TANGGAL PENCIPTAAN ALAM SEMESTA

TANGGAL PENCIPTAAN ALAM SEMESTA


Tanggal penciptaan alam semesta adalah pertanyaan yang sama sekali berbeda dari tanggal penciptaan manusia. Alam semesta mungkin telah diciptakan tidak lama sebelum penciptaan manusia atau jauh sebelumnya. Hal ini bergantung apakah periode waktu panjang yang diperlukan dalam dua ayat pertama dari kitab Kejadian dan apakah hari-hari Penciptaan itu terdiri atas dua puluh empat jam sehari atau merupakan periode waktu yang panjang. Ada kecenderungan pada pandangan bahwa hari-hari Penciptaan benar-benar terdiri atas dua puluh empat jam sehari, tetapi periode waktu yang panjang mungkin telah berlalu selama masa yang digambarkan dalam Kejadian 1:1-2. Bagaimanapun juga, diakui kemungkinan terjadinya pandangan kedua dan ketiga yang kadang-kadang dikemukakan. Pandangan kedua berpendapat bahwa hari-hari dalam kitab Kejadian adalah periode waktu yang panjang, sementara pandangan ketiga menyatakan bahwa tidak dibutuhkan periode waktu panjang baik pada dua ayat pertama kitab Kejadian atau pada hari-hari penciptaan.


Menurut teori yang pertama, penciptaan semula alam semesta dan bumi digambarkan dalam Kejadian 1:1, "Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi." Setelah itu berlangsung periode waktu ketika "bumi belum berbentuk dan kosong" (bahasa Ibrani, "bumi dalam keadaan rusak dan porak-poranda." Kurun waktu ini mungkin saja panjang, dari beberapa ribu hingga beberapa juta tahun, dan bisa saja mencakup zaman-zaman geologis yang tampak di permukaan bumi. Selama periode ini mungkin telah terjadi kejatuhan para malaikat, dan kejatuhan Iblis. Setelah periode yang bersifat kataklisme ini, penataan dunia digambarkan, "Dan roh Allah melayang-layang di atas permukaan air. Berfirmanlah Allah, 'Jadilah terang.' Lalu terang itu jadi." Tindakan-tindakan mencipta yang berturut-turut terjadi dalam enam hari yang masing-masing terdiri atas dua puluh empat jam. Dalam enam hari ini terjadi penciptaan tanaman, binatang, dan manusia. Pandangan ini ditunjang dengan baik oleh bukti-bukti di dalam Alkitab sendiri serta bukti-bukti eksternal dari dunia ini sendiri.

Pada abad ke-19, George H. Pember, dalam bukunya "Earth's Earliest Ages" (New York: Revell, kr. 1876), mempopulerkan padangan ini bahwa kemungkinan ada suatu periode yang panjang atau selang waktu antara Kejadian 1:1 dan 1:2. Kadang-kadang dituduh bahwa seluruh gagasan telah disebabkan semata-mata oleh bukunya. Akan tetapi, kemungkinan adanya selang waktu semacam ini telah dipertahankan oleh banyak ahli teologi yang cakap, termasung Hengstenberg (1802-1869), seorang sarjana Lutheran dari Jerman yang menjadi profesor teologi pada University of Berlin pada tahun 1828; Franz Delitszch (1813-1890), profesor di Erlangen, Jerman, dan sarjana Perjanjian Lama yang ternama; dan ahli-ahli lain seperti Boehme, Oetinger, F. von Meyer, Stier, Keerl, dan Kurtz.

Menurut teori kedua, hari-hari yang disebut dalam kitab Kejadian merupakan periode yang panjang, mungkin berhubungan dengan berbagai zaman geologis. Ini kadang-kadang disebut sebagai teori "hari zaman." Konon pandangan ini dianut oleh Yosefus, seorang sejarawan Yahudi dari abad pertama Masehi, oleh banyak rabi, dan oleh beberapa bapa geja yang mula-mula, termasuk Ireneus (abad ke-2), Origenes (abad ke-3), dan Augustinus (abad ke-4). Orang-orang yang percaya Alkitab, yang dewasa ini mempertahankan pandangan ini belum tentu termasuk kelompok evolusionis teistik, karena kelompok tersebut beranggapan bahwa Allah menggunakan evolusi sebagai sarana yang akhirnya menghasilkan manusia, dan mereka sering berusaha untuk mencocokkan proses evolusi dengan hari-hari penciptaan dalam Kitab Kejadian. Sebaliknya, sebagian besar orang-orang yang percaya Alkitab, yang berpandangan bahwa hari-hari dalam Kitab Kejadian adalah periode yang panjang, menolak teori evolusi.

