nyata, oleh karena kita berbuat yang tidak benar, apakah yang hendak kita katakan ? Bahwa Allah tidak adil kalau Ia menghukum kita ? (Memang pertanyaan ini wajar secara manusia.)<br />Sekali-kali tidak! Sebab kalau Allah tidak adil, bagaimanakah Ia dapat menghakimi dunia ini ?<br />Tetapi kalau karena perbuatan yang tidak benar, apa yang benar tentang Allah semakin menonjol sehingga Ia dipuji, mengapa orang yang berbuat jahat itu masih disalahkan sebagai orang berdosa ? Dan mengapa kita tidak boleh mengatakan, ”Baiklah kita berbuat jahat supaya timbul kebaikan?”<br />Memang ada orang-orang yang menghina saya dengan mengatakan bahwa saya sudah berkata begitu. Orang-orang semacam itu sewajarnya dihukum oleh Allah.<br />Nah, apakah kedudukan kita sebagai orang Yahudi lebih baik dari pada kedudukan bangsa lain ? Sekali-kali tidak!<br />Sudah saya kemukakan bahwa baik orang Yahudi maupun bangsa lain, semuanya sudah dikuasai dosa.<br />Seperti yang tertulis dalam Alkitab :<br />” Tidak seorang pun yang benar,<br />tidak seorang pun yang mengerti<br />dan tidak seorang pun yang menyembah Allah.<br />Semua orang sudah menjauhkan diri dari Allah;<br />semuanya telah sesat.<br />Tidak seorang pun berbuat yang benar; seorang pun tidak!<br />Tenggorokan mereka bagaikan kuburan yang terbuka.<br />Tipu daya mengalir dari lidah mereka,<br />dan bibir mereka menyemburkan fitnah, seperti bisa ular.<br />Mulut mereka penuh dengan kutuk dan kecaman.<br />Langkah mereka cepat kalau hendak menyiksa dan membunuh orang.<br />Kehancuran dan kesusahan, ditabur mereka di mana-mana.<br />Mereka buta terhadap jalan kesejahteraan, dan tidak menghormati Allah .”<br />Sekarang kita tahu bahwa semua yang tertulis dalam hukum agama Yahudi, adalah untuk orang-orang yang berada di bawah pemerintahan hukum itu.<br /> <a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://2.bp.blogspot.com/_8F7fyD7lX9g/S34dbZWEXmI/AAAAAAAAAZM/qlIMrG_5Vm4/s1600-h/torah.jpg"><img style="float:left; margin:0 10px 10px 0;cursor:pointer; cursor:hand;width: 115px; height: 149px;" src="http://2.bp.blogspot.com/_8F7fyD7lX9g/S34dbZWEXmI/AAAAAAAAAZM/qlIMrG_5Vm4/s400/torah.jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5439817756407258722" /></a> Torah ( Kitab Musa ) agama Jahudi<br />.<br />Dengan demikian tidak seorang pun dapat memberikan alasan apa-apa lagi dan seluruh dunia dapat dituntut oleh Allah.<br />Sebab tidak seorang pun dimungkinkan berbaik dengan Allah oleh karena orang itu melakukan hal-hal yang terdapat dalam hukum agama.<br />Sebaliknya hukum itu cuma menunjukkan kepada manusia bahwa manusia berdosa.<br />Tetapi sekarang Allah sudah menunjukkan jalan bagaimana manusia berbaik dengan Dia; dan caranya itu tidak ada sangkut pautnya dengan hukum agama Yahudi.<br />Buku-buku Musa dan buku-buku nabi-nabi justru menyatakan hal itu,<br />bahwa Allah memungkinkan manusia berbaik dengan Dia, hanya kalau manusia percaya kepada Yesus Kristus.<br />Allah berbuat ini untuk semua orang yang percaya kepada Kristus; sebab tidak ada perbedaannya: Semua orang sudah berdosa dan jauh dari Allah yang hendak menyelamatkan mereka.<br />Hanya karena rahmat Allah saja yang diberikan dengan cuma-cuma, hubungan manusia dengan Allah menjadi baik kembali;<br />caranya ialah: manusia dibebaskan oleh Kristus Yesus.<br />Allah mengurbankan Kristus Yesus supaya dengan kematian-Nya itu manusia dinyatakan bebas dari kesalahan kalau mereka percaya kepada-Nya.<br />Allah berbuat begitu untuk menunjukkan keadilan-Nya. Sebab pada masa yang lampau Allah sudah berlaku sabar terhadap dosa-dosa manusia, sehingga Ia tidak menghukum mereka.<br />Tetapi sekarang Ia bertindak terhadap dosa untuk membuktikan keadilan-Nya. Dengan cara itu Ia menunjukkan bahwa diri-Nya adil ; dan setiap orang yang percaya kepada Yesus, dinyatakan-Nya sebagai orang yang sudah berbaik kembali dengan Allah.<br />Oleh karena itu tidak ada lagi alasan bagi kita untuk berbangga-bangga. Mengapa demikian? Apakah karena kita melakukan yang tercantum dalam hukum agama Yahudi ? Bukan. Tetapi karena kita percaya.<br />Sebab kesimpulannya adalah begini: Orang dinyatakan berbaik kembali dengan Allah, bukan karena ia melakukan apa yang tercantum dalam hukum agama Yahudi, melainkan karena ia percaya kepada Yesus Kristus.<br />Ataukah Allah itu Allah orang Yahudi saja ? Bukankah Ia Allah bangsa lain juga ? Ya, memang Ia Allah bangsa lain juga !<br />Sebab Allah hanya satu. Dialah yang memungkinkan orang-orang Yahudi berbaik kembali dengan Allah karena mereka percaya. Dan Dialah pula yang memungkinkan orang-orang bangsa lain berbaik kembali dengan Allah; itu juga karena mereka percaya.<br />Apakah ini berarti bahwa karena kita percaya kepada Kristus, kita membuang hukum agama Yahudi ? Sama sekali tidak ! Malah justru dengan kepercayaan kita itu, kita menghargai hukum itu.<br />Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4416963384356183758.post-26812825709813906922011-10-19T13:11:00.000+08:002011-10-19T16:46:40.959+08:00Trilogi Perkawinan Kristiani<span style="font-weight:bold;">Trilogi Perkawinan Kristiani<span style="font-style:italic;"></span></span><br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://2.bp.blogspot.com/_8F7fyD7lX9g/S1_LrO3A_yI/AAAAAAAAAX0/QhF3iO2rjVk/s1600-h/30marriage.jpg"><img style="float:left; margin:0 10px 10px 0;cursor:pointer; cursor:hand;width: 400px; height: 267px;" src="http://2.bp.blogspot.com/_8F7fyD7lX9g/S1_LrO3A_yI/AAAAAAAAAX0/QhF3iO2rjVk/s400/30marriage.jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5431283619215769378" /></a><br /><span style="font-weight:bold;"><br />PEMBICARAAN mengenai Hukum ke-7 Dasa Titah, "JANGAN BERZINAH", membawa kita pada masalah PERKAWINAN. Tidak dapat tidak! Pemahaman orang tentang apa itu "berzinah", sangat tergantung pada pemahaman yang bersangkutan tentang apa itu "perkawinan". Tidak ada perkawinan, tidak ada perzinahan. Contohnya, ayam. Ayam biasa bertukar-tukar pasangan. Entah berapa kali sehari. Tapi berzinahkah ia?</span><br /><br />Menurut ajaran Reformasi, lembaga "perkawinan" terletak pada ranah (= realm) "Orde Penciptaan" (= Order of Creation). Apa artinya? Artinya, pertama, ialah, bahwa "perkawinan" itu diciptakan dan dikehendaki Allah, sejak awalnya Ia sudah ada dalam rancang-bangun penciptaan Allah, sejak "dari sono-nya".<br /><br />Ini berbeda dengan, misalnya, lembaga manusiawi lain yang disebut "negara". Menurut Alkitab, "negara" baru direstui Allah setelah dosa dan karena dosa ( Bnd. 1 Samuel 8:1-9). Mengatakan bahwa "perkawinan" termasuk dalam "orde penciptaan", berarti mengatakan bahwa - apa pun yang kemudian terjadi -- perkawinan itu pada hakikatnya baik, suci, diberkati.<br /><br />Kedua, mengatakan bahwa "perkawinan" termasuk dalam "orde penciptaan" , juga berarti mengatakan, bahwa ia diciptakan dan dikehendaki Allah bagi semua. Semua orang ciptaan-Nya. Tidak hanya bagi sekelompok orang tertentu.<br /><br />Implikasi teologisnya adalah, tidak hanya pernikahan orang-orang Protestan, dan yang dilakukan di gereja-gereja Protestan saja, yang bisa disebut sebagai "perkawinan". Ghozali tidak boleh dicap "berzinah" dengan Chotimah, hanya karena perkawinan mereka dilangsungkan di KUA. Ong Bun Teng tidak boleh dianggap "kumpul kebo" dengan Tjhie Sam Sioe, hanya sebab mereka menikah di kelenteng, tidak di gereja.<br /><br />* * *<br /><br />SEBUAH perkawinan adalah "sah", bila ia "sah" menurut hukum. Gereja tidak mengesahkan perkawinan. Gereja hanya "sekadar" memberkati serta meneguhkan pernikahan warganya, yang terlebih dahulu telah disahkan oleh negara.<br /><br />Konon, untuk menyungguhkan ajarannya yang terkesan "menentang arus" ini, Martin Luther dengan sengaja. hanya menikah di depan pejabat negara. Dengan itu, ia seolah-olah ingin mempermaklumkan, " Dengan ini, pernikahanku toh tidak jadi berkurang keabsahannya. Baik di hadapan Tuhan, maupun di depan manusia".<br /><br />Untuk pengetahuan Anda, keyakinan itulah yang membuat gereja-gereja Protestan di Indonesia sebenarnya mengalami kesulitan mendasar, sehubungan dengan ketentuan UU Perkawinan yang berlaku di negara kita, -- yang nota bene memang sudah kontroversial sejak awal kelahirannya. Mengapa?<br /><br />Sebab, di satu pihak, UU Perkawinan menetapkan, bahwa perkawinan harus "sah" terlebih dahulu secara agama, baru kemudian bisa "dicatat" oleh negara. Di lain pihak, ajaran Protestan mengatakan yang sebaliknya: bahwa perkawinan mesti "sah" dulu di depan negara, baru gereja dapat merestui serta meneguhkannya.<br /><br />Sebab bagaimana mungkin gereja "memberkati" sebuah perkawinan yang belum sah? Atau "meneguhkan" sebuah perkawinan yang secara resmi belum ada?<br /><br />Sedang mengabsahkannya? Ini lebih mustahil lagi! Sebab "gereja" bukanlah sebuah lembaga hukum. "Gereja" juga bukan sebuah lembaga negara. "Gereja" adalah sebuah lembaga keagamaan. Mengesahkan sebuah perkawinan, berarti merampas apa-apa yang merupakan "hak" dan "otoritas" lembaga lain, d.h.i. "negara". Dan urusan pun akan jadi lebih pelik, bila sebagai konsekuensinya, "gereja" yang harus mengabsahkan "perkawinan", harus juga menentukan keabsahan "perceraian".<br /><br />* * *<br /><br />TETAPI walaupun, seperti diuraikan di atas, "perkawinan" bersifat universal, ini sama sekali tidak berarti bahwa yang disebut "perkawinan kristiani" itu tidak ada. Perkawinan Yohanes dengan Maria bisa saja sama sahnya dengan perkawinan antara Wayan dan Ketut. Tapi juga amat berbeda!<br /><br />Perbedaan itu terletak pada asas-asasnya. Sebuah "perkawinan kristiani" bukanlah sekadar perkawinan antara dua orang kristen. Melainkan sebuah perkawinan yang dilandasi oleh prinsip-prinsip kristen. Perkawinan Yohanes dan Maria tidak serta merta adalah sebuah "perkawinan kristen". Baru bisa disebut begitu, apabila Yohanes dan Maria benar-benar menjalankan hidup bersama mereka berdasarkan "asas-asas perkawinan kristen". Karena itu penting sekali kita mengetahui karakteristik asas-asas tersebut.<br /><br />Mengenai ini, perkenankanlah saya hanya berbicara mengenai apa-apa yang saya anggap paling pokok saja. Yaitu bahwa, ibarat bemo atau bajaj yang memiliki tiga roda, sebuah perkawinan kristen juga punya tiga (= trilogi) asas pokok. Tiga asas tersebut adalah: (a) asas monogami; (b) asas kesetiaan ( = fidelitas); dan (c) asas seumur hidup (= indisolubilitas). Sebuah perkawinan kristen adalah perkawinan antara seorang suami dengan seorang istri, yang untuk seumur hidup mereka, saling mengikatkan diri dalam ikatan kasih-setia.<br /><br />Yang perlu saya tekankan adalah, bahwa yang terpenting dari karakteristik ini bukanlah masing-masing asas itu secara individual, melainkan bahwa tiga asas tersebut merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan.<br /><br />Ini penting saya kemukakan, karena ada orang yang dengan "licik"nya membenarkan diri dengan memanfaatkan asas-asas itu, sekali pun perbuatannya jelas-jelas merupakan pelanggaran.<br /><br />Misalnya, kasus pak Sastro Kempul. Dengan bangganya ia selalu mengatakan, betapa dengan segenap hati ia menjunjung tinggi asas monogami. "Saya tidak pernah punya istri lebih dari satu orang", katanya.<br /><br />Tapi apa yang ia lakukan? Setiap kali ia jatuh hati kepada perempuan lain, maka diceraikannyalah istri yang "satu-satu"nya itu, untuk digantikan kedudukannya oleh istri yang baru, yang juga "satu-satu"nya. Pak Kempul menjalankan asas "monogami" tapi melanggar asas "kesetiaan" dan "asas seumur hidup".<br /><br />Pak Joni Kemplu lain lagi. Ia mengklaim diri sebagai penganut prinsip "monogami" dan juga pembela asas "seumur hidup". Karena itu, katanya, "Seumur hidup saya, saya tidak akan pernah menceraikan istri saya yang satu-satunya! Swear!". Tapi ia bermain "gelap-gelapan" dengan entah berapa banyak perempuan lain.. Pak Kemplu tidak lulus tes asas yang kedua, yaitu asas "kesetiaan".<br /><br />* * *<br /><br />ADA lagi tiga komponen yang juga amat erat saling terkait, di mana "perkawinan" adalah salah satu komponennya. Inilah TRILOGI yang kedua: saling keterkaitan antara CINTA, SEKS, dan PERKAWINAN.<br /><br />Asas ini, saya akui, kini telah dianggap usang. Tak sesuai lagi dengan gaya hidup moderen. Sebab orang moderen justru cenderung memisahkan ketiganya. "Seks", misalnya, dianggap sebagai sebuah entitas yang berdiri sendiri. Boleh dinikmati sebagai "seks".<br /><br />Tanpa perlu dikait-kaitkan dengan "cinta". Dan tanpa perlu harus dihubung-hubungkan dengan "perkawinan". "Seks untuk seks".<br /><br />Di mata orang moderen, "perkawinan" juga begitu. Tidak hina, ganjil atau nista, bila seorang Hasoloan "menikah" dengan Tarida, tapi "cinta"nya untuk Kemala, sedang "seks"nya dinikmati bersama dengan Tuti dan Rini dan Evi dan Sandra.<br /><br />Lalu "cinta"? "Cinta" tentu masih ada. Lihat saja sinetron-sinetron kita - entah berapa banyak yang bertemakan "cinta"! Tapi tunggu dulu. Bila orang-orang muda sekarang berbicara tentang "cinta" - apa sebenarnya maksud mereka? Menurut kesan saya, sekarang ini padanan kata untuk "cinta" adalah: "tertarik" atau "terpikat" atau "timbul berahi", atau macam-macam lagi. Tapi yang pasti, tidak perlu terarah ke "perkawinan". Mungkin terarah ke "seks", tapi "seks" tak selalu mesti ekspresi "cinta".<br /><br />* * *<br /><br />DALAM perspektif kristiani, tiga komponen tersebut tidak boleh dipisah-pisah atau dipiliah-pilah. "Seks" dalam pandangan kristen bukanlah sesuatu yang tabu, hina dan kotor.<br /><br />Kenikmatan seksual adalah anugerah Tuhan - bahkan salah satu anugerah Tuhan yang terbesar, yang - meniru bunyi sebuah iklan -- "membuat hidup benar-benar hidup"!<br /><br />Ya! Tapi di mana letak kenikmatan seksual yang paling puncak, dan daya tarik seksual yang paling indah? Jawabnya: ketika kegiatan seksual merupakan ekspresi "cinta" dan dilaksanakan oleh suami - istri dalam konteks "perkawinan" yang berbahagia. Ini, saudara, yang benar-benar ruaaarr biasa!<br /><br />"Seks" tanpa "cinta" tentu saja bisa tetap menyenangkan dan memberi kenikmatan tersendiri.. Tapi kesenangan dan kenikmatan yang cuma menyentuh permukaan. Tidak memberi kepuasan yang mendalam.<br /><br />"Seks" di luar konteks "perkawinan" amat boleh jadi mampu memberikan suasana petualangan yang nikmat dan menegangkan. Tapi percayalah, ia pasti tidak memberi ketentraman jiwa.<br /><br />Bahkan yang lebih sering, ia melahirkan rasa bersalah yang mengganggu serta penyesalan yang panjang.<br /><br />Karena trilogi tersebut, kita menolak ide "hidup bersama" di luar pernikahan. Gaya hidup ini memisahkan "seks" dan "cinta" dari "perkawinan". Dan sebaliknya, juga karena trilogi tersebut, kita menolak dilaksanakannya "perkawinan" dengan motivasi-motivasi lain di luar cinta yang murni dan "seksualitas" yang benar. Misalnya memaksakan perkawinan untuk menutup aib atau untuk memperoleh keuntungan.<br /><br />Sumber: http://www.glorianet.org/ekadarmaputera/ekadtril.htmlUnknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4416963384356183758.post-81089438513105815832011-10-19T12:58:00.000+08:002011-10-19T16:42:17.998+08:00Bagaimana Mendapatkan Damai Sejahtera<span style="font-weight:bold;">Bagaimana Mendapatkan Damai Sejahtera</span> <br /><br />Berdasarkan Rick Warren “Answer to Life Difficult Questions”<br /><br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://3.bp.blogspot.com/_8F7fyD7lX9g/S1kwzCyDG4I/AAAAAAAAAXc/aWpI90kWNfw/s1600-h/warren.jpg"><img style="float:left; margin:0 10px 10px 0;cursor:pointer; cursor:hand;width: 98px; height: 150px;" src="http://3.bp.blogspot.com/_8F7fyD7lX9g/S1kwzCyDG4I/AAAAAAAAAXc/aWpI90kWNfw/s400/warren.jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5429424479250094978" /></a><br /><span style="font-weight:bold;">Dalam beberapa bulan terakhir sejak tahun lalu, kita dibanjiri dengan berita yang pada dasarnya berhubungan dengan seberapa tidak adanya kepastian di dunia ini. Pemerintah sibuk mempersiapkan rencana stimulus untuk menyelamatkan situasi ekonomi di negara masing-masing, institusi keuangan bertumbangan, tokoh penting dikritik karena kesalahan manajemen dan penyalahgunaan dana dan perusahan besar memberhentikan staff. Lebih dari itu, beberapa memprediksi yang lebih buruk akan datang. <span style="font-style:italic;"></span></span><br /><br />Di dunia yang penuh dengan ketegangan dan kegelisahan, ketidakpastian membuat kita jengkel, cemas, dan menghilangkan damai sejahtera di dalam diri kita. Di samping itu, sebagian kecemasan diakibatkan oleh konflik yang belum diselesaikan di dalam kehidupan pribadi kita. <br /><br />Mari kita belajar dari Musa dalam hal menyelesaikan masalah dasar untuk mendapatkan dan menikmati damai sejahtera. Mengapa Musa? Karena dia membuat keputusan yang tepat, menyelesaikan hal yang penting yang memampukannya untuk hidup dan memikul tanggung jawab serta tetap tenang. <br /><br />Yesaya 26:3 Yang hatinya teguh Kaujagai dengan damai sejahtera, sebab kepada-Mulah ia percaya. <br /><br />DISKUSI<br />Musa mengemban sebuah misi besar untuk memimpin dua juta orang Israel keluar dari Mesir melewati padang gurun menuju Tanah Perjanjian yang disebut Israel. Itu merupakan sebuah mimpi besar yang diinspirasikan Tuhan. Tetapi apa yang terjadi pada kenyataan? Hampir di sepanjang perjalanan, orang-orang mengeluh, berdebat dan berkelahi. Mereka tidak memiliki iman yang cukup untuk masuk ke Tanah Perjanjian. Mereka menghabiskan 40 tahun mengelilingi padang gurun. Pada akhirnya, Musa dan orang orang generasinya tidak pernah menyelesaikan misinya karena ketidaksetiaan mereka. <br /><br />Musa berhak kecewa dan gelisah sebagai pemimpin bangsa yang seperti itu selama 40 tahun. Dia memiliki semua alasan yang sah untuk menjadi gugup dan tegang tetapi dia memelihara ketenangan dan kedamaian di dalam pikirannya. Akibatnya, dia tahu bagaimana bisa tetap tenang di dalam krisis, bagaimana tetap kuat di bawah tekanan dan bagaimana tetap memiliki damai sejahtera di bawah tekanan.<br /><br />Dia adalah seorang yang memiliki prinsip yang kuat; keputusannya didasarkan atas dasar prinsip hidupnya, bukan berdasarkan perasaan atau pikirannya, tetapi pada prinsip hidup Tuhan. <br /><br />Di dalam Ibrani 11:24--27, Musa menghadapi empat pertanyaan dasar yang juga kita hadapi: Siapa saya?; Apa yang benar-benar saya ingin kerjakan?; Apa yang benar-benar penting di dalam hidup?; Bagaimana saya akan hidup?<br /><br />1. Kenali diri Anda (IBR 11:24)<br />Musa harus menghadapi masalah identitas (ayat 24). Dia menolak untuk disebut cucu Firaun ketika dia dewasa. Musa sebenarnya adalah seorang Yahudi tetapi setiap orang tahu dia dibesarkan sebagai seorang Mesir di Istana Firaun. Dia bahkan dipersiapkan untuk menjadi orang kedua di Kerajaan Mesir. <br /><br />Ketika Musa menghadapi krisis identitas: “Siapa saya? Apakah saya seorang anggota keluarga Kerajaan Mesir atau apakah saya akan hidup dengan komunitas budah Yahudi? Dia bisa memilih untuk tetap berada dalam kenyamanan di dalam Istana Firaun dan memperoleh kekuasaan tetapi dia memilih keputusan yang tepat meskipun hal tersebut menghabiskan waktu 80 tahun di padang gurun. <br /><br />Di dalam hidup, kadang-kadang kita harus menghadapi krisis identitas tetapi kita harus menerima kenyataan siapa kita dan tidak berusaha menjadi orang lain. Musa menyadari hal ini dan mengambil keputusan untuk berhenti berpura-pura dengan menerima identitas aslinya. <br /><br />Jangan mencoba menjadi orang lain. Tenanglah dan jadilah diri sendiri. Tuhan menciptakan kita dan mengasihi kita apa adanya. Kita spesial bagi-Nya. Terimalah rancangan Tuhan dan jadilah diri sendiri untuk tujuan-Nya. Tuhan tidak hanya memberikan kita identitas tetapi juga martabat. Siapa pun yang Yesus hadapi di dalam Perjanjian Baru, apakah dia wanita yang berzinah atau penderita kusta yang dijauhi, mereka dikasihi oleh-Nya. Berhentilah menjadi orang lain dan biarkan Tuhan bekerja di dalam hidup Anda.<br /><br />2. Terimalah Tanggung Jawab Anda (IBR 11:25 )<br />Persoalan yang kedua adalah tanggung jawab pribadi. Musa menolak untuk menjadi orang lain dan memilih untuk berjalan sesuai dengan jalan Tuhan. Dia memilih untuk bersama dengan umat Tuhan, bangsa Israel, daripada tinggal di istana Firaun (ayat 25). <br /><br />Di dalam setiap peranan kita di dalam hidup kita, harus membuat keputusan, mengemban tanggung jawab hidup kita, bergerak maju dan membuat hidup kita berarti. Benar adanya kita tidak memiliki kendali total atas hidup kita tetapi kita bisa memilih reaksi kita atas hidup dalam cara yang positif di dalam iman. Merupakan tanggung jawab kita untuk memilih apakah kita mau menjadi orang yang pahit atau lebih baik.<br /><br />Ketika kita memikul tanggung jawab atas sikap kita, kita bisa mulai menikmati damai yang sejati.<br /><br />3. Tentukan Prioritas Anda (IBR 11:26)<br />Hal berikutnya adalah mengenai prioritas, Musa harus memutuskan apa yang benar-benar penting di dalam hidup ini. Di dalam standar manusia, Musa muda memiliki semua yang diimpikan kebanyakan orang di Mesir dan menghabiskan sebagian besar hidup mereka untuk mendapatkannya. Dia memiliki kuasa, kesenangan dan harta di Kerajaan Mesir. <br /><br />Tetapi di dalam perspektif Allah, semuanya itu tidak kekal dan tidak termasuk rencana-Nya bagi Musa. Dia memberitahukannya untuk keluar dari istana Firaun dan memimpin umat Tuhan ke Tanah Perjanjian. <br /><br />Di dalam ayat 26, Musa menentukan prioritas dengan benar; dia menolak benda-benda materi karena ada yang lebih penting di dalam hidup kita yang Tuhan rencanakan baginya. <br /><br />Tidak ada salahnya dengan memiliki kuasa dan harta tetapi Tuhan menginginkan kita untuk menggunakannya untuk mengasihi orang lain dan bukan sebaliknya (mengasihi benda dan mempergunakan orang lain!).<br /><br />4. Hadapi Kesulitan Anda (IBR 11:27)<br />Persoalan terakhir yang diselesaikan Musa adalah masalah ketekunan. Di dalam ayat 27, merupakan cara terbaik untuk meringkas kehidupan Musa. <br /><br />Tidak bisa dipungkiri lagi bahwa tidak akan ada hasil tanpa usaha, tidak ada kemajuan tanpa ujian dan persoalan. Persoalan mengenai ketahanan adalah untuk mempelajari bagaimana menghadapi kesulitan. (1 Petrus 1:6-7: Bergembiralah akan hal itu...Maksud semuanya itu ialah untuk membuktikan kemurnian imanmu--yang jauh lebih tinggi nilainya dari pada emas yang fana, yang diuji kemurniannya dengan api--sehingga kamu memperoleh puji-pujian dan kemuliaan dan kehormatan pada hari Yesus Kristus menyatakan diri-Nya.)<br /><br />Tidak ada jalan yang instan dan mudah untuk menjadi dewasa secara jasmani, emosi dan rohani. Kita harus tetap memiliki hasrat dan bekerja dengan Tuhan. Filipi 2:12 “Tetaplah kerjakan keselamatanmu.” Keselamatan adalah lebih dari doa sekali. Hal ini membutuhkan kerja sama yang terus-menerus dengan Tuhan, menghadapi persoalan, memelihara sikap yang baik dan mengizinkan Dia mengubah Anda jika perlu.<br /><br />KESIMPULAN<br />Kunci damai sejahtera Musa adalah bahwa dia tahu kesulitan akan datang dan dia tahu cara untuk meresponinya serta tetap bergerak maju. Sebagai orang Kristen, kita tidak boleh membiarkan masalah menghancurkan kita; sebalikanya kita harus membiarkan masalah mendekatkan diri kita kepada Tuhan.<br /><br />Tanpa keteguhan, kita tidak akan bergerak jauh di dalam hidup. Damai sejahtera datang ketika kita menerima diri kita apa adanya, tanggung jawab kita atas pilihan di dalam hidup kita, memilih prioritas Tuhan dan dengan yakin memeliharanya.Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4416963384356183758.post-71853971605841327402011-07-05T06:11:00.001+08:002011-07-05T16:01:04.075+08:00BERGEREJA UNTUK SALING MEMBANGUN, MENGHORMATI DAN HIDUP DALAM DAMAI<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://2.bp.blogspot.com/_8F7fyD7lX9g/S1Pu4pCaHXI/AAAAAAAAAW8/bWbMShdbcJY/s1600-h/lilin-banyak.jpg"><img style="float:left; margin:0 10px 10px 0;cursor:pointer; cursor:hand;width: 400px; height: 323px;" src="http://2.bp.blogspot.com/_8F7fyD7lX9g/S1Pu4pCaHXI/AAAAAAAAAW8/bWbMShdbcJY/s400/lilin-banyak.jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5427944632767618418" /></a><br /><br />Tetapi Tuhan sendiri memberikan damai sejahteranya kepada Gereja di dunia ini, yang tidak dapat diambil / dirampas oleh siapapun dengan kekuatan apapun. Gereja Tuhan dipanggil untuk menyebarkan damai sejahtera Tuhan ke seluruh dunia. Oleh sebab itu dalam segala kegiatannya dan dalam segala perencanaan kegiatannya, jangan sekali-kali Gereja didorong oleh perseteruan, perebutan kuasa. Sebab apabila demikian, Gereja hanya akan menyebarkan kegelisahan dan kegentaran ke dunia sekelilingnya. Itu bukanlah panggilan Gereja Tuhan. Gereja Tuhan hidup dari sumber damai sejahtera yaitu Yesus Kristus sendiri.<br /><br />Gereja perlu mengajarkan dasar-dasar pengajaran dari Alkitab supaya iman kita memiliki dasar yang kokoh. Efesus 4:14 memberitahu kita, "Sehingga kita bukan lagi anak-anak, yang diombang-ambingkan oleh rupa-rupa angin pengajaran, oleh permainan palsu manusia dalam kelicikan mereka yang menyesatkan." Gereja adalah tempat untuk bersekutu, tempat di mana orang Kristen dapat mengasihi dan menghormati satu dengan yang lain (Roma 12:10), saling menasihati (Roma 15:14), penuh kasih mesra dan saling mengampuni (Efesus 4:32), saling menasihati dan membangun (1 Tesalonika 5:11), dan yang paling penting, saling mengasihi (1 Yohanes 3:11).<br /><br />Kisah Rasul 2:42 dapat dianggap sebagai pernyataan tujuan gereja, "Mereka bertekun dalam pengajaran rasul-rasul dan dalam persekutuan. Dan mereka selalu berkumpul untuk memecahkan roti dan berdoa." Dengan demikian, menurut Kitab Suci, tujuan/kegiatan gereja adalah: mengajarkan pengajaran-pengajaran yang Alkitabiah, menyediakan tempat bagi orang-orang percaya untuk bersekutu, menjalankan Perjamuan Kudus, dan (4) berdoa.<br /><br />Gereja adalah tempat di mana orang-orang percaya dapat melakukan Perjamuan Kudus, memperingati kematian Kristus, dan bagaimana Kristus telah mencucurkan darah untuk kita (1 Korintus 11:23-26). Konsep "memecahkan roti" (Kisah Rasul 2:42) juga berarti menikmati hidangan bersama-sama. Ini adalah contoh lain mengenai persekutuan. Tujuan yang terakhir menurut Kisah Rasul 2:42 adalah berdoa. Gereja ada tempat yang mengutamakan doa, mengajar orang berdoa, dan mempraktekkan doa. Filipi 4:6-7 mendorong kita, "Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur. Damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal, akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus."<br /><br />Tugas lain yang diberikan kepada gereja adalah untuk memproklamirkan Injil keselamatan melalui Yesus Kristus (Matius 28:18-20; Kisah Rasul 1:8). Gereja dipanggil untuk setia dalam memberitakan Injil melalui kata-kata dan perbuatan. Gereja adalah "mercusuar" masyarakat – yang mengarahkan orang kepada Tuhan dan Juruselamat kita Yesus Kristus. Gereja dipanggil untuk memberitakan Injil dan untuk menyiapkan anggota-anggotanya untuk memberitakan Injil (1 Petrus 3:15<br /><br />Beberapa tujuan akhir dari gereja diberikan dalam Yakobus 1:27, " Ibadah yang murni dan yang tak bercacat di hadapan Allah, Bapa kita, ialah mengunjungi yatim piatu dan janda-janda dalam kesusahan mereka, dan menjaga supaya dirinya sendiri tidak dicemarkan oleh dunia." Gereja ada untuk melayani orang-orang yang dalam kekurangan. Ini bukan saja dalam pekabaran Injil, namun juga dalam menyediakan kebutuhan fisik (makanan, pakaian, tempat berteduh) sebagaimana dibutuhkan dan sepantasnya. Gereja perlu mempersiapkan orang-orang yang percaya di dalam Kristus dengan perlengkapan-perlengkapan untuk mengalahkan dosa dan untuk bebas dari pengaruh kotor dunia ini. Hal ini dilakukan dengan prinsip-prinsip yang sudah diberikan di atas – pengajaran yang Alkitabiah dan persekutuan Kristiani.<br /><br />Setelah mengatakan semua itu, jadi apa tujuan gereja? Ada ilustrasi dalam 1 Korintus 12:12-27. Gereja adalah "tubuh" Allah – kita adalah tangan, mulut dan kakiNya dalam dunia ini. Kita melakukan apa yang Kristus akan lakukan kalau saja Dia hadir secara fisik di bumi ini. Gereja perlu menjadi "Kristen" – "menjadi serupa dengan Kristus" dan mengikuti Kristus. <br /><br />Semua orang merindukan suasana rukun dan damai dalam kehidupan. Pertengkaran, konflik apalagi perang membuat hati kita semua orang gundah dan susah. Namun dalam prakteknya suasana rukun dan damai atau harmoni tidak selalu terjadi di tengah-tengah kehidupan nyata. Ada saja dan banyak masalah yang membuat seorang tidak bisa rukun dengan saudara atau tetangganya atau bahkan dengan pasangan hidupnya sendiri, atau orangtua/anak kandungnya sendiri. Ada pula yang mengatakan berhubung konflik adalah keniscayaan atau tak terhindarkan maka sebaiknya dikelola atau dikendalikan saja. Namun baiklah diingat dalam konflik keluarga apalagi perang saudara biasanya tidak pernah ada yang menang alias semua kalah. Apalagi jika pihak-pihak yang berkonflik putus asa dan lantas menerapkan politik bumi hangus. Pameo bataknya: ndang di au ndang di ho tagonan disintak begu.<br /><br />Bagaimanakah kerukunan yang dimaksudkan Alkitab?<br /><br />Kerukunan dengan saudara adalah dampak kerukunan dengan Tuhan. Alkitab menyatakan bahwa pendamaian kita dengan Allah-lah yang memberi kita kesempatan berdamai dengan sesama. Rasul Paulus mengatakan kepada jemaat di Efesus: Tetapi sekarang di dalam Kristus Yesus kamu, yang dahulu "jauh", sudah menjadi "dekat" oleh darah Kristus. Karena Dialah damai sejahtera kita, yang telah mempersatukan kedua pihak dan yang telah merubuhkan tembok pemisah, yaitu perseteruan. (Efesus 2:13-14). Yesus mengatakan dengan nada sebaliknya: Allah menjadikan perdamaian dengan sesama sebagai syarat untuk mendekati Dia. (Matius 5:24). Intinya adalah: kerukunan dengan saudara tidak bisa dipisahkan dari kerukunan dengan Allah. Sebaliknya Yesus juga mengatakan: berbahagialah orang yang membawa damai karena mereka akan disebut anak-anak Allah (Matius 5:9). Dan Rasul Paulus mengatakan: Sedapat-dapatnya, kalau hal itu bergantung padamu, hiduplah dalam perdamaian dengan semua orang! (Roma 12:8). Artinya: dalam memperjuangkan segala yang baik dan benar sekali pun kita tetap harus dalam kerangka perdamaian. Bahasa sederhana: kebenaran tidak bisa diwujudkan dengan kebencian dan dendam!<br /><br />Kerukunan adalah dampak hukum yang berkeadilan. Pameo terkenal mengatakan: no justice no peace. Tak ada keadilan maka tak ada juga damai. Hal itu dengan mudah kita saksikan dalam kehidupan keluarga. Jika orangtua bersikap tidak adil maka anak-anak akan bertengkar sesamanya. Jika pemerintah bersikap tidak adil maka kelompok-kelompok dalam masyarakat akan saling membenci satu sama lain. Sebab itu untuk mewujudkan kerukunan atau harmoni sejati dalam masyarakat kita maka kita harus sungguh-sungguh menegakkan hukum dan keadilan. Tak ada satu orang pun termasuk pemimpin yang boleh bertindak sekehendak hatinya dan menempatkan dirinya lebih tinggi kedudukannya daripada hukum. Sumber-sumber kehidupan harus didistribusikan secara merata. Setiap orang harus dijamin mendapatkan apa yang menjadi haknya dan kebutuhannya serta imbalan atas kerja keras serta prestasinya.<br /><br />Kerukunan adalah buah saling penerimaan. Pada akhirnya kita diingatkan bahwa kerukunan atau harmoni dalam kehidupan tidak pernah terjadi dengan sendirinya atau otomatis melainkan harus diusahakan secara sengaja dan serius. Yaitu dengan sikap saling menerima dan saling menghormati dalam keunikan dan kepribadian masing-masing. Bagaimana kita bisa saling menerima walaupun berbeda-beda? Jawabnya: memiliki visi dan tujuan yang sama yaitu kemuliaan Allah, dan pengalaman bersama dengan Allah. Dan memiliki musuh bersama: dosa, kehancuran dan kematianUnknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4416963384356183758.post-72809074747855400582011-06-17T07:00:00.000+08:002011-07-05T15:58:30.375+08:00APA KATA ALKITAB TENTANG KEPEMIMPINAN DAN DELEGASI<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://3.bp.blogspot.com/-CpzcATYWYQ0/TcdibJLVBDI/AAAAAAAAAjE/a3xRCNcFXow/s1600/delegasikan%2Btugas%2B2.jpg"><img style="float:left; margin:0 10px 10px 0;cursor:pointer; cursor:hand;width: 200px; height: 200px;" src="http://3.bp.blogspot.com/-CpzcATYWYQ0/TcdibJLVBDI/AAAAAAAAAjE/a3xRCNcFXow/s320/delegasikan%2Btugas%2B2.jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5604556479745295410" /></a><br /><br />Tetapi Aku menunjukkan kasih setia kepada beribu-ribu orang, yaitu mereka yang mengasihi Aku dan yang berpegang pada perintah-perintah-Ku. (Ulangan 5:10) <br /><br />Setelah lulus kuliah, saya bekerja sebagai tenaga pemasaran di sebuah perusahaan penerbitan. Saya tidak memiliki rekan kerja. Hanya ada saya, telepon, dan buku pemesanan. Bahkan, saya tidak memunyai komputer.<br /><br />Kemudian, pada tahun 1981, saya menjadi direktur pemasaran untuk perusahaan penerbitan yang sama. Jujur saja, atasan saya seharusnya tidak mempekerjakan saya di posisi itu. Pengalaman pemasaran saya nol. Kami hanya cocok satu sama lain. Kami bekerja bersama selama 17 tahun.<br /><br />Saya memiliki 5 orang bawahan, termasuk seorang asisten yang bertugas melapor kepada saya.<br /><br />Tidak ada orang yang mengajarkan saya tentang pendelegasian . Bahkan, pada hari pertama kerja, manajer periklanan saya masuk ke kantor saya. Dia memberitahukan bahwa iklan cetak untuk proyek buku baru kami tahun ini, harus selesai hari ini. Saya tidak pernah mengira bahwa saya bisa meminta orang lain mengerjakannya. Saya menggulung lengan baju saya dan mulai mengetik -- di mesin ketik IBM Selectric Typewriter.<br /><br />Tahun pertama dalam pekerjaan itu, saya terombang-ambing antara mengurus mikro-manajemen dan melepaskan tugas-tugas saya sepenuhnya. Saya memerlukan waktu bertahun-tahun lamanya, sebelum saya mempelajari seni pendelegasian. Sepanjang tahun-tahun itu, saya membuat semua kesalahan yang bisa seseorang perbuat.<br /><br />Minggu lalu, saya dan istri saya, Gail, berbicara tentang seorang teman yang kewalahan dengan pekerjaannya. Gail baru saja membaca Keluaran 18. Dia mengatakan, "Musa memunyai masalah yang sama. Mertuanya adalah konsultan kepemimpinan yang pertama. Dalam bagian pertama, dia berbicara tentang konsep pendelegasian dengan 'klien' barunya."<br /><br />Saya membaca lagi pasal itu untuk diri saya sendiri. Saya tercengang karena betapa sederhana dan praktisnya nasihat Yitro itu. Menurut saya, banyak pemimpin bisa memerhatikan nasihatnya yang bijaksana dengan baik. Mari kita melihat latar belakang sejarahnya.<br /><br />Musa baru saja memimpin bangsa Israel ke luar dari tanah Mesir, setelah 400 tahun perbudakan. Dia menempuh perjalanan menuju Israel, rumah lama mereka. Di tengah-tengah gurun Sinai, dia bekerja dari pagi buta sampai larut malam. Dia berusaha mengatasi berjibun konflik yang muncul (Keluaran 18:13-16). Secara tidak sadar, dia telah menjadi seorang pecandu kerja.<br /><br />Mertuanya, Yitro, seorang imam di Midian (Keluaran 18:1), melihat bahwa beban kerja Musa tidak boleh dibiarkan seperti ini terus menerus. Dengan bijaksana, dia menarik Musa dan bersukacita atas apa yang telah Allah perbuat melalui dia (Keluaran 18:9-12), serta memberikannya beberapa bimbingan yang sangat berharga mengenai konsep pendelegasian. Dia memberikan lima prinsip yang relevan -- baik pada masa itu maupun pada saat ini.<br /><br />1. Mengakui bahwa bekerja tanpa henti itu salah.<br /><br />Yitro tidak berbelit-belit; dia berkata apa adanya:<br /><br />"Tidak baik seperti yang kaulakukan itu. Engkau akan menjadi sangat lelah, baik engkau baik bangsa yang beserta engkau ini; sebab pekerjaan ini terlalu berat bagimu, takkan sanggup engkau melakukannya seorang diri saja." (Keluaran 18:17-18)<br /><br />Apa yang ia lakukan pada akhirnya akan menghancurkannya juga. Anda tidak bisa bekerja dua belas jam per hari, enam hari seminggu, dan bertahan hidup. Ada sesuatu yang perlu dikorbankan: kesehatan, kewarasan, keluarga, pekerjaan, atau kekayaan. Buruknya, hal ini melelahkan bagi orang-orang Anda juga. Demi kebaikan Anda dan orang lain, Anda perlu mengakui kebenarannya. Strategi yang Anda gunakan tidaklah berhasil.<br /><br />2. Mengerti panggilan Anda.<br /><br />Yitro melihat sesuatu yang penting. Walaupun Musa mungkin bisa melakukan banyak hal dengan baik, Yitro memunyai panggilan unik sehingga dia bisa menambahkan nilai guna yang signifikan. Dia menasihati Musa dengan berkata:<br /><br />"Jadi sekarang dengarkanlah perkataanku, aku akan memberi nasihat kepadamu dan Allah akan menyertai engkau. Adapun engkau, wakililah bangsa itu di hadapan Allah dan kauhadapkanlah perkara-perkara mereka kepada Allah. Kemudian haruslah engkau mengajarkan kepada mereka ketetapan-ketetapan dan keputusan-keputusan, dan memberitahukan kepada mereka jalan yang harus dijalani, dan pekerjaan yang harus dilakukan." (Keluaran 18:9)<br /><br />Musa perlu melepaskan perkara-perkara yang dapat dilakukan orang lain, sehingga dia dapat lebih fokus pada hal-hal tertentu. Demikian juga dengan Anda. Apa kelebihan Anda? Anda dipanggil dan memiliki kualifikasi untuk melakukan apa? Bagaimana Anda dapat mendelegasikan pekerjaan-pekerjaan lainnya?<br /><br />3. Pilihlah pemimpin-pemimpin yang berkualitas untuk membantu Anda.<br /><br />Dalam hal inilah Yitro bersikap praktis. Dia dengan lembut menasihati Musa: "Kamu bukanlah satu-satunya orang yang dapat melakukan hal ini. Kamu hanya perlu menemukan beberapa pemimpin yang dapat kamu percayai untuk berbagi beban ini. Tidak ada alasan yang mengharuskan kamu menanggung semuanya." Dia menambahkan nasihatnya, "Di samping itu kaucarilah dari seluruh bangsa itu orang-orang yang cakap dan takut akan Allah, orang-orang yang dapat dipercaya, dan yang benci kepada pengejaran suap." (Keluaran 18:21a)<br /><br />Perhatikanlah bahwa fokusnya terletak pada karakter. Orang-orang Anda boleh saja mencari pengetahuan dan pengalaman. Mereka dapat mempelajari keahlian dan mengembangkan karunia mereka, tetapi Anda perlu memulainya dengan dasar karakter yang saleh. Saat Anda memiliki hal ini, Anda akan lebih mudah memberikan delegasi.<br /><br />4. Berikan pemimpin-pemimpin ini tanggung jawab dan otoritas.<br /><br />Yitro sangatlah praktis. Dia mengerti bahwa cakupan kendali seorang pemimpin berkisar 10 orang. Dia menetapkan tingkatan organisasi yang sederhana dengan tanggung jawab yang berbeda-beda. Dia memberikan garis besar: "Tempatkanlah mereka di antara bangsa itu menjadi pemimpin seribu orang, pemimpin seratus orang, pemimpin lima puluh orang dan pemimpin sepuluh orang. Dan sewaktu-waktu mereka harus mengadili di antara bangsa." (Keluaran 18:21b-22a)<br /><br />Ini bukanlah sesuatu yang sulit, bukan juga birokrasi. Berbagai tingkatan manajemen tidak dibuat untuk menghalangi pengambilan keputusan, tetapi untuk memudahkannya. Kuncinya adalah memberikan orang-orang Anda otoritas. Apakah mereka akan berbuat kesalahan? Tentu saja. Atasilah hal itu. Ini adalah harga yang Anda bayar untuk membentuk pemimpin.<br /><br />5. Lakukanlah hal-hal yang tidak bisa diatasi orang lain saja.<br /><br />Yitro menganjurkan agar Musa mengelola masalah-masalah yang tidak bisa diatasi oleh orang lain. Dia berkata, "Maka segala perkara yang besar haruslah dihadapkan mereka kepadamu, tetapi segala perkara yang kecil diadili mereka sendiri; dengan demikian mereka meringankan pekerjaanmu, dan mereka bersama-sama dengan engkau turut menanggungnya." (Keluaran 18:22b)<br /><br />Dawson Trotman, pendiri The Navigators pernah berkata "Jangan pernah melakukan pekerjaan penting yang dapat dilakukan orang lain atau akan dilakukan orang lain, jika ada banyak hal-hal penting yang perlu dilakukan yang tidak bisa atau tidak akan dilakukan orang lain." Ini adalah nasihat yang sangat berharga untuk semua pemimpin. Apakah kelebihan Anda? Ini perlu menjadi fokus Anda. Anda perlu melepaskan hal-hal yang lain.<br /><br />Yitro menutup pertemuannya dengan Musa dengan mengatakan: "Jika engkau berbuat demikian dan Allah memerintahkan hal itu kepadamu, maka engkau akan sanggup menahannya, dan seluruh bangsa ini akan pulang dengan puas senang ke tempatnya." (Keluaran 18:23)<br /><br />Ingatlah Yitro menjanjikan dua keuntungan: Musa bisa bertahan (strategi ini dapat dijalankan), dan umatnya akan berada dalam kedamaian (konflik yang ada akan semakin sedikit).<br /><br />Saya menyadari bahwa hal ini tidak menjawab semua pertanyaan tentang pendelegasian -- contohnya, apa yang Anda lakukan jika Anda tidak memunyai orang untuk menerima delegasi Anda? Akan tetapi, saat ini apa yang bisa Anda pelajari dari Yitro? Jika Anda adalah seorang pemimpin, bagaimana orang-orang Anda menilai kemampuan Anda memberikan delegasi? Apa harga dari mendelegasikan tugas atau tidak mendelegasikan tugas? (t/Uly)<br /><br /><br />Sumber :<br />e-Leadership,<br />Desi Rianto<br />< http://lead.sabda.org ><br /><br />Diterjemahkan dan disunting seperlunya dari:<br />Nama situs: Michael Hyatt<br />Alamat URL: http://michaelhyatt.com/what-the-bible-says-about-leadership-and-delegation.html<br />Judul asli artikel: What the Bible Says About Leadership and Delegation<br />Penulis: Michael Hyatt<br />Tanggal akses: 7 Maret 2011Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4416963384356183758.post-61287288394919689722011-06-15T07:00:00.001+08:002011-06-15T09:15:11.737+08:00Pentingnya Musik di Gereja<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://2.bp.blogspot.com/-PKM6gY_Xfbc/TfgHesPxdnI/AAAAAAAAAlA/DLH4LxVpavU/s1600/musik%2Bgereja.jpg"><img style="float:left; margin:0 10px 10px 0;cursor:pointer; cursor:hand;width: 259px; height: 194px;" src="http://2.bp.blogspot.com/-PKM6gY_Xfbc/TfgHesPxdnI/AAAAAAAAAlA/DLH4LxVpavU/s400/musik%2Bgereja.jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5618248758999479922" /></a><br /><br /><span xmlns=''><p style='background: white'><span style='color:#006600; font-family:Georgia; font-size:12pt'><strong>Pentingnya Musik di Gereja<br /></strong></span></p><p style='background: white'><br /> </p><p style='background: white'><span style='color:black; font-family:Georgia; font-size:9pt'>Di awal kitab Kejadian (Kejadian 4:21) telah ditunjukkan bahwa Allah adalah Pencipta musik dan menyukai musik. Allah-lah sumber inspirasi musik. Bahkan, Lucifer mewarisi potensi musik dari Allah. "Ke dunia orang mati sudah diturunkan kemegahanmu dan bunyi gambus-gambusmu; ulat-ulat dibentangkan sebagai lapik tidurmu, dan cacing-cacing sebagai selimutmu. Wah, engkau sudah jatuh dari langit, hai Bintang Timur, putra Fajar, engkau sudah dipecahkan dan jatuh ke bumi, hai yang mengalahkan bangsa-bangsa!" (Yesaya 14:11,12, bandingkan dengan Yehezkiel 28:12).<br /></span></p><p style='background: white'><span style='color:black; font-family:Georgia; font-size:9pt'>Pada zaman pemerintahan theokrasi, melalui para nabi, hakim dan imam, juga pada zaman raja-raja; Allah memberi porsi yang banyak terhadap musik. Raja Daud telah menempatkan musik secara istimewa: ada orang-orang tertentu yang digaji sebagai tenaga penuh untuk memuji Tuhan siang dan malam; ada jabatan dan aturan-aturan yang ditentukan untuk mereka, ditempatkan di bilik-bilik tertentu, dilengkapi dengan pakaian seragam dan alat-alat musik lengkap. "Inilah orang-orang yang ditugaskan oleh Daud memimpin nyanyian di rumah TUHAN sejak tabut itu mendapat tempat perhentian. Di hadapan Kemah Suci, yakni Kemah Pertemuan, mereka melayani sebagai penyanyi sampai Salomo mendirikan rumah Tuhan di Yerusalem. Mereka melakukan tugas jabatannya sesuai dengan peraturannya" (1 Tawarikh 6:31,32). "Dan inilah para penyanyi, kepala-kepala puak orang Lewi, yang diam di bilik-bilik dan bebas dari pekerjaan lain, sebab siang dan malam mereka sibuk dengan pekerjaannya" (1 Tawarikh 9:33).<br /></span></p><p style='background: white'><span style='color:black; font-family:Georgia; font-size:9pt'>Sangat menarik untuk disimak bahwa Alkitab menyebut 800 kali lebih hal-hal yang berkaitan dengan liturgi (tata cara kudus) dan musik:<br /></span></p><ul><li><div style='background: white'><span style='color:black; font-family:Georgia; font-size:9pt'>Kelahiran seorang Putra dari seorang perawan disebut 2 kali <br /></span></div></li><li><div style='background: white'><span style='color:black; font-family:Georgia; font-size:9pt'>Misi disebut 12 kali <br /></span></div></li><li><div style='background: white'><span style='color:black; font-family:Georgia; font-size:9pt'>Pembenaran disebut 70 kali <br /></span></div></li><li><div style='background: white'><span style='color:black; font-family:Georgia; font-size:9pt'>Penyucian disebut 72 kali <br /></span></div></li><li><div style='background: white'><span style='color:black; font-family:Georgia; font-size:9pt'>Pertobatan disebut 110 kali <br /></span></div></li><li><div style='background: white'><span style='color:black; font-family:Georgia; font-size:9pt'>Baptisan disebut 80 kali <br /></span></div></li><li><div style='background: white'><span style='color:black; font-family:Georgia; font-size:9pt'>Menari disebut 5 kali <br /></span></div></li><li><div style='background: white'><span style='color:black; font-family:Georgia; font-size:9pt'>Bersorak disebut 65 kali <br /></span></div></li><li><div style='background: white'><span style='color:black; font-family:Georgia; font-size:9pt'>Mengucap syukur disebut 135 kali <br /></span></div></li><li><div style='background: white'><span style='color:black; font-family:Georgia; font-size:9pt'>Menyanyi disebut 287 kali <br /></span></div></li><li><div style='background: white'><span style='color:black; font-family:Georgia; font-size:9pt'>Bersukacita disebut 288 kali <br /></span></div></li><li><div style='background: white'><span style='color:black; font-family:Georgia; font-size:9pt'>Memainkan alat musik disebut 317 kali <br /></span></div></li><li><div style='background: white'><span style='color:black; font-family:Georgia; font-size:9pt'>Memuji disebut 332 kali <br /></span></div></li></ul><p style='background: white'><span style='color:black; font-family:Georgia; font-size:9pt'>Hal ini tidak berarti bahwa doktrin-doktrin dasar tentang keselamatan tidak penting. Namun, angka-angka di atas menunjukkan betapa banyak, baik, dan sering seharusnya kita mengucap syukur atas keselamatan yang kita terima. Dan, seharusnya kita juga semakin mengenal Allah yang kita puji dan sembah. Rasul Paulus yang begitu hebat, dengan rendah hati senantiasa ingin mengenal Tuhan-nya lebih dalam lagi. "Yang kukehendaki ialah mengenal Dia dan kuasa kebangkitan-Nya dan persekutuan dalam penderitaan-Nya, di mana aku menjadi serupa dengan Dia dalam kematian-Nya" (Filipi 3:10).<br /></span></p><p style='background: white'><span style='color:black; font-family:Georgia; font-size:9pt'>Pemazmur dalam Mazmur 100:1-4 menasihati kita untuk menghadap Tuhan dan masuk hadirat-Nya dengan musik dan pujian. "Mazmur untuk korban syukur. Bersorak-soraklah bagi TUHAN, hai seluruh bumi! Beribadahlah kepada TUHAN dengan sukacita, datanglah ke hadapan-Nya dengan sorak-sorai! Ketahuilah, bahwa TUHAN-lah Allah; Dialah yang menjadikan kita dan punya Dialah kita, umat-Nya dan kawanan domba gembalaan-Nya. Masuklah melalui pintu gerbang-Nya dengan nyanyian syukur, ke dalam pelataran-Nya dengan puji-pujian, bersyukurlah kepada-Nya dan pujilah nama-Nya!"<br /></span></p><p style='background: white'><span style='color:black; font-family:Georgia; font-size:9pt'>Begitu pentingnya musik dalam gereja, sehingga tidak heran tokoh reformasi kita, Martin Luther, pernah berkata: "Next after theology, we give the greatest honor to music; let it be music, we will make it as sacred as it needs be." (Setelah theologia [doktrin/firman], mari kita beri penghargaan tertinggi kepada musik; biarlah ada musik, dan kita akan menguduskannya sebagaimana seharusnya.) Begitulah umat Tuhan dalam Perjanjian Lama, Perjanjian Baru, dan zaman reformasi menempatkan musik. Bagaimana dengan kita sekarang? Apakah kita serius terhadap musik? Dan, apakah kita memanfaatkan musik secara positif dan menempatkannya sesuai proporsinya di dalam gereja?<br /></span></p><p style='background: white'><span style='color:black; font-family:Georgia; font-size:9pt'>Berikut adalah contoh liturgi pada umumnya yang rata-rata hampir sama di gereja-gereja.<br /></span></p><ol><li><div style='background: white'><span style='color:black; font-family:Georgia; font-size:9pt'>Votum dan salam <br /></span></div></li><li><div style='background: white'><span style='color:black; font-family:Georgia; font-size:9pt'>Pujian dan penyembahan <br /></span></div></li><li><div style='background: white'><span style='color:black; font-family:Georgia; font-size:9pt'>Doa syafaat <br /></span></div></li><li><div style='background: white'><span style='color:black; font-family:Georgia; font-size:9pt'>Pengumpulan persembahan <br /></span></div></li><li><div style='background: white'><span style='color:black; font-family:Georgia; font-size:9pt'>Pengakuan iman <br /></span></div></li><li><div style='background: white'><span style='color:black; font-family:Georgia; font-size:9pt'>Kesaksian <br /></span></div></li><li><div style='background: white'><span style='color:black; font-family:Georgia; font-size:9pt'>Paduan suara <br /></span></div></li><li><div style='background: white'><span style='color:black; font-family:Georgia; font-size:9pt'>Pembacaan Alkitab <br /></span></div></li><li><div style='background: white'><span style='color:black; font-family:Georgia; font-size:9pt'>Khotbah <br /></span></div></li><li><div style='background: white'><span style='color:black; font-family:Georgia; font-size:9pt'>Saat teduh <br /></span></div></li><li><div style='background: white'><span style='color:black; font-family:Georgia; font-size:9pt'>Warta jemaat <br /></span></div></li><li><div style='background: white'><span style='color:black; font-family:Georgia; font-size:9pt'>Berkat rasul <br /></span></div></li></ol><p style='background: white'><span style='color:black; font-family:Georgia; font-size:9pt'>Dari 12 susunan liturgi di atas, hanya satu yang diberikan khusus untuk Tuhan, yaitu nomor 2: pujian dan penyembahan (termasuk paduan suara). Sisanya untuk kepentingan jemaat sendiri.<br /></span></p><p style='background: white'><span style='color:black; font-family:Georgia; font-size:9pt'>Betapa sayangnya jika satu-satunya bagian liturgi yang dikhususkan untuk Tuhan terlalu singkat dan asal-asalan. Mungkin kita sering melihat ada jemaat yang tidak ikut menyanyi saat pujian dilantunkan. Buku pujian yang seharusnya digunakan sebagai panduan untuk menyanyi malah dipakai untuk berkipas-kipas. Bahkan, ada jemaat yang terlambat datang ke gereja, sehingga ia melewatkan waktu untuk memuji Tuhan. Ada pula jemaat yang hanya ingin mendengarkan khotbah. Yaitu khotbah yang baru dan bagus, yang ia harapkan. Apabila yang diharapkan meleset, ia pulang dari gereja dengan wajah yang murung karena merasa tidak mendapat apa-apa. Sebagai umat yang telah mendapatkan kasih karunia Allah, sudah sepantasnya kita tidak lagi memikirkan "apa yang akan kudapat", tetapi sebaliknya atau paling tidak seimbang memikirkan "apa yang akan saya berikan untuk Tuhan".<br /></span></p><p style='background: white'><span style='color:black; font-family:Georgia; font-size:9pt'>Firman Tuhan menasihatkan kita, "Sebab itu, marilah kita, melalui Dia, senantiasa mempersembahkan korban syukur kepada Allah, yaitu ucapan bibir yang memuliakan nama-Nya" (Ibrani 13:15). Pemberian kita untuk Tuhan tidak hanya berupa kesaksian dan materi atau uang, tetapi juga dapat berupa "ucapan bibir yang memuliakan nama-Nya". Tuhan akan menghargai pemberian kita itu sebagai korban syukur kita kepada-Nya. Ini kesempatan yang luar biasa, bukan?<br /></span></p><p style='background: white'><span style='color:black; font-family:Georgia; font-size:9pt'>Karena itu, berikanlah yang terbaik untuk Tuhan. Itulah yang dikehendaki Tuhan, "Biarlah kamu juga dipergunakan sebagai batu hidup untuk pembangunan suatu rumah rohani, bagi suatu imamat kudus, untuk mempersembahkan persembahan rohani yang karena Yesus Kristus berkenan kepada Allah" (1 Petrus 2:5).<br /></span></p><p>Blogger</p></span>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4416963384356183758.post-43105175717856803592011-05-15T21:38:00.004+08:002011-05-15T22:03:02.269+08:00RENUNGAN KENAIKAN TUHAN YESUSMEMULIAKAN KRISTUS DENGAN MATA HATI YANG TERANG<br />Kis. 1:1-11; Mzm. 47; Ef. 1:15-23; Luk. 24:44-53<br /><br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://1.bp.blogspot.com/-7Q5MGL4tCzk/Tc_X1reh21I/AAAAAAAAAkM/5dpEhZ3asZQ/s1600/KENAIKA%2BTY.jpg"><img style="float:left; margin:0 10px 10px 0;cursor:pointer; cursor:hand;width: 113px; height: 135px;" src="http://1.bp.blogspot.com/-7Q5MGL4tCzk/Tc_X1reh21I/AAAAAAAAAkM/5dpEhZ3asZQ/s320/KENAIKA%2BTY.jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5606937378303368018" /></a><br /><br /> Seringkali umat Kristen terjebak dalam perdebatan teologis, seperti: apakah Kristus bangkit dengan tubuh atau RohNya. Hasilnya ada sebagian orang yang memilih di antara 2 pemahaman tersebut, yaitu mereka yang percaya kebangkitan Kristus dengan tubuhNya, dan ada juga yang percaya Kristus bangkit dengan RohNya saja. Demikian pula dengan masalah kenaikan Tuhan Yesus ke sorga. Sebagian besar menyatakan Kristus naik ke sorga dengan tubuhNya, dan sebagian lainnya percaya Kristus naik ke sorga dengan RohNya. Tentunya semua pemahaman teologis tersebut memiliki dasar dan alasan yang cukup kuat sehingga masing-masing pihak merasa mampu mempertanggungjawabkan dengan penuh keyakinan dan argumentasi yang dianggap alkitabiah.<br />Tetapi apakah semua perdebatan atau percakapan tersebut mampu membawa umat atau setiap orang yang terlibat untuk mengalami “pencerahan” yang makin memperteguh iman dan kasihnya kepada Kristus? Perdebatan teologis seharusnya ditempatkan dalam kerangka dan upaya agar kehidupan spiritualitas kita terus-menerus diperkaya oleh kekayaan iman dan kasih; sehingga kita mampu mengalami pembaharuan hidup yang telah dikerjakan secara sempurna oleh Kristus dalam kematianNya di atas kayu salib, yang kemudian diperteguh oleh kuasa kebangkitanNya serta Kristus yang telah dimuliakan Allah dalam kenaikanNya ke sorga. Ini berarti yang dimaksudkan dengan “pencerahan” dengan paradigma baru berkaitan dengan proses pembaharuan hidup, sehingga setiap orang percaya mampu melihat realitas kehidupan ini dengan lensa iman dan kasih kepada Allah dan sesama. Karena betapa sering kita hanya dapat membaca atau melihat realitas kehidupan ini dengan mata inderawi atau sekedar fisik belaka sehingga kita sering gagal memberikan tafsiran dan kesimpulan yang lahir dari sikap iman dan kasih. Tafsiran atau sudut pandang atas realitas hidup yang tidak didasari oleh iman dan kasih kepada Kristus yang telah wafat dan dimuliakan oleh Allah ke sorga hanyalah akan melahirkan suatu tafsiran yang sangat dangkal dan simplistik, bahkan menyimpang dari apa yang dimaksudkan oleh firman Tuhan.<br /><br /> <br /><br /> Sebelum Tuhan Yesus pergi meninggalkan para muridNya, Kristus terlebih dahulu menyatakan diri bahwa Dia sungguh-sungguh hidup: “Lihatlah tanganKu dan kakiKu; Aku sendirilah ini; rabalah Aku dan lihatlah, karena hantu tidak ada daging dan tulangnya, seperti yang kamu lihat ada padaKu” (Luk. 24:39). Iman para murid dan gereja perdana tidak didasarkan kepada kisah mitos tentang kebangkitan Kristus. Sebab kepercayaan para murid dan gereja perdana pada hakikatnya didasari oleh pengalaman iman yang faktual. Namun perlu diingat bahwa yang menentukan para murid dan gereja perdana yang akhirnya mereka dapat percaya atau mengimani Kristus yang bangkit bukan terjadi karena kekuatan manusiawi atau daya analitis teologis mereka. Sebelum Tuhan Yesus naik ke sorga, Dia terlebih dahulu memberi pengajaran kepada mereka: “Inilah perkataan-Ku, yang telah Kukatakan kepadamu ketika Aku masih bersama-sama dengan kamu, yakni bahwa harus digenapi semua yang ada tertulis tentang Aku dalam kitab Taurat Musa dan kitab nabi-nabi dan kitab Mazmur”. Iman para murid dibentuk oleh pengajaran dari Kristus yang bangkit; sehingga mereka dimampukan untuk mengerti bahwa penderitaan, kematian dan kebangkitan serta kenaikan Kristus ke sorga ditempatkan dalam kerangka karya keselamatan Allah sebagaimana telah dinubuatkan oleh Musa, pemazmur dan para nabi. Seandainya peristiwa penderitaan, kematian dan kebangkitan serta kenaikan Kristus ke sorga tidak dinubuatkan terlebih dahulu oleh kitab-kitab Musa, kitab Mazmur dan kitab para nabi maka segala peristiwa tersebut sebenarnya tidak memiliki makna apapun sebab tidak menjadi bagian dari karya keselamatan Allah. Itu sebabnya di Luk. 24:45 menyaksikan, Tuhan Yesus membuka pikiran mereka: “Lalu Ia membuka pikiran mereka, sehingga mereka mengerti Kitab Suci” (NKJV: “And He opened their understanding, that they might comprehend the Scriptures). Para murid dan gereja perdana dapat percaya karena Kristus yang bangkit telah memberikan pengajaran dan Dia pula telah membuka pikiran serta pengertian mereka sehingga mereka dapat mengerti makna firman Tuhan yang telah dinubuatkan oleh Kitab Suci.<br /><br /> <br /><br /> Selaku umat percaya, pada saat ini kita juga membutuhkan karya Kristus yang “membuka dan menyingkapkan pikiran” sehingga kita dimampukan untuk mengerti makna kebenaran firman Tuhan. Sebab manakala pikiran dan pengertian kita tertutup oleh kebenaran kita sendiri, maka segala bentuk karya dan penyataan Allah yang paling spektakuler sekalipun tidak akan mampu membuat kita secara otomatis percaya dan mengalami pembaharuan hidup. Jadi tidak dijamin orang-orang yang telah mengalami peristiwa “mukjizat” atau “supernatural” senantiasa dapat lebih dekat dan mengasihi Kristus serta mengalami pembaharuan hidup. Demikian pula peristiwa penampakan Kristus yang bangkit atau kenaikanNya ke sorga tidak secara otomatis membuat orang-orang pada zaman itu menjadi lebih percaya dan hidup dalam pertobatan. Apabila mereka memiliki paradigma teologis bahwa tubuh Kristus saat Dia menjadi manusia sebagai suatu esensi yang kotor atau berdosa (misalnya karena pengaruh filsafat “neo-platonisme”), maka pastilah mereka tidak akan menerima kemungkinan peristiwa kebangkitan dan kenaikan Kristus dengan tubuh jasmaniahNya. Sehingga tidak mengherankan dalam perkembangan sejarah kekristenan kemudian berkembang pula golongan “Gnostik” yang intinya menolak kebangkitan dan kenaikan Kristus ke sorga dengan tubuhNya. Yang mana pemikiran dari golongan Gnostik tersebut kemudian menjadi berbagai sekte Kristen yang berkembang di Mekkah dan Medinah sekitar abad VI-VII M. Sumber-sumber dari kelompok sekte dengan “injil apokrif” inilah yang tampaknya diambil alih tetapi juga beberapa bagian dari pemikiran “injil apokrif” dikritisi dalam pemikiran teologis Islam. Itu sebabnya muncul berbagai versi mengenai peristiwa kematian, kebangkitan dan kenaikan Kristus. Masing-masing versi tersebut menganggap pandangan teologisnya sebagai yang paling benar. Setiap kelompok dengan versinya memiliki alasan atau argumentasi teologisnya. Jadi tanpa dibukakan dan disingkapkan oleh Kristus sendiri sebagai sumber kebenaran, maka kita akan menjadi orang-orang buta yang menganggap dirinya paling benar dengan apa yang kita yakini. Seperti 5 orang buta yang memegang seekor gajah dan memberikan tafsirannya masing-masing: ada yang menganggap gajah sebagai hewan dengan bentuk kipas karena dia memegang telinganya, ada yang menganggap gajah seperti ular besar karena dia memegang belalainya, ada yang menganggap gajah seperti pohon karena dia memegang kakinya, ada yang menganggap gajah seperti pedang yang melengkung karena dia memegang gadingnya, dan ada yang menganggap gajah seperti kemucing (alat pembersih dari bulu) karena dia memegang ekornya.<br /><br /> <br /><br /> Apabila di Injil Lukas menyaksikan tindakan Tuhan Yesus yang “membuka pikiran mereka, sehingga mereka mengerti Kitab Suci” (Luk. 24:45), maka rasul Paulus mendoakan jemaat Tuhan demikian dengan gagasan yang hampir serupa, yaitu: “supaya Ia memberikan kepadamu Roh hikmat dan wahyu untuk mengenal Dia dengan benar. Dan supaya Ia menjadikan mata hatimu terang, agar kamu mengerti pengharapan apakah yang terkandung dalam panggilan-Nya: betapa kayanya kemuliaan bagian yang ditentukan-Nya bagi orang-orang kudus”. Doa rasul Paulus adalah agar setiap jemaat Tuhan dikaruniakan 3 hal yang utama agar mereka dapat mengenal kemuliaan Kristus yang telah bangkit dan naik ke sorga, yaitu:<br /><br />- Roh hikmat (pneuma sophias): yang menunjuk kepada karunia Allah yang memampukan manusia untuk mengerti rahasia dan kehendak Allah tentang jati-diri Kristus sebab rahasia dan kehendak Allah yang dinyatakan di dalam diri Kristus melampaui kemampuan pikiran dan kehendak manusia. Sebab pikiran dan akal budi manusiawi tidaklah mungkin dapat menjangkau rahasia Kristus yang ilahi dan mulia serta yang ditentukan oleh Allah sebagai penguasa hidup umat manusia.<br /><br /> <br /><br />- Wahyu (apokalupsis): dalam pemahaman iman Kristen, kebenaran ilahi bukan ditentukan sebagai upaya dan prestasi rohani manusia; tetapi kebenaran ilahi ditentukan oleh kesediaan Allah menyingkapan diriNya. Sehingga dengan penyingkapan diri Allah tersebut, manusia diperkenankan untuk mengenal rahasia dan kemuliaan Allah berdasarkan kasih-karuniaNya. Jadi tanpa anugerah berupa wahyu Allah, manusia tidak mungkin dapat mengenal Kristus dan percaya kepadaNya.<br /><br /> <br /><br />- Mata hati yang terang (pephotismenous tous ophthalmous tes kardias): suatu ungkapan dengan tekanan makna kepada sikap hati manusia. Sebab makna “hati” dalam pemikiran teologia umat Israel menentukan seluruh orientasi dan tujuan hidup manusia serta menentukan pula keputusan etis sebagai prinsip-prinsip nilai yang menentukan kualitas hidup. Namun manakala hati tersebut belum memperoleh “penerangan” atau “pencerahan” dari Allah, maka “hati” juga dapat membawa manusia kepada sikap yang memberontak dan melawan kehendak Allah. Itu sebabnya muncul ungkapan “hati yang keras” atau mengeraskan hati seperti yang dilakukan oleh Firaun. Walaupun Firaun telah melihat begitu banyak mukjizat Allah namun dia tetap mengeraskan hati (Kel. 8:19), sehingga Allah kemudian menghukumnya.<br /><br /> <br /><br />Ketiga pola tersebut di atas pada prinsipnya saling melengkapi dan mempengaruhi kehidupan umat percaya. Apabila umat percaya diberi karunia berupa roh hikmat dan wahyu dari Tuhan, maka pastilah mereka akan memiliki mata hati yang terang untuk merespon penyataan Allah dalam Kristus. Sebaliknya apabila spiritualitas mereka makin terbuka karena mereka telah memiliki mata hati yang terang, maka pastilah mereka akan mudah menyerap dan memahami secara tepat roh hikmat dan wahyu dari Tuhan. Jadi pola karunia roh hikmat dan wahyu serta mata hati yang terang merupakan kekayaan rohani yang dianugerahkan Allah dan selalu bersifat dinamis, sehingga setiap orang percaya dimampukan untuk mengalami suatu proses pertumbuhan yang semakin dalam terhadap Kristus. Sehingga apabila spiritualitas kita makin dipenuhi oleh roh hikmat dan wahyu serta mata hati yang terang, maka kita akan dimampukan untuk lebih mempermuliakan Allah dalam setiap aspek kehidupan kita. Justru dalam realita kehidupan kita sering gagal untuk mempermuliakan Allah di dalam Kristus, sebab ibadah dan spiritualitas kita sering dipenuhi oleh roh duniawi dan kehendak manusiawi serta mata hati yang suram oleh karena berbagai permasalahan atau tekanan kehidupan. Akibatnya kita mudah bersikap pesimistis dengan hati yang suram apabila kita menghadapi berbagai hal yang mengecewakan atau hal-hal yang menyedihkan hati kita. Dalam sikap demikian kita sering jatuh dalam sikap putus-asa dan tidak lagi memiliki pengharapan apapun terhadap pertolongan Tuhan. Itu sebabnya di Ef. 1:18 rasul Paulus berkata: “Dan supaya Ia menjadikan mata hatimu terang, agar kamu mengerti pengharapan apakah yang terkandung dalam panggilan-Nya: betapa kayanya kemuliaan bagian yang ditentukan-Nya bagi orang-orang kudus”. Dalam konteks ini secara sengaja rasul Paulus mengkaitkan spiritualitas “mata hati yang terang” dengan sikap pengharapan. Sebab tanpa karunia Tuhan berupa mata hati yang terang sebagai hasil dari roh hikmat dan wahyu, maka pastilah kita akan dikuasai oleh perasaan putus-asa atau tanpa pengharapan. Bandingkan pula pengertian “mata” sebagai cermin “hati” atau spiritulitas dan kepribadian kita, yaitu: “Mata adalah pelita tubuh. Jika matamu baik, teranglah seluruh tubuhmu; jika matamu jahat, gelaplah seluruh tubuhmu. Jadi jika terang yang ada padamu gelap, betapa gelapnya kegelapan itu” (Mat. 6:22-23).<br /><br /> <br /><br />Namun makna dari “melihat dengan mata hati yang terang” saat Kristus dipermuliakan dan naik ke sorga, bukanlah sekedar perasaan kagum dan terpesona. Ketika kita mengagumi atau terpesona dengan sesuatu hal umumnya wajah kita juga berseri-seri atau mata kita berbinar-binar. Pada saat para murid menyaksikan Tuhan Yesus yang terangkat ke sorga dan awan kemudian menutupiNya, mereka terus menatap ke langit. Mereka terpesona menyaksikan Kristus yang dimuliakan oleh Allah dengan mengangkat Dia ke sorga. Sikap para murid Tuhan Yesus tersebut sering menjadi cermin bagi banyak orang Kristen yang hanya terkagum-kagum oleh pengalaman “adikodrati” dan hal-hal yang menakjubkan tetapi mereka melalaikan tugas atau tanggungjawabnya di dunia ini. Mata mereka mungkin berbinar-binar saat mereka melihat berbagai hal yang langka dan menakjubkan tentang kehidupan “sorgawi”; tetapi mata hati mereka segera menjadi redup atau suram saat mereka harus berhadapan dengan realitas hidup yang keras dan pahit. Kis. 1:10-11 berkata: “Ketika mereka sedang menatap ke langit waktu Ia naik itu, tiba-tiba berdirilah dua orang yang berpakaian putih dekat mereka, dan berkata kepada mereka: "Hai orang-orang Galilea, mengapakah kamu berdiri melihat ke langit? Yesus ini, yang terangkat ke sorga meninggalkan kamu, akan datang kembali dengan cara yang sama seperti kamu melihat Dia naik ke sorga". Para malaikat menegur sikap para murid Tuhan Yesus agar mata mereka tidak terus-menerus tertuju untuk menatap langit; tetapi mereka diingatkan untuk kembali ke dunia realitas mereka dan melakukan tugas panggilan sambil menantikan kedatangan Kristus kembali. Jadi makna “mempermuliakan Kristus dengan mata hati yang terang” bukanlah dengan cara melarikan diri (escaping) ke realitas “sorgawi” atau “dunia rohani”; tetapi justru kita harus berani menghadapi realiatas faktual namun dengan perspektif yang baru yaitu pembaharuan hidup oleh kuasa Roh Kudus. Itu sebabnya sebelum Kristus naik ke sorga, Tuhan Yesus berkata: “Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi” (Kis. 1:8).<br /><br /> <br /><br /> Jika para murid Tuhan Yesus dan gereja perdana dipanggil untuk menjadi saksi Kristus dengan kuasa Roh Kudus, maka demikian pula kehidupan kita selaku umat percaya pada masa kini. Pembaharuan hidup sebagai buah dari Roh Kudus haruslah kita wujudkan dalam suatu kesaksian yang nyata kepada orang-orang di sekitar kita. Dalam hal ini kita tidak mempermuliakan Allah dengan cara memberi “kesaksian-kesaksian rohaniah” yang serba menakjubkan atau betapa intimnya kita dengan Kristus sehingga kita dapat berbicara dan berjumpa secara eksklusif dengan Dia. Jenis kesaksian yang demikian patut diragukan kebenarannya, karena “ujung-ujungnya” kesaksian tersebut bertujuan untuk mempermuliakan diri sendiri dan mencari popularitas dengan simbol-simbol pengalaman religius. Sebab dengan kesaksian yang menakjubkan itu, sebenarnya mereka mau mengatakan bahwa betapa penting dan istimewanya diri mereka sehingga mereka diperkenankan oleh Tuhan untuk melihat realitas “sorga” dan dapat mendengar suara Tuhan secara langsung. Tidaklah demikian sikap kita selaku jemaat Tuhan yang dewasa dan bertanggungjawab. Sebab makna dari tindakan mempermuliakan Allah perlu kita wujudkan dalam pembaharuan hidup, yaitu dengan cara menghadirkan kemuliaan Kristus melalui kejujuran yaitu integritas diri, kerajinan dalam bekerja, kesopanan dalam bertingkah laku, kepedulian dalam kasih kepada mereka yang menderita serta pengampunan kita kepada mereka yang bersalah. Manakala kita mempermuliakan Allah dan Kristus dengan pembaharuan hidup, maka pastilah kita telah mempermuliakan Dia dengan mata hati yang terang. Dengan spiritualitas yang demikian, kita akan terus diperkaya oleh Tuhan dengan roh hikmat dan wahyuNya sehingga mata hati kita akan makin dipertajam dan jeli untuk membedakan kehendak Allah dengan kehendak manusiawi; antara kepentingan Kristus dengan kepentingan diri sendiri sendiri; membedakan kebenaran dengan kebatilan. Jika demikian, bagaimanakah pola kita untuk mempermuliakan Allah dan Kristus dalam kehidupan kita sehari-hari? Apakah kita lebih cenderung menatap “ke atas” (dunia “rohaniah”) dan tidak peduli dengan tanggungjawab yang riel? Apakah kesaksian kita didasari oleh pembaharuan hidup atau sekedar kita fasih untuk beradu argumentasi yang sifatnya kognitif? Jadi apakah kehidupan kita saat ini telah mencerminkan kemuliaan Kristus yang telah bangkit dan naik ke sorga? Amin.Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4416963384356183758.post-28333030342799252662011-05-15T21:15:00.000+08:002011-05-15T21:16:35.521+08:00Kidung Jemaat No 101<span style="font-weight:bold;">ALAM RAYA BERKUMANDANG</span><br /><br />1. Alam raya berkumandang oleh pujian mulia;<br />dari gunung, dari padang kidung malaikat bergema:<br />Gloria in excelsis Deo! Gloria in excelcis Deo!<br /><br />2. Hai gembala, kar’na apa sambutan ini menggegar?<br />Bagi Maharaja siapa sorak sorgawi terdengar?<br />Gloria in excelsis Deo! Gloria in excelcis Deo!<br /><br />3. Sudah lahir Jurus’lamat itu berita lagunya.<br />Puji dan syukur dan hormat dipersembahkan padaNya.<br />Gloria in excelsis Deo! Gloria in excelcis Deo!<br /><br />4. Ikutilah, hai gembala, nyanyian sorga yang merdu;<br />mainkan suling dan rebana dan bersyukur di hatimu!<br />Gloria in excelsis Deo! Gloria in excelcis Deo!<br /><br />5. Mari, kita pun kesana untuk melihat Putera.<br />Mari, kita persembahkan suara dan hati padaNya!<br />Gloria in excelsis Deo! Gloria in excelcis Deo!Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4416963384356183758.post-50822819080381811152011-05-15T21:14:00.000+08:002011-05-15T21:15:07.861+08:00Kidung Jemaat No 100<span style="font-weight:bold;">MULIAKANLAH</span><br /><br />Muliakanlah, muliakanlah Tuhan Allah, Tuhan Allah Mahatinggi!<br />Damai sejaht’ra turun ke bumi bagi orang pengasihanNya.<br />Muliakanlah Tuhan Allah! Damai sejaht’ra turun ke bumi bagi orang,<br />Bagi orang pengasihanNya, bagi orang pengasihanNya.<br />Muliakanlah, muiakanlah Tuhan Allah, Tuhan Allah Mahatinggi!<br />Damai sejaht’ra turun ke bumi bagi orang pengasihanNya.<br />Amin, amin, amin.Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4416963384356183758.post-7922392629727721062011-05-15T21:12:00.000+08:002011-05-15T21:13:59.753+08:00Kidung Jemaat No 99<span style="font-weight:bold;">GITA SORGA BERGEMA</span> <br /><br />1. Gita sorga bergema, “Lahir Raja mulia!<br />Damai dan sejahtera turun dalam dunia.”<br />Bangsa-bangsa, bangkitlah dan bersoraklah serta,<br />Permaklumkan Kabar Baik; Lahir Kristus, T’rang ajaib!<br />Gita sorga bergema, “Lahir Raja mulia!”<br /><br />2. Yang di sorga disembah Kristus, Raja yang baka,<br />lahir dalam dunia dan Maria bundaNya.<br />Dalam daging dikenal Firman Allah yang kekal;<br />dalam Anak yang kecil nyatalah Imanuel!<br />Gita sorga bergema, “Lahir Raja mulia!”<br /><br />3. Raja Damai yang besar, Suraya Hidup yang benar,<br />menyembuhkan dunia di naungan sayapNya,<br />tak memandang diriNya, bahkan maut dit’rimaNya,<br />lahir untuk memberi hidup baru abadi!<br />Gita sorga bergema, “Lahir Raja mulia!”Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4416963384356183758.post-55448804858142688622011-05-15T21:00:00.001+08:002011-05-15T21:02:59.802+08:00Kidung Jemaat No 98<span style="font-weight:bold;">JAUH DARI SORGA DATANGKU</span><br /><br />1. Jauh dari sorga datangku dengan berita bagimu,<br />begitu bagus dan megah: ‘ku ingin menyanyikannya!<br /><br />2. Seorang bayi lahirlah dari perawan Maria<br />dan Anak itu Kawanmu yang paling akrab dan teguh<br /><br />3. Dialah Yesus Penebus, Sang Jurus’lamat yang kudus,<br />Penolong orang yang lemah, Penghapus dosa dunia.<br /><br />4. Ia membawa bagimu bahagia sorga yang penuh,<br />supaya juga kaukenal rahasia hidup yang kekal.<br /><br />5. Inilah tanda bagimu: di kandang kamu bertemu<br />Sang Bayi di palunganNya; Dialah raja semesta.<br /><br />6. Dengan gembala marilah ke kandang domba yang rendah,<br />melihat kasih kurnia di dalam Putra mulia.<br /><br />7. Dalam palungan lihatlah betapa manis tidurNya.<br />Siapa itu yang lembut? Itulah Yesus, Kawanku!<br /><br />8. Selamat datang, Rajaku, yang turun dari takhtaMu.<br />Kau masuk dunia cemar; betapa kasihMu besar!<br /><br />9. Pencipta alam semesta, Kau jadi insan yang rendah;<br />palungan domba dan lembu Kaubuat petiduranMu.<br /><br />10. Andaikan muka dunia berlipat ganda luasnya<br />dengan permata pun penuh, tetap tak layak bagiMu.<br /><br />11. Bukanlah sutra beledu perlambang kebesaranMu.<br />Di atas rumput yang kering KerajaanMu tercermin.<br /><br />12. Sekarang aku mengerti teladan yang Engaku beri:<br />kuasa, harta dan benda bagiMu tiada artinya.<br /><br />13. Temanku Yesus, marilah, hatiku persiapkanlah<br />menjadi kediamanMu sepanjang umur hidupku!<br /><br />14. Selalu hatiku senang, seluruh jalanku terang<br />dan kidung sukacita, ya Yesus, hanya bagiMu!<br /><br />15. Muliakanlah Allah, pujilah Yang memberikan PuteraNya!<br />Salam sorgawi menggema di Tahun Baru yang cerah.Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4416963384356183758.post-14733455743092082372011-05-15T20:59:00.000+08:002011-05-15T21:00:33.820+08:00Kidung Jemaat No 97<span style="font-weight:bold;">HAI MALAIKAT DARI SORGA</span><br /><br />1. Hai malaikat dari sorga, sayapmu bentangkanlah;<br />nyanyi di seluruh dunia: lahir Kristus, Rajanya!<br />Sudah lahir Kristus Raja, mari sujud menyembah!<br /><br />2. Hai gembala yang menjaga dombamu di efrata,<br />Allah beserta manusia; mari menyaksikannya!<br />Sudah lahir Kristus Raja, mari sujud menyembah!<br /><br />3. Hai Majusi dari Timur, karyamu tinggalkanlah;<br />carilah Harapan Dunia, ikut sinar bintangNya!<br />Sudah lahir Kristus Raja, mari sujud menyembah!<br /><br />4. Hai kaum saleh yang menunggu dalam dunia yang resah,<br />lihat, Allahmu sendiri turun dalam PutraNya!<br />Sudah lahir Kristus Raja, mari sujud menyembah!<br /><br />5. Langit, bumi, mari ikut muliakanlah terus<br />Khalik, Penebus, Pembaru: Bapa, Putra, Roh Kudus!<br />Sudah lahir Kristus Raja, mari sujud menyembah!Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4416963384356183758.post-59429378562010733452011-05-15T20:55:00.001+08:002011-05-15T20:59:02.793+08:00Kidung Jemaat No 96<span style="font-weight:bold;">DI MALAM SUNYI BERGEMA</span><br /><br />1. Di malam sunyi bergema nyanyian mulia.<br />Malaikat turun mendekat dengan beritanya,<br />“Sejaht’ra bagi dunia, t’lah datang Penebus.”<br />Heninglah bumi mendengar nyanyian yang kudus.<br /><br />2. Tetap malaikat menembus angkasa yang gelap,<br />membawa kidung damaiNya di bumi yang penat;<br />sayapnya dikembangkannya di atas yang sendu;<br />di kancah dosa terdengar nyanyian yang kudus.<br /><br />3. Tetapi dosa pun tetap melanda dunia,<br />menyangkal kidung Kabar Baik sekian lamanya.<br />Hai insan, bka hatimu, mengapa rusuh t’rus?<br />Diamkan gaduh dan dengar nyanyian yang kudus.<br /><br />4. Hai, kamu yang menanggung b’rat, yang hidup tertekan,<br />mendaki, susah jalanmu, langkahmu pun pelan,<br />Hai lihat, hari jadi t’rang, bebanmu ditebus.<br />Tabahkan hati dan dengar nyanyian yang kudus.<br /><br />5. T’lah hampir penggenapannya nubuat kaum nabi:<br />‘Kan datang zaman mulia, indahnya tak terp’ri.<br />Seluruh dunia ‘kan penuh sejaht’ra Penebus<br />serta mengulang menggema nyanyian yang kudus.Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4416963384356183758.post-90631084193808284972011-05-15T20:51:00.001+08:002011-05-15T20:53:17.660+08:00Kidung Jemaat No 95<span style="font-weight:bold;">GEMBALA WAKTU MALAM G’LAP<br /></span><br />1. Gembala waktu malam g’lap menjaga dombanya;<br />malaikat Tuhan mendekat bercahya mulia.<br /><br />2. Sabdanya, “Jangan kau gentar, dengar beritaku,<br />sebab kesukaan besar kubawa bagimu!<br /><br />3. T’lah lahir Jurus’lamatmu dan Raja dunia,<br />yaitu Kristus, Tuhanmu. Inilah tandanya:<br /><br />4. Di dalam kandang dombamu jumoailah seg’ra<br />seorang Bayi yang lembut, palungan tempatNya.”<br /><br />5. Dan tiba-tiba tampaklah sejumlah yang besar<br />malaikat dari sorga t’rang bernyanyi bergemar:<br /><br />6. “Ya Allah, kemuliaanMu kekal selamanya,<br />membuat dunia penuh damai sejahtera.”Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4416963384356183758.post-4081929467182950962011-05-15T20:49:00.000+08:002011-05-15T20:51:14.937+08:00Kidung Jemaat No 94<span style="font-weight:bold;">HAI KOTA MUNGIL BETLEHEM</span><br /><br />1. Hai kota mungil Betlehem, betapa kau senyap;<br />bintang di langit cemerlang melihat kau lelap.<br />Namun di lorong g’lapmu bersinar T’rang baka:<br />Harapanmu dan doamu kini terkabullah.<br /><br />2. Sebab bagimu lahir Mesias, Tuhanmu;<br />malaikatlah penjagaNya di malam yang teduh.<br />Hai bintang-bintang fajar, b’ritakan Kabar Baik:<br />Sejahtera di dunia! Segala puji naik!<br /><br />3. Tenang di malam sunyi t’rang sorga berseri;<br />demikianlah karunia bagimu diberi.<br />DatangNya diam-diam di dunia bercela;<br />Hati terbuka dan lembut ‘kan dimasukiNya.<br /><br />4. Ya Yesus, Anak Betlehem, kunjungi kami pun;<br />sucikanlah, masukilah yang mau menyambutMu.<br />Telah kami dengarkan Berita mulia:<br />Kau beserta manusia kekal selamanya.Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4416963384356183758.post-8290206408950794812011-05-15T20:48:00.000+08:002011-05-15T20:49:42.649+08:00Kidung Jemaat No 93<span style="font-weight:bold;">TUMBUHLAH TUNAS BARU</span><br /><br />1. Tumbuhlah tunas baru di tunggul Isai,<br />yang pada masa lalu disyairkan nabi.<br />Nubuatnya genap: bunga harapan<br />Lahir di malam yang gelap.<br /><br />2. Ini maksud Yesaya dengan nubuatnya:<br />lahir dati Maria seorang Putera.<br />Kudus dan mulia Firman menjadi daging;<br />Perawan bundaNya.<br /><br />3. Bunga begitu mungil yang harum dan lembut,<br />menghapus dari bumi gelap dan kemelut.<br />Sungguh manusia dan sungguh-sungguh Allah,<br />Penebus dunia.<br /><br />4. mari menyambut “Amin” ayas karunia.<br />Ya Yesus, kami yakin; ya Tuhan tolonglah,<br />Agar dengan syukur kami memuji Dikau<br />di KerajaanMu.Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4416963384356183758.post-19600446597045655302011-05-15T20:47:00.000+08:002011-05-15T20:48:24.774+08:00Kidung Jemaat No 92<span style="font-weight:bold;">MALAM KUDUS</span><br /><br />1. Malam kudus, sunyi senyap; dunia terlelap.<br />Hanya dua berjaga terus ayah bunda mesra dan kudus;<br />Anak tidur tenang, Anak tidur tenang.<br /><br />2. Malam kudus, sunyi senyap. Kabar Baik menggegap;<br />bala sorga menyanyikannya, kaum gembala menyaksikannya:<br />“Lahir Raja Syalom, lahir Raja Syalom!”<br /><br />3. Malam kudus, sunyi senyap. Kurnia dan berkat<br />tercermin bagi kami terus di wajahMu, ya Anak kudus,<br />cinta kasih kekal, cinta kasih kekal.Unknownnoreply@blogger.com0