Interpretasi harfiah yang masuk akal mengenai Alkitab kurang membenarkan penerimaan teori hari-zaman Penciptaan. Seperti kepada teori hari-zaman, teori hari-zaman dapat dan sering dianut oleh orang yang percaya Alkitab, yang setia terhadap dasar-dasar iman. Prinsip interpretasi harfiah ialah menerima sebuah kata dalam arti yang biasa, kecuali ada bukti pasti yang menunjukkan bahwa kata itu digunakan secara kiasan. Sebelum ada bukti menentukan yang berbentangan, lebih logis mengartikan hari-hari dalam kitab Kejadian sebagai hari yang secara harfiah terdiri atas dua puluh empat jam karena (1) inilah pemakaian yang alamiah dan umum kari kata tersebut; (2) pembatasan hari itu dengan "petang dan pagi" akan menunjukkan pada hari yang harfiah; (para penganut teori hari-zaman menjelaskan bahwa "dan jadilah petang dan jadilah pagi" mungkin juga bermakna kiasa, yang menunjukkan awal dan akhir suatu masa, tetapi pemakaian ini tampaknya sedikit dipaksakan mengingat konteksnya); (3) rujukan kepada hari Sabat dalam Sepuluh Hukum mengacu kepada enam hari penciptaan dan istirahat Allah pada hari ketujuh dengan cara sedemikian sehingga tersirat bahwa hari-hari benar-benar terdiri atas dua puluh empat jam. Sebuah alternatif pada teori hari-zaman seperti yang biasa dinyatakan adalah pemikiran bahwa hari-hari penciptaan adalah hari-hari yang harfiah, tetapi hari-hari itu dipisahkan oleh periode-periode yang panjang.

Menurut pandangan yang ketiga, penciptaan bumi langsung atau paling tidak dengan segera diikuti oleh penciptaan tanaman, binatang, dan manusia selama hari-hari penciptaan yang terdiri atas dua puluh empat jam. Pandangan ini menempatkan penciptaan alam semesta dan bumi, serta juga kehidupan dan margasatwa, semua dalam periode yang singkat, mungkin sejak 10.000 sebelum Masehi. Padangan semacam ini dapat dipertahankan, tetapi ada faktor-faktor yang menunjuk pada kemungkinan adanya suatu kurun waktu antara penciptaan bumi dan penciptaan manusia:

(1) Ketika memperingatkan Israel tentang hukuman Allah atas kemurtadan, nabi Yeremia menyampaikan visinya tentang bumi yang "campur baur dan kosong" (Yeremia 4:23), dengan menggunakan kata-kata Ibrahi yang sama seperti yang digunakan untuk bumi dalam Kejadian 1:2. Tampaknya Yeremia dituntun untuk memikirkan kembali perusakan bumi sebelum penciptaan manusia dan membandingkannya dengan keadaan malapetama yang akan terjadi jika hukuman Allah menimpa orang-orang Israel yang tidak mau bertobat. Pemakaian kata-kata yang sama ini dapat menunjuk pada periode malapetaka dalam Kejadian 1:2, yang mungkin terjadi setelah kejatuhan para malaikat dan Iblis.

(2) Zaman-zaman geologi tampaknya memberikan bukti tentang suatu periode yang lebih panjang daripada beberapa ribu tahun. Di beberapa daerah telah ditemukan hutan-hutan membatu yang bertumpang-tindih. Allah bisa saja menciptakannya dengan cara demikian, tetapi mungkin Ia telah membiarkannya terbentuk selama kurun waktu yang sangat panjang. Tentu saja, para ahli fisika umumnya menyatakan bahwa unsur bumi ini adalah bermilyar-milyar tahun, tanpa ada kebulatan pendapat yang nyata di antara mereka mengenai ancer-ancer usianya. [ðððð]


Disalin dari : Yohannes/ Biblika

Tidak ada komentar: